TIM DVI sebut data antarkorban AirAsia QZ8501 banyak kemiripan
"Harus menelusuri dokter yang pernah memeriksa, keluarga korban, teman sekantor untuk mengetahui sebanyak-banyaknya."
Bukan perkara mudah untuk menentukan identitas jenazah korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501. Apalagi jenazah yang ditemukan dalam kondisi yang tidak utuh lagi.
Kabid Dokkes Polda Jawa Timur yang juga Ketua Tim DVI Rumah Sakit Bhayangkara, Kombes Pol Budiono mengungkapkan, banyak data jenazah yang memiliki kemiripan. Karena itu perlu data pembanding yang menguatkan, hingga sebuah kesimpulan yang tidak terbantahkan bisa diambil.
"Banyak kemiripan data satu jenazah dengan jenazah lain. Semalam sebelum dilakukan rapat rekonsiliasi, terlebih dahulu ada rapat prerekonsiliasi. Semua dicocokan dengan yang diperoleh dari pengumpulan data antemortem," katanya.
Tim DVI masih akan melakukan pengecekan sampai ditemukan fakta yang tidak bisa dibantah dan tidak ada keragu-raguan.
Budiono mencontohkan, sebelumnya TIM DVI menghubungi seorang dokter yang pernah merawat salah satu korban. Baru dari dokter tersebut diperoleh hasil rongsent yang meyakinkan salah satu jenazah korban.
"Akhirnya diperoleh data gigi dari dokter yang pernah merawat korban. Ya begitu, harus menelusuri dokter yang pernah memeriksa, keluarga korban, teman sekantor untuk mengetahui sebanyak-banyaknya identitas korban," katanya.
Tim DVI didukung oleh 242 tenaga ahli dengan berbagai disiplin keilmuan. Bantuan Singapura sebanyak 10 orang, Australia sebanyak 4orang, Korea Selatan sebanyak 2 orang, Uni Emirat Arab ada 5 orang dan Malaysia sebanyak 7 orang. Sisanya dari beberapa rumah sakit dan kampus di Indonesia.
Sementara dari total 39 janazah yang diterima oleh Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Surabaya, yang sudah berhasil diidentifikasi 24 jenazah. Tersisa 15 jenazah lagi yang sedang dalam proses identifikasi. Hari ini, 8 jenazah berhasil diidentifikasi dan diserahkan pada keluarga.
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Anas Yusuf mengungkapkan, Tim DVI mendapatkan banyak bantuan dari berbagai institusi dengan multidisiplin ilmu, termasuk beberapa tenaga ekspert dari beberapa negara tetangga. Mereka bekerja secara terintegrasi mengungkap identitas setiap jenazah yang datang ke rumah sakit Bhayangkara di Polda Jawa Timur.
"Tim yang bekerja sudah maksimal dan terintegrasi, semoga besok hasilnya semakin maksimal," kata Anas Yusuf kepada keluarga korban di Mapolda Jawa Timur, Rabu (17/1).
Tim DVI sekarang didukung oleh 242 tenaga ahli, dengan bantuan Singapura sebanyak 10 orang, Australia sebanyak 4orang, Korea Selatan sebanyak 2 orang, Uni Emirat Arab ada 5 orang dan Malaysia sebanyak 7 orang. Sisanya dari beberapa rumah sakit dan kampus di Indonesia.
Sementara Direktur Eksekutif DVI Pusat, Kombes Pol Anton Castilani menyebutkan sempat beredar kabar DVI Korea Selatan (Korsel) akan menambah personil di Surabaya. Namun sampai sekarang Korsel baru mengirim satu orang.
"Masih belum ada tambahan," tambahnya. Yang Malaysia memang baru bergabung hari ini," katanya.
Total dari 39 janazah yang diterima oleh Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Surabaya, yang sudah berhasil diidentifikasi 24 jenazah. Tersisa 15 jenazah lagi yang sedang dalam proses identifikasi.
"Hari ini terima 2 jenazah lagi, ada 15 yang akan diidentifikasi. Semoga secepatnya ditemukan dan teridentifikasi, agar kita tidak lama-lama di sini," katanya.
Sekarang data antemortem sudah lengkap yakni 162, sedangkan sample DNA masih 146, masih kurang 16 sample lagi.