Vaksin palsu sudah menyebar di daerah-daerah ini
Bisnis vaksin palsu ini sudah dijalankan selama 13 tahun.
Belakangan ini kasus vaksin palsu untuk bayi membuat geger masyarakat Indonesia. Masalah ini mencuat setelah ditangkapnya pasangan suami istri pembuat vaksin itu.
Pasangan suami istri tak lain Hidayat Taufiqurahman dan Rita Agustina. Hidayat diketahui pernah bekerja di rumah sakit, sedangkan Rina dikenal sebagai mantan perawat. Keduanya ditangkap di Perumahan Kemang Pratama Regency, Kota Bekasi, pekan lalu.
Lebih mengejutkan lagi, ternyata bisnis vaksin palsu ini sudah dijalankan selama 13 tahun. Distribusi ini diduga telah menjangkau beberapa wilayah di Indonesia.
Sejauh ini, baru dua wilayah, Tangerang Selatan dan Pekanbaru. Sebanyak 15 pelaku sudah diamankan Bareskrim Mabes Polri .
Menurut Suid, petugas keamanan di perumahan tersebut, usai digerebek petugas kepolisian tidak ada lagi aktivitas di rumah yang bercat oranye kemerahan tersebut. Padahal sebelumnya selalu ada mobil yang terlihat lalu lalang di rumah tersebut tanpa diketahui kegiatannya.
"Setelah digerebek, enggak ada lagi aktivitas. Biasanya ada saja mobil yang menetap atau sekedar berhenti sebentar, terus pergi lagi," kata Suid.
Selanjutnya di Pekanbaru. Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Pekanbaru menemukan sebanyak dua puluh file vaksin diduga palsu dari salah satu tempat pendistribusian obat di kota Pekanbaru, Riau.
"Ya benar, ada vaksin yang diduga palsu kita amankan sebanyak 20 file. Saat ini masih akan kita lakukan uji laboratorium," kata Indra Ginting, saat dikonfirmasi wartawan, Senin (27/6) kemarin.
Menurutnya, sebanyak dua puluh vaksin yang diduga palsu itu terdiri dari vaksin Anti Tetanus Serum (ATS) sebanyak 10 ampul dan vaksin Anti Bisa Ular (ABS) sebanyak 10 file.
"Masing-masing ada 10 file yang kami amankan dan masih kita teliti kandungannya. Secara kasat mata ciri-cirinya patut diduga palsu," beber Indra.
Indra menjelaskan, vaksin diduga palsu ini jika masuk ke dalam tubuh berdampak negatif dan berbahaya. "Berbahaya, namun belum diketahui secara pasti apa efeknya. Karena belum ada contoh kasusnya (korban)," kata Indra.
Meski demikian, Indra memperkirakan efek terbesar dari pemberian vaksin ini terhadap tubuh manusia tidak adanya manfaat dari vaksin itu sendiri terhadap kekebalan tubuh.
"Sebab vaksin palsu tidak berisi komposisi yang seperti dibutuhkan tubuh. Isinya cuma cairan. Tidak ada gunanya. Ruginya selain secara kesehatan, juga rugi secara ekonomi," jelasnya.