Ustaz Rahmat Baequni Mengaku Ceramah Soal Petugas KPPS Diracun Permintaan Jemaah
Ustaz Rahmat Baequni buka suara terkait kasus dugaan penyebaran berita bohong yang menjeratnya. Ia menegaskan pembahasan yang disampaikan soal petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal karena diracun merupakan permintaan jemaah.
Ustaz Rahmat Baequni buka suara terkait kasus dugaan penyebaran berita bohong yang menjeratnya. Ia menegaskan pembahasan yang disampaikan soal petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal karena diracun merupakan permintaan jemaah.
"Sebelum pengajian ada jemaah yang bertanya 'ustaz tolong dong dibahas tentang ini (petugas KPPS meninggal), jadi kami harus menyikapi bagaimana'," katanya di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Jumat (21/6).
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Siapa yang diklaim sebagai tersangka yang dilepaskan dalam berita hoaks? Berita yang beredar mengenai kepolisian yang membebaskan tersangka pembunuhan Vina Cirebon bernama Pegi karena salah tangkap adalah berita bohong.
-
Bagaimana cara mengecek kebenaran berita hoaks tersebut? Penelusuran Mula-mula dilakukan dengan memasukkan kata kunci "Menteri Amerika klaim: Kominfo Indonesia sangat bodoh, Databesa Negaranya dihacker tidak tau, karena terlalu sibuk ngurus Palestina" di situs Liputan6.com.Hasilnya tidak ditemukan artikel dengan judul yang sama.
-
Siapa yang dipolisikan terkait dugaan penyebaran hoaks? Polda Metro Jaya diketahui mengusut dugaan kasus menyebarkan hoaks Aiman lantaran menuding aparat tidak netral pada Pemilu 2024.
-
Apa yang Soeharto katakan tentang berita hoaks yang mengarah ke Tapos? Memberitakan dengan tujuan negatif, karena mereka tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dari Tapos ini," jelas Soeharto dikutip dari akun Instagram @jejaksoeharto. Karena memikirkan ini peternakan dari Presiden, padahal bukan peternakan Presiden, ini sebenarnya punya anak-anak saya yang saya mbonceng untuk mengadakan riset dan penelitian," kata Soeharto menambahkan.
-
Bagaimana tanggapan Titiek Puspa atas kabar hoaks kematiannya? Titiek Puspa, meski santai, mengakui kesal karena berita palsu yang menyebutkan dirinya telah meninggal dunia.
"Maka saya katakan berdasarkan informasi yang saya terima. Dan itu yang saya maksud kan yang ada di media sosial," lanjutnya.
Dalam ceramahnya itu, ia mengatakan pembahasan mengenai KPPS bersifat diskusi. Ia beberapa kali menanyakan kepada jemaah mengenai informasi dugaan petugas KPPS yang meninggal dunia.
"Saya hanya mengutip saja dari pemberitaan yang viral di media sosial. Dan saya tanyakan kepada jemaah, bahkan jemaah juga sudah pada tahu dan menganggukkan kepala. Silakan bisa dilihat nanti dalam filmnya (rekaman video ceramah)," terangnya.
Dia mengaku akan kooperatif dengan polisi. Selain itu ia menegaskan tidak ada niatan untuk membuat kekisruhan dalam konten ceramahnya.
"Saya menyatakan bersifat kooperatif ikut menjalani pemeriksaan sebagai mana telah dijelaskan pertama tentang apa yang diberitakan, kalau saya menyebarkan berita bohong terkait dengan anggota KPPS yang meninggal dunia itu," terangnya.
Berkaitan dengan isi ceramah yang membahas petugas KPPS meninggal, ia mengutip informasi dari berita yang viral di media sosial.
"Pada akhirnya saya menyampaikan ini kita tunggu penyebabnya ini apa. Dan memang sudah ada beberapa media yang kesannya seperti tadi, diracun atau zat-zat yang mengandung racun," ia melanjutkan.
Rahmat Baequni menegaskan cinta Tanah Air dan tidak memiliki niat membuat kekisruhan di tengah masyarakat. "Kemudian saya sekali lagi tidak berniat menyebarkan berita bohong ini, sehingga menciptakan kekisruhan informasi di media sosial kita. Saya cinta Tanah Air ini, saya cinta bangsa ini. Tidak mungkin saya memecah belah bangsa sendiri. Saya tidak pernah berniat melakukan itu," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, dalam video yang beredar, ia menyatakan sepanjang sejarah penyelenggaraan Pemilu di Indonesia, belum pernah terjadi petugas yang meninggal dunia hingga mencapai ratusan jiwa seperti yang terjadi pada penyelenggaraan Pemilu 2019.
"Sesuatu yang belum pernah terjadi dan ini tidak masuk di akal," katanya mengutip dalam video.
"Bapak ibu sekalian, ada yang sudah mendapat informasi mengenai ini? Tapi ini nanti di-skip ya. Bapak ibu sekalian yang dirahmati Allah, ketika semua yang meninggal ini dites di lab, bukan diautopsi, dicek di lab forensiknya, ternyata apa yang terjadi? Semua yang meninggal ini mengandung dalam cairan tubuhnya, mengandung zat yang sama, zat racun yang sama. Yang disebar dalam setiap rokok, disebar ke TPS. Tujuannya apa? Untuk membuat mereka meninggal setelah tidak dalam waktu yang lama. Setelah satu hari atau paling tidak dua hari," lanjutnya.
Tujuannya, ia katakan agar mereka tidak memberikan kesaksian tentang apa yang terjadi di TPS.
Akibatnya, polisi menjerat Rahmat dengan pasal berlapis yaitu Pasal 14 ayat 1 dan atau Pasal 15 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1946, dan atau Pasal 45 ayat (2) Jo Pasal 28 ayat (2) UU nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan terhadap UU nomor 11 tahun 2008 tentang ITE dan atau pasal 207 KUHPidana dengan ancaman hukuman 10 tahun penjara.
Baca juga:
Polisi Tangkap Ustaz Rahmat Baequni Berkat Info dari Netizen
Ceramah Petugas KPPS Diracun, Ustaz Rahmat Baequni Jadi Tersangka
Polisi Tangkap Rahmat Baequni Terkait Kasus Hoaks Petugas KPPS Tewas Diracun
Ustaz Rahmat Baequni Ditangkap Polda Jabar
Polisi Pelajari Video Ceramah Rahmat Baequni Soal Petugas KPPS Tewas Diracun
Polda Jabar Selidiki Video Ustaz Rahmat Baequni Soal Petugas KPPS Meninggal Keracunan