Tiga siswi SD di Gunungstoli adukan guru cabul
Tiga siswi SD di Gunungstoli adukan guru cabul. Ketiga siswi mengadu, AL telah berulang kali meraba tubuh mereka. Mereka bahkan disuruh memegang kemaluan pelaku.
Tiga siswi SD di Desa Sifalaete, Gunungsitoli Idanoi, Kota Gunungsitoli, Sumut, mengadukan guru mereka ke polisi. Mereka mengaku telah berulang kali dicabuli sang guru.
Siswi yang mengadu masing-masing berinisial BL (9) dan HJ (10) yang duduk di kelas 5, serta CL (8) yang masih duduk di kelas 3. Mereka mengadukan guru pegawai negeri sipil (PNS) berinisial AL.
-
Apa saja bentuk kekerasan seksual yang bisa dialami anak? Bentuk kekerasan seksualnya pun bermacam-macam. Korban dapat mengalami tiga jenis kekerasan yang berbeda yakni melalui dilakukannya kekerasan fisik, secara ucapan (verbal) dan non-verbal.
-
Siapa yang dituduh melakukan tindakan pelecehan seksual terhadap anak kandungnya? Ali Arwin mantan calon legislatif Padang Pariaman dari PBB yang ditangkap polisi akibat melakukan pemerkosaan terhadap anak kandungnya sejak 2020 dan hingga melahirkan.
-
Kapan edukasi seksual penting diberikan kepada anak? Edukasi seksual merupakan topik yang penting dalam pengembangan anak-anak, terutama saat mereka memasuki masa remaja.
-
Kenapa anak mungkin mengalami kecanduan pornografi setelah melihat orangtua berhubungan intim? Dampak yang mungkin dialami anak akibat melihat orangtua berhubungan intim yaitu lebih berisiko kencanduan pornografi.
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah kekerasan seksual pada anak? Peran orang tua sangat besar dalam hal ini, seperti yang diungkapkan oleh Anggota Satgas Perlindungan Anak PP IDAI, Prof. Dr. dr. Meita Dhamayanti, Sp.A(K), M.Kes dalam diskusi daring beberapa waktu lalu dilansir dari Antara. “Peran orang tua sangat besar, jadilah pendengar yang baik, usahakan jadi sahabat anak.
-
Kapan sebaiknya memulai edukasi seksual pada anak? Kasandra mengatakan dalam memberikan pendidikan seksual, sudah bisa dilakukan sejak anak berusia sekitar dua atau tiga tahun. Pada usia ini, anak mulai mengenal dan memahami nama-nama organ tubuh, termasuk alat kelamin.
Ketiga siswi mengadu, AL telah berulang kali meraba tubuh mereka. Mereka bahkan disuruh memegang kemaluan pelaku. "Seingatku sekitar 8 kali. Guru kami itu memegang tangan kami dan meraba, terus dia suruh pegang itunya," ujar BL, salah seorang korban, Selasa (25/7).
Perbuatan cabul yang belum lama ini dilakukan sang guru terjadi pada Sabtu (22/7) pagi. Perbuatan itu dilakukan di perpustakaan.
Sejak awal, para korban sudah memberitahukan kejadian itu kepada orang tuanya. Namun mereka enggan melapor ke polisi. "Waktu pertama itu, mama takut melapor karena nggak ada bukti,: lanjut BL.
Berulang kali terjadi, keluarga akhirnya nekat mengadu ke polisi. Mereka didampingi Sukartini Wau, Koordinator Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Dinas Pengendalian Penduduk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Laporan ketiga siswi itu diterima Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Nias pada Senin (24/7).
"Sedih mendengar cerita anak-anak ini tentang kejadian yang mereka alami. Tindakan oknum itu tidak manusiawi. Nanti kita juga sampaikan kepada pimpinan lebih atas, karena pelakunya oknum PNS jadi kita akan laporkan untuk dilakukan klarifikasi melalui dinas terkait," kata Sukartini.
Sukartini mengatakan, pihaknya juga sesegera mungkin menyampaikan laporan ketiga siswi SD itu kepada Wali Kota Gunungsitoli.
"Karena korban sudah melapor maka kita menunggu proses hukum lebih dulu," ucapnya.
(mdk/noe)