Tips jemaah lansia agar tidak alami disorientasi di Tanah Suci
Jemaah haji bisa mengalami kebingungan. Karena bertemu dengan sekian ribu jemaah lainnya datang dari berbagai negara.
Sebagian besar jemaah haji Indonesia masuk dalam kategori lansia dan memiliki risiko kesehatan yang tinggi (risti). Salah satu tantangan harus diperhatikan adalah reaksi penyesuaian tubuh ketika mereka tiba di Arab Saudi. Perjalanan sangat jauh, cuaca panas, dan budaya berbeda berpotensi memberikan tekanan kuat sehingga berakibat stress dan berujung pada disorientasi.
Terkait hal ini, Dokter spesialis kejiwaan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Makkah Ika Nurfarida menilai pentingnya peran petugas, terutama petugas kloter, dalam melakukan pendampingan.
Menurutnya, jemaah haji bisa mengalami kebingungan. Karena bertemu dengan sekian ribu jemaah lainnya datang dari berbagai negara di tempat sama sekali berbeda dengan lingkungan asalnya. Jemaah seperti ini, lanjut Ika, tidak boleh terlepas rombongan. Sebab, kejadian disorientasi banyak ditemukan karena berawal dari terpisah rombongan lalu tersesat jalan.
"Jemaah tidak tahu arah jalan pulang, tidak memakai sandal sehingga kakinya lecet dan mengalami masalah kesehatan," papar Ika di Kantor KKHI, Khalidiyah–Makkah, Jumat (19/8).
"Jika ada orang bingung dan mengalami disorientasi, maka langkah pertama adalah memberi minum yang banyak, dikasih kurma, lalu dekati secara personal untuk bisa menenangkan. Jika tidak dapat diatasi, hubungi dokter terdekat," jelasnya.
Lebih jauh Ika memandang pentingnya edukasi kepada jemaah haji Indonesia terkait hal ini, sehingga bisa terhindar dari disorientasi. Untuk itu, KKHI juga membentuk tim promosi-preventif (TPP) untuk menekan kejadian seperti itu. Salah satu tugasnya adalah mengedukasi jemaah haji agar dapat mengukur kemampuan fisiknya.
"Jika melakukan ibadah, harus selalu mengukur kemampuannya. Jangan sampai aktivitas yang dilakukan melampaui kapasitas jemaah itu sendiri," saran Ika.