Uang kuliah naik sampai ratusan juta, mahasiswa Undip demo rektorat
"Kami menuntut adanya transparansi terhadap terjadinya kenaikan UKT yang mencapai ratusan juta rupiah ini,"
Ribuan mahasiswa yang diprakarsai oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah Selasa (5/4), menggelar aksi unjuk rasa di Lapangan Rektorat Kompleks Kampus Undip Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Dalam aksinya yang dimulai sekitar pukul 16.30 WIB sore tadi, ribuan mahasiswa dari berbagai jurusan ini menolak terhadap kenaikan uang kuliah yang terdiri dari Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Sumbangan Pengembangan Instansi (SPI).
"Selain itu juga kami menuntut adanya transparansi terhadap terjadinya kenaikan UKT yang mencapai ratusan juta rupiah ini," ungkap Samuel salah seorang mahasiswa yang berorasi di hadapan ribuan rekan-rekan mahasiswanya.
Selain berorasi secara bergantian, ribuan mahasiswa Undip Semarang dari berbagai fakultas ini juga membawa beberapa spanduk tuntutan mereka di antaranya; "Dijual Buat Bayar SPI", "Tolak Kenaikan UKT dan Adanya SPI", "Pendidikan Untuk Mencerdaskan Bukan Untuk Dikomersilkan", "Tuntut Janji Rektor", "Saya Tolak Kenaikan UKT dan Pengadaan SPI", "UKT : Uang Korporasi Terselubung-SPI: Sumbangan Pemakmuran Instansi (SI)"dan lainya.
Selain itu, dalam aksinya, mereka juga melakukan aksi penggalangan koin peduli Undip Semarang sebagai cerminan bahwa Undip membutuhkan biaya tambahan guna keberlangsungan proses belajar mengajar untuk mahasiswanya.
Tidak hanya itu, ribuan mahasiswa tersebut juga melakukan aksi penurunan bendera rektorat menjadi setengah tiang. Aksi itu dilakukan sebagai cerminan bahwa mahasiswa Undip sedang berduka karena kampus Undip Semarang bukan lagi kampus rakyat. Melainkan sebagai kampus yang sudah mengkomersilkan pendidikan bagi para mahasiswanya.
"Kampus Undip apakah kini sebagai kampus rakyat? Yang kini telah diduga berupaya mengkomersilkan pendidikan bagi mahasiswanya? Kenaikan UKT yang belum transparan. Kemudian nominal SPI di beberapa fakultas hingga ratusan juta dan SPI yang tidak sesuai dan tidak tepat sasaran," tegas Kabid Humas BEM Undip Semarang Azim Asykari kepada merdeka.com Selasa (5/4) petang tadi.
Selain itu, Azim juga menilai, jika kenaikan UKT dan SPI yang dilakukan pihak kampus Undip Semarang terjadi secara tidak transparan dan penuh dengan keganjilan.
"Kenaikan UKT yang belum transparan. Nominal SPI yang dibebankan di beberapa fakultas ratusan juta. Misalnya di Fakultas Kedokteran ada biaya SPI hingga Rp 250 juta. Padahal SPI untuk tahun lalu hanya Rp 20 juta. Apalagi diduga SPI tidak sesuai dan tidak tepat sasaran," terangnya.
Azim juga mengungkapkan, mahasiswa sudah berupaya untuk melakukan dialog dengan pihak kampus. Namun, sampai saat ini pihak rektorat yang dimpimpin oleh Prof. Yos Johan Utama ini belum mau memberikan kesempatan kepada mahasiswanya untuk berdialog. Malah, saat aksi unjuk rasa berlangsung orang nomor satu di Undip Semarang ini sedang pergi ke Perancis.
"Dialog dengan pimpinan sudah berupaya dilakukan oleh teman-teman sospol. Kapan? Tepatnya kemarin kita sudah layangkan surat ke rektorat untuk bisa hadiri acara di sini. Namun, untuk Pak Rektor malah ke Perancis untuk Pembantu Rektor 3 juga tidak hadir. Kemungkinan yang akan hadir rektor atau pembantu rektor," ungkapnya.
Setelah beberapa perwakilan mahasiswa dari BEM Undip Semarang menemui pihak rektorat, akhirnya baru beberapa perwakilan dari pihak rektorat keluar dari dalam gedung rektorat dan menemui ribuan mahasiswa tersebut.
Namun, ungkapan kekecewaan mahasiswa yang muncul. Pasalnya, perwakilan tersebut hanyalah sekitar tujuh orang yang merupakan tenaga teknis yang menjadi perwakilan pihak rektorat. Ketujuh orang tersebut diantaranya adalah; Pembantu Dekan (PD) 3 Fakultas Teknik Asnawi dan PD 3 Fakultas Perikanan dan Peternakan Sutopo, Kepala Biro Bapsi Arsiyani, Kabiro Akademik Embung Setiawan, Kabag Keuangan Undip Ratna dan Kabid Humas Nuswantoro.
"Untuk soal UKP dan SPI, kami kebetulan ditunjuk oleh bapak rektor dan PR(pembantu rektor) seharusnya bisa buat keputusan. Saya ditunjuk bapak PR3 untuk sampaikan ini. Keputusan atau pengambilan kebijakan bukan kami. Karena kami pejabat teknis," ucap salah seorang dari Kabag Keuangan dan langsung dijawab oleh beberapa mahasiwa.
"Terus kenapa tidak ke sini? Telepon ayo! Pak Rektor ditelepon!" teriak beberapa mahasiwa namun tidak dituruti oleh perwakilan dari rektorat.
Aksi semakin memanas saat beberapa mahasiswa berupaya untuk merangsek tempat perwakilan rektorat memberikan penjelasan terkait terjadinya kenaikan SPI dan UKT di Kampus Undip Semarang. Saat itulah terjadi adu mulut antara pengurus BEM Undip Semarang dan mahasiwa. Bahkan, nyaris terjadi baku hantam yang namun akhirnya mereda usai dilerai oleh petugas Satuan Pengamanan (Satpam) Undip Semarang.