TNI terus kejar KKB Mimika, korban alami kecemasan berlebihan
Sebagaimana diketahui sebanyak 1.300 Warga Desa Binti dan Desa Kimbley, Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, telah disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Mereka menjadikan warga sebagai tameng agar tidak diserang aparat.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan segala pendukungnya terus melakukan upaya pengejaran terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Mimika, Papua. Aparat keamanan terus melakukan upaya pengejaran kepada para pelaku penyenderaan.
"Terus sedang kita kejar. Kita sedang lakukan pengejaran terhadap mereka," tegas Jenderal Gatot Nurmantyo, Panglima TNI di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Jumat (24/11).
-
Siapa yang mengemukakan perlunya masukan dari masyarakat dan ahli untuk menyelesaikan konflik Papua? “Kami sangat ingin mendengar masukan saran dan pandangan dalam mencari akar rumput permasalahan di tanah Papua serta memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi,” kata Yayan dikutip dari Liputan6.com.
-
Bagaimana cara menyelesaikan konflik Papua, menurut para akademisi dan ahli? Semua itu dilakukan melalui pendekatan pengakuan hak sipil politik, ekonomi sosial budaya, memperkuat pendidikan untuk kesadaran hak, dan memperkuat kualitas SDM anak muda dengan pendidikan adat dan pendidikan nasional.
-
Kenapa situasi baku tembak di Papua semakin memanas? Anggota Brimob dan TNI pun kerap terlibat baku tembak dengan para teroris di Papua yang semakin lama mulai berani menyerang TNI dan Polri yang berjaga di sana.
-
Kapan AMA Malang melakukan silaturahmi dengan PJ Walikota Malang? Pada tanggal 11 Januari 2024, jajaran pengurus AMA Malang melakukan silaturahmi ke kantor Walikota Malang untuk bertemu dengan Pejabat Juru Bicara (PJ) Walikota yang baru, yaitu Bapak Dr. Ir. Wahyu Hidayat, M.M.
-
Kenapa konflik Papua semakin meningkat, meskipun pembangunan di wilayah tersebut digalakkan? Sekretaris Gugus Tugas Papua UGM Arie Ruhyanto mengatakan bahwa angka kekerasan di Papua meningkat di tengah gencarnya proses pembangunan oleh pemerintah.
-
Apa yang terjadi dengan keluarga di Malang? Polisi menduga tiga orang dalam satu keluarga yang meninggal dunia di Kabupaten Malang bunuh diri bersama-sama.
Sebagaimana diketahui sebanyak 1.300 Warga Desa Binti dan Desa Kimbley, Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, telah disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Mereka menjadikan warga sebagai tameng agar tidak diserang aparat. Para sandera terdiri dari ratusan warga non-Papua yang selama ini menjadi pendulang dan pengumpul emas.
Sementara itu, Humas Kemensos RI dalam keterangan yang diterima Merdeka.com menyatan, mayoritas korban penyanderaan KKB Papua mengalami kecemasan berlebihan. Hasil rapid assessment Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kementerian Sosial menunjukkan, korban mengalami cemas dan rasa takut berlebihan.
"Anak-anak ketakutan mendengar suara keras seperti suara teriakan dan mereka akan segera berlari," ujar Koordinator LDP Milly Mildawati yang sedang di tempat pengungsian Eme Neme Yauware, dalam keterangan yang diterima Merdeka.com, Sabtu (25/11).
Pengalaman yang dialami anak-anak selama penyanderaan ketakutan mendengar suara tembakan, kekurangan pasokan makan karena akses keluar masuk desa dijaga oleh kelompok kriminal bersenjata.
Sedikitnya ada 1.300 orang dari dua desa, yakni Desa Kimbely dan Desa Banti, Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, dilarang keluar dari kampung itu oleh kelompok kriminal bersenjata sejak Kamis (09/11).
Setelah aparat TNI dan Polri berhasil mengevakuasi warga dari Kampung Banti dan Kimbeli di Distrik Tembagapura, Kementerian Sosial segera menurunkan Tim LDP ke lokasi pengungsian untuk melakukan pendampingan kepada korban penyanderaan.
Tim LDP terdiri dari Tim Kementerian Sosial RI, Sakti Peksos Kabupaten Mimika, Guru, Relawan 1000 guru untuk Papua, Pramuka, PMI, Tagana dan Relawan Pekerja Sosial.
"Setelah dilakukan LDP, warga merasa tenang di pengungsian, setelah sebelumnya selalu merasa ketakutan dalam masa penyanderaan," ujar Milly.
Kebutuhan makan tercukupi, lanjut Milly, setelah selama hampir dua minggu kekurangan makan karena akses keluar masuk desa dijaga oleh Kelompok Bersenjata.
Untuk pemenuhan kebutuhan makan, disesuaikan dengan kebiasaan makan sehari-hari di pegunungan, seperti ubi-ubian, ayam dan lalapan.
Sementara Warlex (9 tahun) merasa senang dapat mengungkapkan perasaanya.
"Saya sangat gembira bisa menulis apa yang saya rasakan. Saya ingin segera pulang ke rumah agar bisa main bola dengan teman-teman," ungkapnya.
Upacara bakar batu yang merupakan kearifan lokal dilakukan sebagai simbol atau bentuk rasa syukur dari penerimaan masyarakat Timika terhadap penyintas yang berasal dari Desa Banti dan Kimbeli.
"Kegiatan diikuti oleh semua Penyintas dan bisa mengurangi kecemasan dan ketakutan mereka, dan juga memberikan rasa tenang karena sudah secara adat diterima oleh masyarakat Timika", pungkas Milly.
(mdk/rhm)