Wakil Ketua KPK: Ngaji di Pesantren Ajarkan Integritas Cegah Korupsi
Ghufron juga tercatat pernah menjadi Wakil Ketua Forum Alumni Pondok Pesantren Mahasiswa al-Jauhar.
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menyebut, pendidikan di pesantren akan membentuk karakter santri yang berintegritas. Integritas yang terbentuk ini, berperan besar sebagai upaya mencegah perilaku koruptif.
"Mondok ini untuk menempa diri untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Karena ilmu yang diajarkan di kampus masih kurang," tutur Ghufron saat berbicara di acara haul dan temu alumni Pondok Pesantren al-Jauhar, Jember pada Minggu (2/7).
-
Bagaimana Nurul Ghufron merasa dirugikan oleh Dewan Pengawas KPK? "Sebelum diperiksa sudah diberitakan, dan itu bukan hanya menyakiti dan menyerang nama baik saya. Nama baik keluarga saya dan orang-orang yang terikat memiliki hubungan dengan saya itu juga sakit," Ghufron menandaskan.
-
Bagaimana Dewan Pengawas KPK memberikan sanksi kepada Nurul Ghufron? Dewas KPK kemudian menyatakan memberikan sanksi sedang kepada Nurul Ghufron berupa teguran tertulis dan pemotongan penghasilan sebesar 20 persen selama enam bulan.
-
Kenapa Nurul Ghufron menggugat Dewas KPK di PTUN? Ghufron sendiri sempat meminta kepada Dewas untuk menunda sidang etiknya. Namun Dewas kukuh untuk tetap menggelar sidang etik. "Apakah Dewas sudah mengantisipasi? Sangat mengantisipasi. Tapi perlu diketahui hal-hal yang memang kita tidak bisa melakukan persidangan kalau itu harus dipenuhi. NG pernah tidak hadir, tapi kemudian hadir," ucap ketua Dewas KPK, Tumpak Hatorangan di gedung Dewas KPK, Selasa (21/5).
-
Kapan Nurul Ghufron melaporkan Dewan Pengawas KPK? "Saya laporkan pada tanggal 6 Mei 2024 ke Bareskrim dengan laporan dua pasal, yaitu Pasal 421 KUHP adalah penyelenggara negara yang memaksa untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Kedua, pencemaran nama baik, Pasal 310 KUHP, itu yang sudah kami laporkan," ungkap Ghufron di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Senin (20/5).
-
Kenapa Nurul Ghufron melaporkan Dewan Pengawas KPK? Wakil ketua KPK itu menyebut laporannya ke Bareskrim Mabes Polri sehubungan dengan proses etik yang tengah menjerat dirinya karena dianggap menyalahkan gunakan jabatan.
-
Bagaimana Dewas KPK mengantisipasi gugatan Nurul Ghufron di PTUN? Dewan Pengawas (Dewas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengaku sudah mengantisipasi gugatan pimpinan KPK Nurul Guhfron di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) untuk menguji materi etiknya karena membantu mutasi ASN di Kementan dari pusat ke daerah. Sebab peristiwa itu sudah terjadi satu tahun lebih baru diusut Dewas KPK. Bahkan Ghufron sendiri sempat meminta kepada Dewas untuk menunda sidang etiknya. Namun Dewas kukuh untuk tetap menggelar sidang etik.
Semasa menempuh kuliah S1 di Fakultas Hukum Universitas Jember (FH UNEJ) tahun 1993, Ghufron yang berasal dari Sumenep ini juga menjadi santri di Pondok Pesantren Mahasiswa al-Jauhar yang dirintis oleh KH Shodiq Mahmud dan diteruskan menantunya, Profesor KH Sahilun A Natsir. Ghufron juga tercatat pernah menjadi Wakil Ketua Forum Alumni Pondok Pesantren Mahasiswa al-Jauhar.
"Bersyukurlah kita yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren karena ini membentuk integritas untuk menjadi manusia yang senantiasa bersyukur. Santri selamanya santri, dan harus memegang nilai-nilai santri meski sudah lulus," tutur Ghufron.
Para santri, sambung Ghufron, harus senantiasa mengamalkan ilmu dan ajaran yang ditanamkan sang guru, untuk menjadi insan yang bermanfaat. Ghufron juga mengingatkan agar seluruh santri jangan sampai terjebak menjadi koruptor.
"Mereka yang jadi pasien saya di KPK itu, adalah orang yang hidupnya tidak saja tidak bermanfaat untuk masyarakat, tetapi juga mengambil hak orang lain," papar doktor hukum pidana ini.
Ghufron juga mengenang masa-masa ketika kuliah sambil menjadi santri di pondok pesantren. Yakni harus menjalani hidup sederhana atau yang kerap disebut tirakat dalam dunia pesantren.
"Dulu kita berlomba- lomba untuk puasa sunnah, puasa daud. Bukan karena ingin sakti, tetapi karena kirimannya dari orang tua kurang," papar Ghufron yang disambut tawa para santri dan alumni.
Namun berkat pelajaran hidup di pesantren itulah, menjadi modal kesuksesan karir.
"Tetapi setelah itu banyak yang sukses. Itu karena berkah kita ngaji di pesantren," papar Ghufron.