Trauma, Siswa SD di Jombang Korban Dugaan Bullying Tak Mau Sekolah
Sejak kasus pelemparan kayu yang mengakibatkan kepala bocor, korban menyatakan tidak mau sekolah di tempatnya bersekolah dulu.
Sejak kasus pelemparan kayu yang mengakibatkan kepala bocor, korban menyatakan tidak mau sekolah di tempatnya bersekolah dulu.
Trauma, Siswa SD di Jombang Korban Dugaan Bullying Tak Mau Sekolah
Bocah SD korban dugaan perudungan atau bullying di Jombang, Jawa Timur tak mau sekolah lagi alias mogok sekolah. Hal ini dikarenakan korban merasa trauma lantaran kerap menjadi korban bully di sekolahnya.
Keengganan korban untuk bersekolah lagi diungkapkan oleh kuasa hukumnya, Febri Kurniawan Pikulun. Febri mengatakan, sejak kasus pelemparan kayu yang mengakibatkan kepala bocor, korban menyatakan tidak mau sekolah di tempatnya bersekolah dulu.
"Yang bersangkutan menyatakan tidak mau sekolah. Tentu itu kita sayangkan ya," ujar Febri yang merupakan Ketua Komnas Perlindungan Anak Jawa Timur ini, Senin (2/10).
- Begini Kondisi Siswa SMP Diduga Korban Bullying di Bekasi Sebelum Meninggal Dunia
- Siswa Dibully hingga Diamputasi Trauma Berat, Menangis Histeris saat Lihat Kakinya
- Disdik DKI Sebut Siswa SD yang Tewas Usai Jatuh dari Lantai 4 Gedung Bukan Korban Bullying
- Trauma Berat Tak Mau Sekolah, Ini Fakta Baru Bocah SD yang Matanya Ditusuk Kakak Kelas hingga Buta
Febri menambahkan, keengganan korban untuk bersekolah itu dikarenakan mengalami trauma.
Sebab dikatakan Febri, selama ini, korban yang masih kelas 1 SD itu, mengaku kerap menjadi korban bully maupun olok-olokan teman-temannya.
Yang membuatnya miris, kata Febri, tidak hanya menjadi korban bully fisik, kliennya juga kerap menjadi olok-olokkan temannya lantaran latar belakang ekonomi keluarganya.
Secara ekonomi, keluarga korban termasuk ekonomi menengah ke bawah. Ayah korban saat ini menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Timor Leste untuk menghidupi ekonomi keluarganya.
"Korban trauma ya atas kejadian itu. Ia tidak mau sekolah lagi. Katanya ia juga sering jadi bahan olok-olok teman-temannya karena miskin," kata Febri.
Selain faktor itu, menurut Febri, sikap pihak sekolah juga tidak mendukung korban membuat orang tua kliennya tidak mau anaknya melanjutkan sekolah di tempat tersebut.
"Solusinya ya cuma pindah sekolah ya. Dan mereka setuju anaknya untuk dipindah sekolah," kata Febri.
Febri mengatakan, untuk menemukan solusi terbaik, dalam waktu dekat akan melakukan audensi dengan pihak sekolah maupun pihak terkait lainnya.
Dugaan bullying diselidiki polisi
Diketahui, kasus ini sudah masuk dalam ranah penyelidikan polisi. Pelaku pelemparan kayu yang menyebabkan bocor kepala korban ini telah dilaporkan secara pidana. Laporan ini sebagaimana tertuang dalam laporan polisi nomor LP/B/258/IX/2023/SPKT/Polres Jombang/Polda Jawa Timur.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Jombang AKP Aldo Febrianto, menyatakan polisi sudah melakukan penyelidikan atas insiden tersebut. Sementara ini, penyidik Satreskrim Polres Jombang telah memintai keterangan ibu korban dan anaknya. Sedangkan, siswa kelas 1 SD tersebut juga sudah dilakukan visum sebagai bahan penyelidikan.
Polisi akan mendatangi sekolah korban untuk mengumpulkan keterangan. Selain itu, polisi juga akan menjadwalkan pemeriksaan saksi-saksi.
Sementara, Kapolres Jombang AKBP Eko Bagus Riyadi mengatakan, aksi bullying sangat berdampak buruk terhadap anak-anak. Dampak buruk dari Bullying bisa mengancam psikologi anak hingga fisik.
Kapolres juga mengimbau masyarakat agar melaporkan ke call center kandani bilamana terjadi tindak pidana atau gangguan kamtibmas di wilayahnya.
"Serta apabila ada informasi lainnya bisa langsung menghubungi Call center 110 atau WA Center Kandani 081323332022," pungkasnya.