TNI AU akan tarik buldoser dan ganti rugi tanam warga yang rusak
Selain itu, tanah warga yang dipakai untuk pembangunan mes, akan diganti Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh Malang.
Setelah melalui proses mediasi cukup alot, pihak Pangkalan TNI Angkatan Udara Abdulrachman Saleh Malang akhirnya bersedia menarik buldoser dari lokasi tanah sengketa. Selain itu, jalan masuk yang selama ini dilarang dilalui warga, akan kembali digunakan sebagai jalan umum.
"Doser akan ditarik dari lokasinya. Jalan akan dibuka lagi, boleh dilewati. Sampeyan boleh bertani maneh (lagi)," kata Suwaji, koordinator aksi warga Desa Dengkol, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Selasa (3/4).
Suwaji mewakili warga bersama sembilan warga yang lain dalam pertemuan dengan TNI AU. Pertemuan difasilitasi oleh Polres Malang yang berlangsung di Polsek Singosari.
Usai pertemuan tersebut, Suwaji menyampaikan hasil kesepakan kepada para demonstran yang memblokade jalan pintu masuk Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh Malang.
Selain itu, tanaman yang terlanjur rusak akan mendapatkan ganti rugi. Pihak TNI AU akan segera melakukan identifikasi nilai tanaman yang terlanjur rusak.
"Tanduran yang didoser akan mendapatkan ganti rugi," tegas Suwaji disambut tepuk tangan warga.
Sementara para petani tetap diperbolehkan untuk menggarap lahan tersebut. Petani yang garapan digunakan untuk pembangunan mes dan kantor, akan diberikan di lokasi baru. Lokasinya tetap berada di dalam kompleks TNI AU.
Sebelumnya, sekitar pukul 06.00 WIB, ratusan warga memblokade jalan menuju Pangkalan TNI AU. Jalan tersebut merupakan pintu masuk ke Pangkalan TNI AU dari sisi utara, melalui wilayah Kecamatan Singosari.
Blokade dilakukan dengan menebang pohon bambu di sekitar jalan masuk. Bambu-bambu tersebut diletakkan di tengah jalan. Akibatnya pengguna jalan harus melalui jalan-jalan kecil sebagai alternatif.
Warga marah karena sejumlah tanaman dirusak dengan alasan untuk kepentingan TNI AU. Tanaman yang terlanjur rusak seluas sekitar 1 hektare yang rencananya akan digunakan untuk mes dan perkantoran. Padahal tanaman tersebut hampir memasuki masa panen.
Usai mendapatkan kepastian dalam bentuk kesepakatan, warga selanjutnya membubarkan diri. Sekitar pukul 14.15 WIB, warga membersihkan bersama-sama bambu-bambu yang ada di jalan.
"Bambu yang kita halangkan bersama-sama, kita pinggirkan. Bisa kembali dibersihkan," ajak Suwaji.
Sementara Kepala Desa Dengkol, Supriyadi mengajak warga agar menjaga kebersamaan dan kerukunan agar bisa kembali bertani. Selanjutnya pihak Kepala Desa akan melakukan komunikasi lebih lanjut dengan pihak TNI AU.
"Kita harus jaga kerukunan agar bertaninya tetap bisa berjalan lancar," tegasnya.
Kepala Penerangan Lanud Abdulracman Saleh, Mayor Hamdi Londong Alo menegaskan, bahwa pihaknya telah menemukan kesepakatan dengan warga. Selain akan diberikan ganti rugi atas tanaman yang rusak, juga akan dijalin kemitraan dengan petani.
"Kita sepakat adanya kemitraan dengan petani, bentuknya seperti apa? Akan dilakukan pembahasan lebih lanjut lebih detailnya," katanya.
Londong juga membenarkan adanya kesepakatan yang memberikan akses kepada para petani atas jalan yang selama ini dijaga oleh TNI AU. Warga mengaku kesulitan dengan alasan digunakan latihan perang, bahkan tanamannya kerap rusak.
Londong juga menegaskan bahwa tanah seluas 3.064.620 meter persegi itu sudah menjadi kepemilikan TNI AU. Karena secara hukum sudah menang sampai tingkat kasasi.