Tito Karnavian beberkan sepak terjang Siyono di jaringan teroris
Tito: Mereka bersenjata dan memiliki kemampuan militer kontra intelijen. Mereka militan meskipun badannya kecil.
Kasus kematian Siyono selepas ditangkap Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror masih menyisakan tanda tanya. Di tengah polemik kematian Siyono, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Tito Karnavian justru membeberkan sepak terjang Siyono di jaringan terorisme.
Siyono disebut sebagai bekas pengikut Abu Bakar Ba'asyir. "Siyono bagian dari jaringan Jamaah Islamiah (JI)," kata Tito, kemarin.
-
Siapa Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo? Kartosoewirjo merupakan tokoh populer di balik pemberontakan DI/TII pada tahun 1948.
-
Siapa yang menjadi Panglima TNI saat Jenderal Surono berjuang bersama Barisan Keamanan Raktay (BKR)? Saat Indonesia merdeka, Surono dan kawan-kawannya bergabung dengan Barisan Keamanan Raktay (BKR) di Banyumas. Di sinilah Surono selalu mendampingi Soedirman yang kelak menjadi Panglima TNI.
-
Bagaimana Tirto Adhi Soerjo menyuarakan kecamannya pada pemerintah kolonial? Melalui surat kabarnya, Tirto melakukan propaganda berisi kecaman-kecaman pada pemerintah kolonial Hindia Belanda.
-
Kapan Tony Siswanto membuka Agen BRILink Barokah? Pada tahun 2016, Tony memutuskan untuk menjadi Agen BRILink.
-
Apa pesan utama yang disampaikan Kolonel Edward Sitorus kepada prajurit TNI? “Jaga nama baik asal-usul Anda, nama baik Suku, nama baik daerah,” tutur Edward.
-
Kapan Jenderal Wismoyo menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD? Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar menjabat Kepala Staf TNI AD dari tahun 1993 sampai 1995.
Mereka memiliki target menghabisi aparat keamanan. Alasannya, membunuh polisi bisa mendapat pahala. Mereka juga masuk golongan pasukan berani mati, jika tewas maka masuk dalam kategori orang mati sahid.
Jaringan Siyono sudah ada sejak 1999. Kelompok ini dinilai berbahaya. Memiliki kemampuan militer kontra intelijen dan kemampuan menggunakan senjata untuk melawan polisi.
"Ditambah doktrin mereka ya mencari mati sahid melalui kontak senjata, konflik dengan petugas," ungkap Tito.
Berhadapan dengan kelompok bersenjata yang terlatih, jangan berharap bisa menangkap mereka hidup-hidup. Mereka memilih bertarung sampai mati daripada tunduk pada polisi. Karena alasan itu Siyono tewas usai tarung dengan Densus 88 Antiteror. Dia memilih bertarung sampai titik darah penghabisan.
"Militan mereka ini, meskipun badannya kecil. Apalagi kalau mengharapkan semua tertangkap hidup-hidup, sangat sulit menurut saya. Karena apa? Mereka bersenjata dan memiliki kemampuan militer tadi itu," katanya.
Densus 88 memiliki banyak informasi mengenai Siyono sebelum melakukan penangkapan. Setelah terindikasi masuk dalam jaringan teroris, Densus 88 bergerak dan meringkus Siyono.
Jaringan Jamaah Islamiyah melemah usai tragedi Bom Bali dan operasi penumpasan kelompok Nurdin M Top pada 2009 serta operasi Janto di Aceh. Namun ternyata, komunikasi dan konsolidasi jaringan Jemaah Islamiyah ini masih saja terjadi.
Tito membeberkan puluhan orang ditangkap dengan barang bukti bahan peledak dan senjata api. Contohnya pada akhir 2015, 4 orang ditangkap. Mereka mengakui senjata yang dimiliki merupakan sisa dari kelompok atau jaringan tertentu.
Salah satunya menyangkut Siyono. Dari catatan Densus, sejumlah saksi menyebut Siyono sebagai pengatur dan penyimpan senjata dalam jaringan kelompok Neo JI. Tito juga disebut sebagai panglima sekaligus komandan rekrutmen kelompok teroris Neo JI.
"Dalam catatan Densus dia terlibat dalam jaringan yang sudah ada. Ada sekitar 13 orang yang menyebut nama dia termasuk pemegang senjata," ungkapnya.
Baca juga:
Polri janji buka hasil sidang 2 anggota Densus atas kematian Siyono
DPR minta persidangan Densus soal Siyono pindah ke pengadilan umum
Tito: Siyono itu eks JI, pilih tarung, kalau petugas mati pahala
Kak Seto hibur siswa TK yang digerebek Densus 88 di Klaten
NasDem pastikan revisi UU Terorisme lindungi terduga teroris
Badrodin sebut Polri tak inginkan kematian Siyono