Analisis: Presiden yang Dibutuhkan Indonesia
Demi mampu membawa bangsa melampaui dinamika internasional agar kepentingan nasional tetap tercapai.
Tak mudah mewujudkan Indonesia Emas 2045
Analisis: Presiden yang Dibutuhkan Indonesia
Pemerhati isu-isu strategis dan global, Prof Imron Cotan menilai, dalam perjalanan menuju ‘Indonesia Emas 2045’, Presiden hasil Pemilu 2024 harus memiliki kemampuan navigasi.
Demi mampu membawa bangsa melampaui dinamika internasional agar kepentingan nasional tetap tercapai. Kata Imron, Persatuan dan kesatuan menjadi prioritas dan modal utama.
Oleh karena itu, pemimpin nasional hasil Kontestasi 2024 yang ideal adalah yang mampu memupuk dan mengokohkan persatuan serta kesatuan bangsa di tengah tantangan global dan domestik yang semakin kompleks.
- Anies Ingatkan Pendukungnya: Lima Jam untuk Lima Tahun, Jangan Jual Belikan Suara
- Anies: Kita Tidak Ingin Lagi Ada Ketimpangan Kemakmuran di Indonesia
- Nasihat Ulama Banten Abuya Muhtadi untuk Ganjar: Jangan Sampai Menimbulkan Perpecahan
- PAN: Tidak Ada Pembicaraan Ganjar Jadi Cawapres Prabowo di Internal Koalisi
"Pemimpin tersebut harus mampu membangun konsensus nasional dan memastikan bahwa seluruh bangsa Indonesia menjadi bagian dari upaya mencapai Indonesia Emas 2045,"
Prof Imron Cotan
Merdeka.com
Pemimpin tersebut, kata dia, harus mampu membangun jembatan komunikasi antara berbagai kelompok masyarakat. Memastikan bahwa setiap suara didengar, dan dalam mengambil keputusan mempertimbangkan kepentingan bersama.
"Pilpres menjadi momentum krusial dalam menentukan arah Indonesia di dua dekade mendatang. Pemilih harus mempertimbangkan calon yang tidak hanya memiliki visi internasional yang jelas, tetapi juga komitmen kuat untuk memajukan kepentingan domestik," kata Imron.
Sementara itu, Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani, Hikmahanto Juwana, mengatakan, ‘Indonesia Emas 2045’ menjadi sasaran besar yang ingin diwujudkan menuju seratus tahun Republik ini.
Siapapun yang memegang tampuk kepemimpinan nasional selanjutnya harus mampu menggelorakan semangat dan cara pandang bahwa Indonesia dapat menjadi negara super power.
"Guna mencapai keinginan tersebut, maka siapa saja calon presiden yang telah ditetapkan oleh KPU perlu memiliki komitmen untuk menolak intervensi luar negeri yang berupaya mengendalikan kita," ujar Hikmahanto.
Waketum Gelora, Fahri Hamzah, menegaskan, pemimpin yang akan datang seharusnya meneruskan program pembangunan Presiden Jokowi. Sehingga terjadi kesinambungan.
Termasuk program pembangunan IKN.
Ia juga berpendapat bahwa Indonesia saat ini tengah berada dalam perjalanan menuju cita-cita yang dituliskan oleh para pendiri bangsa dalam Pembukaan UUD 1945.
Salah satu dari empat tujuan itu menempatkan Indonesia dalam perspektif internasional.
Menurut Fahri, Indonesia dirancang untuk menjadi pemain global. Tak lama setelah Proklamasi, Indonesia menjadi pemain global.
Misalnya dengan adanya Konferensi Asia-Afrika yang menginspirasi bangsa-bangsa di dunia.
“Jangan lupa, salah satu tujuan bangsa ini bersifat global, yaitu melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial," ujar Fahri.
Pertama, kedaulatan politik yang substansinya adalah menentukan nasib sendiri, sesuai UUD 1945. Kedua, kedaulatan wilayah untuk mengoptimalkan semua yang terkandung di dalam bumi Indonesia.
Ketiga, kedaulatan budaya yang menunjukkan kita memiliki kekhasan dan karakter unik sebagai bangsa Indonesia.
Terakhir, kedaulatan posisi internasional untuk menciptakan perdamaian dunia.
"Untuk itu, program pemerintah baru nanti haruslah merupakan kesinambungan, tidak diubah-ubah dan dimulai dari titik nol lagi," ujar Mu'ti.
Direktur Eksekutif Moya Institute, Hery Sucipto, mengatakan, Indonesia harus mampu melahirkan pemimpin nasional yang berkualitas dan unggul dalam setiap era pemerintahan.
Menurut Hery, modal kuat yang harus dimiliki oleh para pemimpin masa depan adalah kemampuan untuk menciptakan, menjaga, dan memupuk persatuan serta kesatuan bangsa.