Warga Desa Suger di Jember Rayakan Idulfitri Hari Ini
Sebagian umat Islam di beberapa wilayah Indonesia sudah merayakan Idulfitri pada Minggu (1/5). Warga dan santri Pondok Pesantren Mahfilud Durror di Desa Suger, Kecamatan Jelbuk, Jember, termasuk di antaranya.
Sebagian umat Islam di beberapa wilayah Indonesia sudah merayakan Idulfitri pada Minggu (1/5). Warga dan santri Pondok Pesantren Mahfilud Durror di Desa Suger, Kecamatan Jelbuk, Jember, termasuk di antaranya.
Pelaksanaan salat Id dilaksanakan pada tiga masjid di desa yang berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso itu.
-
Kenapa ucapan Idul Fitri penting? Momen Idulfitri menjadi kesempatan bagi umat Muslim untuk saling memaafkan dan merajut kembali tali persaudaraan. Ucapan-ucapan yang disampaikan pada Hari Raya ini tidak hanya sekadar kata-kata, tetapi juga sebuah ungkapan ketulusan dan keikhlasan dalam memaafkan dan memperbaiki hubungan antarindividu.
-
Kenapa ucapan selamat Idul Fitri penting? Dengan demikian, maka tali silaturahmi antar sesama umat Islam masih dapat terjaga dengan baik.
-
Apa arti dari ucapan Idul Fitri? Ucapan Idulfitri merupakan bagian tak terpisahkan dari perayaan Hari Raya Muslim yang penuh makna. Seiring dengan kemajuan teknologi dan media sosial, ucapan Idulfitri tidak lagi terbatas pada pertemuan langsung, namun juga tersebar melalui pesan teks, media sosial, dan panggilan video, menciptakan jalinan hubungan yang lebih luas. Momen Idulfitri menjadi kesempatan bagi umat Muslim untuk saling memaafkan dan merajut kembali tali persaudaraan.
-
Apa yang diungkapkan doa Idul Fitri? Doa-doa yang dipanjatkan pada Hari Raya Idul Fitri juga menjadi ungkapan dari kerinduan umat Muslim untuk terus diberkahi dan dijauhkan dari segala keburukan di masa mendatang.
-
Apa yang dimaksud dengan ucapan Idul Fitri 2024? Ucapan Idul Fitri 2024 bahasa Inggris bisa diberikan kepada keluarga, sahabat, dan orang-orang terdekat. Ucapan Idul Fitri 2024 bahasa Inggris tersebut merupakan bentuk penghargaan terhadap nilai-nilai persaudaraan dan kerukunan antar sesama.
-
Apa yang dirayakan dalam Hari Raya Idul Fitri? Hari Raya Idul Fitri biasanya dikenal dengan Hari Lebaran, yang merupakan momen penting bagi seluruh Muslim di dunia. Ini menjadi tanda akhir dari bulan puasa Ramadhan dan jatuh pada 1 Syawal dalam kalender Islam.
Warga Desa Suger memang melaksanakan ibadah puasa Ramadan dan Idulfitri lebih awal sehari dari ketetapan pemerintah berdasarkan keputusan Pondok Pesantren Mahfilud Durror. "Sudah sejak tahun 1911, saat kakek saya mendirikan pesantren ini," ujar KH Ali Wafa (62), pimpinan Ponpes Mahfilud Durror.
Gunakan Metode Hisab
Sang kakek, KH M Sholeh yang merupakan pendatang dari Madura, memperkenalkan metode penetapan awal Ramadan dan Syawal dengan merujuk kitab klasik Nazhatul Majalis yang ditulis Syaikh Abdurrohman as-Sufuri as-Syafii. Dalam kitab itu, penentuan awal puasa dilakukan dengan metode hisab atau penghitungan. Hal ini berbeda dengan cara yang dilakukan oleh pemerintah dan juga NU, yakni melalui sidang itsbat dengan berdasarkan rukyatul hilal (melihat bulan).
"Lima hari awal Ramadan tahun ini, menjadi awal Ramadan yang akan datang (tahun berikutnya), " papar KH Ali Wafa.
Metode hisab yang dilakukan pesantren ini seperti yang dilakukan ormas Muhammadiyah dalam menetapkan awal puasa dan Idul Fitri. Meski demikian, secara kultural pesantren ini lebih dekat pada tradisi keagamaan maupun jalur keilmuan di Nahdlatul Ulama (NU).
"Kitab ini diajarkan oleh guru kakek saya, KH Hamid dari pesantren Batu Anyar Madura. Saya dulu waktu masih kecil awalnya juga tidak tahu, hanya ikut-ikut saja. Tetapi setelah remaja, saya menjadi santri di Ponpes Mambaul Ulum, Bata-Bata Madura, saya temukan kitab ini," ujar KH Ali Wafa yang menjadi generasi ketiga pengasuh Ponpes Mahfilud Durror.
Tidak Selalu Berbeda dengan Pemerintah
Karena melalui proses penghitungan, penetapan awal puasa dan lebaran bisa dihitung sejak jauh-jauh hari. "Saya biasanya melakukan ijtihad, yakni menghitung dengan seksama awal puasa dan Idulfitri maupun Iduladha sekaligus untuk jangka waktu delapan tahun," papar KH Ali Wafa.
Hasil penghitungan yang dilakukan KH Ali Wafa berdasarkan kitab Nazhatul Majalis tidak selalu berbeda dengan ketetapan pemerintah. Dalam jangka waktu 5 tahun misalnya, ada 2 hingga 3 kali yang bersamaan dengan pemerintah. Saat perhitungan pesantren Mahfilud Durror berbeda, selisihnya tidak lebih satu hari dari ketetapan pemerintah.
"Warga di sini sering minta ke saya, kalau bisa jangan sampai sama (dengan pemerintah). Biar dua kali lebaran. Tapi ya tidak bisa, karena ini kan penghitungan yang ada dalilnya, " papar KH Ali Wafa dengan tertawa.
Warga di Desa Suger dan sekitarnya sudah terbiasa dengan perbedaan awal Ramadan dan Syawal. "Karena perbedaan di kalangan ulama bisa membawa rahmat," pungkas KH Ali Wafa.
(mdk/yan)