Unik & istimewanya Tenun Gringsing Bali, satu kain dibuat 2-5 tahun
Tenun ini diyakini memiliki kekuatan transendental yang mampu menyembuhkan penyakit dan menolak bala.
Ini bisa jadi tenun paling unik di dunia, hasil karya tangan-tangan manusia. Namanya Tenun Gringsing, kerajinan khas masyarakat Desa Tenganan Pagringsingan di Kabupaten Karangasem, Bali.
Cara menenunnya menggunakan teknik ikat ganda dengan alat tenun tangan yang hanya digunakan di tiga tempat di dunia. Dua lainnya ada di India dan Jepang. Namun di Tenganan, teknik ini diperumit lagi oleh proses pewarnaan alami yang panjang dan bahan baku yang sulit. Dulu, satu kain selesai dikerjakan delapan tahun.
-
Dimana pementasan budaya Kota Denpasar berlangsung? Diadakan di kompleks kawasan bersejarah Kota Tua, Semarang, hadir pada pagelaran budaya tersebut Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, Wakil Bupati Karangasem, I Wayan Artha Dipa, Ketua TP PKK Kota Denpasar, Ny. Sagung Antari Jaya, serta Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Raka Purwantara.
-
Kenapa Prasi penting bagi budaya Bali? Prasi juga jadi media melestarikan cerita-cerita yang berkembang di antara masyarakat Bali. Visual Prasi yang memukau dapat membantu mempertahankan eksistensi dari cerita-cerita tersebut.
-
Bagaimana warga Bali mempertahankan budaya mereka di Kalimantan Barat? Secara umum, warga kampung bali yang tinggal di Kalimantan Barat ini masih menegakkan budaya asli mereka, hanya saja tempatnya yang berbeda. Mereka juga masih menyempatkan pulang ke kampung halaman untuk menghadiri acara Ngaben dan acara adat lainnya.
-
Apa makna dari budaya mencium tangan di Indonesia? Biasanya, budaya cium tangan atau salim tangan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai tanda hormat dan sopan santun.
-
Mengapa pantun Bali lucu penting dalam melestarikan budaya Bali? Dalam konteks budaya, pantun Bali lucu memainkan peran dalam melestarikan bahasa Bali dan seni sastra lisan tradisional. Melalui bermain pantun, generasi muda dapat terlibat dalam praktik budaya yang khas, yang membantu mewariskan nilai-nilai dan identitas budaya kepada generasi selanjutnya.
-
Apa yang dilakukan Banyuwangi untuk melestarikan budaya asli bangsa? Ini salah satu bentuk pengejawantahan nasionalisme di masa sekarang. Bagaimana kita semua bisa melestarikan budaya asli bangsa kita.
"Sekarang bisa dua sampai lima tahun," kata Marinta Serina Singarimbun dan Amalia Firman, penulis dan fotografer buku "Mata Jiwa, A Memoir of Tenganan Pagringsingan" yang diterbitkan Citaruci Mandalika, dan diluncurkan oleh Ceva Bali di Taman Bhagawan, Nusa Dua, Bali, Minggu petang.
Buku itu berisi cerita puitik dan fotografi kehidupan tertutup Wong Paneges yang mereka garap selama 15 tahun. Wong Paneges adalah masyarakat asli Bali atau biasa disebut Bali Aga. Leluhur mereka sudah ada jauh sebelum migrasi besar-besaran penduduk Kerajaan Majapahit dari Pulau Jawa, pada abad 15.
Desa ini terletak di lembah yang indah dan rimbun, diapit Bukit Kangin dan Bukit Kauh. Jaraknya 70 km arah timur dari Denpasar. Di desa ini, Tenun Gringsing adalah identitas diri yang mutlak. Seluruh upacara penting harus menggunakan kain ini.
Tapi, tak semua orang boleh menggunakannya, meskipun bisa memilikinya. Ada aturan adat yang ketat. Yang juga mengatur semua aktivitas harian masyarakat yang memegang teguh tata krama kuno ini.
"Dulu orang bahkan percaya warna merah kain gringsing dibuat dari darah manusia. Beredar mitos katanya orang-orang tua di desa kami dibunuh untuk diambil darahnya buat bikin kain ini," kata I Nyoman Sadra, tokoh masyarakat Tenganan Pagringsingan.
Namun, Sadra menjamin hal itu tidak benar. Mungkin mitos itu sengaja dihembuskan oleh leluhurnya untuk menjaga hak paten zat warna merah. "Biar enggak ada orang yang coba-coba meniru mungkin," katanya.
Sadra menceritakan bahwa tenun gringsing hanya menggunakan tiga warna alam. Yakni merah, kuning, dan hitam. Warna merah paling susah. Karena itu, sangat dilindungi.
"Sebenarnya merah itu dibuat dari akar pohon mengkudu yang tumbuh di Nusa Penida. Tidak bisa yang tumbuh di tempat lain. Beda sekali hasilnya. Mungkin karena di Nusa Penida pohon mengkudu tumbuh di tanah batu kapur," tutur Sadra.
Benangnya juga dibuat dari kapuk berbiji satu yang hanya tumbuh di Nusa Penida. Setelah dipintal, benang itu mengalami proses perendaman dalam minyak kemiri yang bisa berlangsung selama setahun. Tiap 25-29 hari air rendaman diganti.
Kemirinya pun menggunakan yang benar-benar matang dan sudah jatuh dari pohonnya. Tidak boleh dipetik, sesuai awig-awig, aturan adat. Makin lama direndam, benang makin kuat dan lembut. Setelah itu baru proses pewarnaan yang panjang.
Kepala Desa Tenganan Pagringsingan, Putu Yudiana Krenteng, mengatakan tenun gringsing sangat sakral bagi sukunya. Diyakini memiliki kekuatan transendental yang mampu menyembuhkan penyakit dan menolak bala.
"Kain ini banyak yang sudah berumur ratusan tahun dan masih baik digunakan untuk upacara. Warnanya makin tua bukan makin pudar, tapi malah makin bagus," kata Sadra menceritakan keunggulan Tenun Gringsing.
Menurut catatan, ada 21 motif tenun gringsing kuno. Namun yang kini dikerjakan penduduk hanya belasan saja. Semua dianggap mengandung nilai magis yang kuat.
Mata Jiwa menggambarkan proses pembuatan dan penggunaan tenun gringsing lewat foto-foto yang mengagumkan dan cerita filosofisnya yang puitik.
"Fotonya bagus semua dan Tenun Gringsing memang kain yang istimewa," kata GKR Hemas, Permaisuri Keraton Yogyakarta, ketika membuka halaman demi halaman buku itu.
(mdk/noe)