Tokoh Senior PDIP Luwih Soepomo Meninggal Dunia
Di mata putri Guntur Soekarno, Pak Pomo telah mewariskan prinsip dan dedikasi menjaga kehormatan partai, yakni PDI Perjuangan, sehingga menjadi besar seperti saat ini.
Politisi kaum nasionalis dan tokoh senior PDI Perjuangan (PDIP), Luwih Supomo, meninggal dunia di kediamannya Rungkut Harapan, Kota Surabaya, Kamis (27/12/2018), pukul 05.00 WIB.
"Pak Pomo meninggal karena sepuh. Tadi dibangunkan Ibu untuk subuhan, ternyata sudah meninggalkan kami selamanya," kata SW Nugroho, keponakan almarhum, yang juga anggota DPRD Jawa Timur.
-
Apa yang diumumkan oleh BPBD DKI Jakarta? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengumumkan, cuaca ekstrem berpotensi melanda Ibu Kota hingga 8 Maret 2024.
-
Apa yang dibahas dalam rapat pimpinan sementara DPRD Provinsi DKI Jakarta? "Pembahasan dan penetapan usulan nama Calon Penjabat Gubernur DKI Jakarta dari masing-masing Partai Politik DPRD Provinsi DKI Jakarta," demikian informasi tersebut.
-
Apa yang diuji coba oleh Pemprov DKI Jakarta? Penjelasan Pemprov DKI Uji Coba TransJakarta Rute Kalideres-Bandara Soekarno Hatta Dikawal Patwal Selama uji coba dengan menggunakan Bus Metro TransJakarta dikawal dengan petugas Patwal hingga ada penutupan sementara di beberapa persimpangan Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono bersama jajaran Pemprov DKI Jakarta menjajal langsung TransJakarta menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dimulai dari Terminal Kalideres.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Kapan Pertempuran Surabaya terjadi? Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, terutama orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
-
Kapan Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) dibentuk? Dilansir dari kanal YouTube Bimo K.A, Daerah Istimewa Kalimantan Barat terbentuk pada tahun 1946.
"Mohon dimaafkan semua kesalahan dan kekhilafan Bapak semasa hidup di dunia," kata anggota Fraksi PDIP Jatim itu.
Pak Pomo, begitu akrab dipanggil, meninggal di usia 74 tahun. Pria kelahiran Magelang itu, sejak muda telah menceburkan diri dalam gerakan kaum nasionalis. Dia pernah menjadi Ketua Gerakan Pemuda Marhaen (GPM) Kota Surabaya, di bawah Rahmawati Soekarnoputri.
"Sebagai yunior, saat itu saya direkrut menjadi pengurus DPC GPM bidang penggalangan massa," kata Bambang DH, Ketua DPP PDIP yang juga mantan Wali kota Surabaya dua periode.
Para pelayat selain dari tetangga, juga dipenuhi oleh kalangan politisi nasionalis, termasuk kalangan kader dan pengurus PDIP di Rungkut dan Kota Surabaya.
Selain Bambang DH, terlihat mantan Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Budi Harjono. Ada pula Ketua DPC PDIP Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana, yang saat ini Wakil Walikota Surabaya.
Juga terlihat Puti Guntur Soekarno, cucu Bung Karno, yang kini menjadi Calon Legislatif DPR RI dari PDI Perjuangan, Dapil Surabaya-Sidoarjo nomor urut 2.
"Pak Pomo dan generasinya telah mengajarkan kepada kami, bahwa PDI Perjuangan didirikan dengan darah, keringat, air mata bahkan nyawa dari para pejuang partai dan rakyat saat itu," kata Puti Guntur Soekarno.
Di mata putri Guntur Soekarno, Pak Pomo telah mewariskan prinsip dan dedikasi menjaga kehormatan partai, yakni PDI Perjuangan, sehingga menjadi besar seperti saat ini. "Kesetiaan adalah hal terpenting dari beliau," kata Puti.
Tahun 1993, ketika Kongres Luar Biasa PDI di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Pak Pomo merapatkan diri di barisan pendukung Megawati Soekarnoputri. Pilihan politik itu dijalankan konsisten. Bersama Ketua DPD PDI Jawa Timur Ir Sutjipto, Pak Pomo memotori perlawanan massa rakyat di Kota Surabaya terhadap Kongres PDI di Medan, tahun 1996.
Kongres itu memunculkan pimpinan tandingan Soerjadi-Bhutu Hutapea, sekaligus melahirkan dualisme kepemimpinan di tubuh PDI. Perlawanan dilakukan PDI Pro Megawati terhadap Orde Baru yang banyak disebut mendalangi Kongres di Medan.
Tokoh Senior PDIP Luwih Soepomo Meninggal Dunia ©2018 Merdeka.com
Demonstrasi pecah di banyak daerah dan kota besar. Di Kota Surabaya, perlawanan massa dipusatkan di Posko Pandegiling. Saat itu, tiada hari tanpa demo. "Tiada hari pula tanpa orasi Pak Pomo," kata Bambang DH.
Dalam perjalanan, PDI Pro Megawati di Jawa Timur menggalang 'Cap Jempol Berdarah'. Ini untuk meneguhkan dukungan arus bawah pada Megawati Soekarnoputri.
"Saat itu, aksi cap jempol berdarah benar-benar menjadi isu nasional dan menggetarkan. Salah satu inisiatornya adalah Pak Pomo," kata Bambang DH.
Setelah PDI Pro Megawati berganti nama menjadi PDI Perjuangan, dan ikut Pemilu multipartai tahun 1999, Pak Pomo terpilih anggota DPRD Jawa Timur. Dalam Pemilu 2004, almarhum bersama Ir Sutjipto terpilih anggota DPR RI dari Surabaya.
"Selamat jalan Pak Pomo. Selamat menghadap Allah SWT. Terima kasih dan hormat kami atas semua perjuangan di masa lalu," kata Whisnu Sakti Buana.
Whisnu mengenang senior PDIP itu sebagai loyalis Megawati, bersama ayahnya almarhum Ir. Sutjipto. "Angkatan ini punya prinsip bulat, pejah gesang nderek (hidup mati ikut) Bung Karno," kata Whisnu.
Saat menerima Puti Guntur Soekarno, beberapa waktu lalu, sebelum meninggal dunia, Pak Pomo mengenang masa pergerakan PDI Pro Mega tahun 1996-1999. "Saat itu, kami tidak takut risiko apa pun. Bahkan, kalau pun mati, kami percaya akan masuk ke surga karena membela Bung Karno," kata Pak Pomo.
Kini, jenazahnya dimakamkan di TPU Keputih, Sukolilo, Surabaya. "Selamat jalan senior kami, teman dan sahabat se-perjuangan. Selamat jalan menjumpai Sang Khalik dalam damai," kata Bambang DH.
Baca juga:
Pangeran Saudi Dikenal Sebagai Pembangkang Kerajaan Wafat di Usia 87 Tahun
Korsel Umumkan Istri Pendiri Korut yang juga Nenek Tiri Kim Jong-un Wafat
Antusiasme Warga AS Sambut Kereta Jenazah George HW Bush
Sastrawan NH Dini Meninggal Dunia dalam Kecelakaan di Tol Semarang
Sebelum Kecelakaan, NH Dini Jalani Terapi Tusuk Jarum
Mengenang George HW Bush, dari Pilot Jet Tempur hingga Jadi Presiden AS