Tsunami di Pulau Sebesi, Balita Hilang Setelah Lepas dari Pegangan Orangtua
Tsunami di Pulau Sebesi, Balita Hilang Setelah Lepas dari Pegangan Orangtua. Sugeng menyebutkan anak balita itu bernama Mega berumur lima tahun, siswi PAUD. Sugeng menjelaskan, Mega hilang terseret gelombang tsunami setelah terlepas dari pegangan orangtuanya.
Seorang balita hilang saat tsunami menerjang Pulau Sebesi, Lampung Selatan, Sabtu (22/12) malam. Sampai sekarang anak tersebut belum ditemukan.
"Kita ada satu korban hilang, satu balita umur lima tahun, sampai sekarang belum ketemu, selebihnya korban luka-luka," kata Sugeng, Pelaksana Tugas Kepala Desa Pulau Sebesi Kabupaten Lampung Selatan dihubungi dari Lampung Timur, seperti dilansir Antara, Jumat (28/12).
-
Kapan tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Di mana tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Kapan tsunami terjadi? Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air di bawah laut akibat pergeseran lempeng bumi, erupsi gunung berapi bawah laut, hingga jatuhnya meteor ke laut.
-
Kapan Gunung Krakatau meletus dan menyebabkan tsunami dahsyat? Letusan dahsyat Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883.
-
Apa penyebab tsunami Storegga? Dipicu oleh tanah longsor besar di bawah air di lepas pantai Norwegia, peristiwa ini menyebabkan gelombang raksasa setinggi lebih dari 20 meter (65 kaki) menghantam Kepulauan Shetland, yang terletak di utara daratan Skotlandia.
-
Bagaimana cara BPBD Bantul mengatasi kekurangan EWS Tsunami? “Ke depan akan kita anggarkan lebih banyak lagi. Pengadaan EWS tsunami juga akan kita ajukan ke APBD maupun pusat. Kapan terealisasi tidak tahu yang penting kami mengusulkan dulu,” kata Agus.
Sugeng menyebutkan anak balita itu bernama Mega berumur lima tahun, siswi PAUD. Sugeng menjelaskan, Mega hilang terseret gelombang tsunami setelah terlepas dari pegangan orangtuanya.
"Dia (balita) terhempas gelombang, mungkin tidak terpegang lagi oleh orangtuanya karena terhempas gelombang," ujarnya.
Menurut dia, kedua orang tua Mega selamat dan sekarang dirawat di RSUD Bob Bazar Kalianda, Lampung Selatan.
"Kedua orangtuanya selamat dan saat ini sedang di rawat di RSUD Bob Bazar karena mengalami luka, orangtuanya sangat berharap anaknya (Mega) bisa segera ditemukan," kata dia.
Sementara itu, anak-anak korban tsunami Selat Sunda yang telah diungsikan dari Pulau Sebesi dan Sebuku sementara ditampung di Lapangan Tenis Indoor Kota Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan untuk menjalani pemulihan trauma (trauma healing) oleh petugas Kemensos RI.
Anita, petugas Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti) Kota Bandarlampung dari Kemensos RI menjelaskan, kegiatan pemulihan trauma yang diberikan bagi anak-anak korban tsunami itu, di antaranya menggambar, bermain, dan bernyanyi.
Menurut dia, tujuan kegiatan pemulihan trauma tersebut, agar anak-anak melupakan peristiwa tsunami yang dialami sehingga bisa kembali ceria.
"Anak-anak ini diberikan trauma healing agar bisa ceria lagi dan melupakan peristiwa tsunami yang terjadi," ujar Anita.
Menurut dia, tidak hanya anak-anak dari Pulau Sebesi dan Sebuku yang mengikuti kegiatan tersebut, tapi semua anak-anak di tempat pengungsian bencana tsunami Lampung Selatan bisa mengikutinya.
Anak-anak korban tsunami yang mengungsi itu, terlihat ceria dan antusias menggambar di atas buku gambar yang disediakan oleh petugas Sakti Kemensos RI. Mereka juga dihibur dan diajak bermain-main, termasuk bernyanyi, selain menuangkannya dalam karya gambar yang dihasilkan.
Baca juga:
Menpar Tegaskan Hotel Harus Berada 100 Meter dari Bibir Pantai
Gunung Anak Krakatau Kembali Gemuruh, Warga Diminta Tenang dan Waspada
Ikut tergulung ombak tsunami, kembaran Ifan Seventeen sempat terpisah dengan anak
Sambangi Lokasi Tsunami Selat Sunda, Ridwan Kamil Salurkan Bantuan Rp 3 Miliar
Tulis Surat Terbuka, Dosen UGM Sarankan Jokowi Rombak Jajaran BMKG