Analisis Peluang Puan Maharani Maju Pilpres 2024
Pengamat Politik Puspolnas, Yudha Prawira mengatakan, hakikat kontestasi politik adalah merebut suara pemilih sebanyak mungkin. Apalagi, kata dia, pasangan duet dalam pilpres harus memiliki keunggulan punya basis pemilih tertentu di masyarakat.
Menjelang Pilpres 2024, nama Puan Maharani diwacanakan untuk berduet bersama figur potensial capres cawapres lain. Lembaga Kajian Pusat Politik Nasional (Puspolnas) menyebut fenomena ini karena Puan memiliki posisi tawar yang tinggi menuju Pilpres 2024.
Pengamat Politik Puspolnas, Yudha Prawira mengatakan, hakikat kontestasi politik adalah merebut suara pemilih sebanyak mungkin. Apalagi, kata dia, pasangan duet dalam pilpres harus memiliki keunggulan punya basis pemilih tertentu di masyarakat.
-
Kapan Puan Maharani menyampaikan pesan terkait Pemilu 2024? Ketua DPR RI Puan Maharani mengucapkan peribahasa sindiran untuk mengajak rakyat Indonesia menyalurkan hak pilihnya dan menjunjung tinggi persatuan dalam Pemilu 2024 saat menutup rapat paripurna di Kompleks Parlemen, Jakarta.
-
Kapan sidang lanjutan PHPU Pilpres 2024 yang menghadirkan Sri Mulyani? Hari ini, Jumat, MK memanggil empat menteri Kabinet Indonesia Maju, yakni Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Sosial Tri Rismaharini.
-
Apa yang dilakukan oleh Sukma Putri Maharani terkait Pilkada Solo 2024? Meski tidak mendapatkan rekomendasi, Riri berkomitmen untuk tetap mendukung pasangan Teguh Prakosa dan Bambang Gage melalui platform Surakarta Ceria yang menjadi salah satu inisiasinya.
-
Kapan sidang perdana sengketa pilpres 2024? Juru Bicara Mahkamah Konstitusi (MK) Fajar Laksono menegaskan, sidang perdana sengketa pilpres 2024 yang akan digelar perdana esom hari hanya dihadiri depalan hakim MK tanpa Anwar Usman.
-
Kapan Pilpres 2024 akan diselenggarakan? Lalu apakah pemilu tahun 2024 ini membuat sejarah baru atau akan meneruskan tradisi lama bahwa the next presiden tahun lahirnya tak pernah lebih tua dari presiden sebelumnya.
-
Siapa yang menjadi Cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024? Pada Pilpres 2024 mendatang, Prabowo menggandeng Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapresnya.
"Masuk dan beredarnya nama Puan artinya posisi tawar dia tinggi. Puan dilihat punya basis pemilih dan tingkat keterpilihan yang tinggi," jelasnya, Selasa (29/3).
Dia menilai, Puan selama ini memiliki citra dekat dengan rakyat kecil. Apalagi Partai tempat dia bernaung sejalan dengan citranya yang dekat dengan rakyat kecil. PDIP, sebutnya, merupakan partai ideologis dan pro rakyat kecil.
Di sisi lain, Yudha menyebut PDIP adalah partai pemenang pemilu 2019. Segmen pemilih dari kalangan menengah bawah berhasil digarap PDIP secara maksimal dan membuat mereka memenangkan kontestasi lima tahunan tersebut. Artinya mesin politik PDIP dikenal tangguh dan teruji. Apalagi jika nanti Puan maju Pilpres 2024, dia yakin mesin politik PDIP akan bekerja secara maksimal.
Terakhir, Yudha juga menyinggung Puan yang merupakan cucu dari Soekarno. Hal ini semakin memperkukuh citranya yang dekat dengan rakyat kecil. Apalagi Soekarno juga memiliki ideologi pro ‘wong cilik’.
"Akhirnya figur Puan dilihat dapat menarik pemilih dari kalangan menengah ke bawah secara signifikan. Sangat menguntungkan jika nantinya dikonversi ke dalam suara di pilpres 2024," tegasnya.
Sebagaimana diketahui, saat ini di publik ramai wacana untuk menduetkan Puan dengan Anies Baswedan. Puan mengomentari wacana ini dengan tak ada yang tak mungkin di dunia politik. Politikus PDIP ini juga menyatakan dirinya saat ini punya hubungan baik dan tak ada sikap permusuhan dengan Anies.
Selain itu, beredar juga wacana untuk menduetkan Puan dengan Ganjar Pranowo. Begitu juga wacana untuk menduetkan Puan dengan Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto.
Survei SMRC: Prabowo Paling Kuat Sebagai Capres Elite Partai
Hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting menunjukkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berpeluang besar menjadi presiden di Pilpres 2024 bila yang bertarung adalah calon dari kalangan elite partai. Berdasarkan hasil survei Februari 2022 dengan kelompok pemilih kritis, Prabowo memiliki elektabilitas tertinggi di antara ketua umum partai dan elite partai.
Prabowo memiliki elektabilitas sebesar 13,7 persen dalam simulasi semi terbuka.
"Kalau calon-calon ketua-ketua partai kalau menurut survei di semi terbuka kita sebut di sini, tokoh partai adalah Prabowo yang kuat," ujar pendiri SMRC, Saiful Mujani dalam rilis survei melalui YouTube, Senin (28/2).
Dalam simulasi ini, sederet elite partai politik tidak memiliki elektabilitas di atas 5 persen.
Jauh di bawah Prabowo ada nama Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dengan elektabilitas sebesar 2,6 persen. Kemudian, Ketua DPR RI dan politikus PDIP Puan Maharani 1,1 persen, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto 0,4 persen, Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo 0,4 persen, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan 0,2 persen, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar 0,1 persen, dan Ketua Umum NasDem Surya Paloh 0,1 persen.
Sementara elite partai lain seperti Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri, Ketua Umum Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra, dan Presiden PKS Ahmad Syaikhu tidak mendapatkan dukungan.
Ganjar yang menempati urutan teratas dalam survei elektabilitas capres ini dengan angka 27,5 persen, tidak tergolong elite partai politik meski kader PDIP karena bukan penentu kebijakan di partai.
Menurut Saiful, bila partai-partai mengutamakan atau memprioritaskan ketua umum dan tokoh utama di partai, maka Prabowo adalah tokoh paling kuat di antara elite politik lainnya. Kemungkinan Prabowo menang Pilpres 2024 sangat besar jika yang bertarung hanya elite partai.
SMRC melakukan survei pada 8-10 Februari 2022 melalui wawancara telepon. Jumlah responden 1268 dipilih secara acak dipilih secara acak dari populasi pemilih kritis. Margin of error survei kurang lebih 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
SMRC melakukan survei di kalangan pemilih kritis, yaitu kelompok dengan kriteria memiliki telepon, tinggal di perkotaan, berpendidikan tinggi, dan sering mengakses berita sosial politik dari berbagai media. SMRC mencatat ada 72 persen pemilih kritis dari populasi pemilih nasional.
(mdk/fik)