Beradu merebut massa mengambang di Jabar dan Banten
Di Jawa Barat, banyak kepala daerah yang menyatakan dukungan kepada Prabowo-Hatta.
Pada Pemilu Legislatif lalu, jumlah daftar pemilih tetap di Jawa Barat mencapai 32.527.779, sementara di Banten mencapai 7.973.453. Jumlah DPT di Jabar ini paling tinggi di Indonesia sehingga menjadi wilayah paling seksi diperebutkan pasangan Prabowo - Hatta Rajasa dan Jokowi - Jusuf Kalla.
Di Jawa Barat, banyak kepala daerah yang menyatakan dukungan kepada Prabowo - Hatta. Sebut saja Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Wali Kota Cimahi Atty Suharti, Wali Kota Bogor Bima Arya, Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman, Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail, Bupati Bandung Dadang M. Nasser, Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum, Bupati Indramayu Ana Sofanah dan Bupati Purwakarta Deddy Mulyadi.
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan pasangan Jokowi - JK akan menang. Diketahui juga, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri memenangkan Pileg 2014 di Jabar.
Pengamat politik dari Universitas Katolik Parahyangan Asep Warlan Yusuf mengatakan, pemilih di Jawab Barat belum dapat diprediksikan kekuatan politik yang paling dominan di kubu yang mana. Menurutnya, sekitar 40 persen pemilih hingga kini belum memutuskan pilihannya.
"Jawa Barat itu sesungguhnya perilaku pemilihnya dinamis tidak terpaku pada institusi dan kepala daerah tertentu. Karena Jawa Barat ini pendatang yang tidak identik dengan Sunda dan Cirebon," kata Asep.
Menurut dia, para pemilih Jawa Barat akan menentukan pilihannya setelah massa kampanye selesai. "Ketika 5 Juli masa akhir kampanye. Sebab, pemilih ini akan melihat kampanyenya seperti apa jadi saya katakan 60 persen sudah menyatakan pilihannya dan sisanya masih belum memilih," tambahnya.
Oleh karena itu, dia mengambil kesimpulan, pemilih Jawa Barat dapat dikatakan saat ini masih ragu. Selain itu, dia mengatakan isu HAM dan isu SARA tidak berdampak kepada pemilih. Sebab, kata dia, pemilih Jawa Barat akan melihat track recod kedua pasangan capres dan cawapres tersebut.
"Masyarakat Jawa Barat ini lebih kritis. Misal Prabowo dikaitkan HAM itu zaman PDIP sudah selesai tidak dipersoalkan. Jokowi isu SARA, jelas-jelas dia Islam. Mereka itu tidak menelan isu itu. Tentunya mereka ini melihat apa sih yang sudah dilakukannya," tuturnya.
Sementara di Banten, hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) awal Mei lalu menunjukkan Jokowi mendapat 26,25 % dan Prabowo 33,53 % dengan belum jawab 40,22 %. Bahkan, mantan Gubernur non aktif Ratu Atut Chosiyah disinyalir memiliki massa yang kuat untuk mendulang kemenangan Prabowo-Hatta.
Dalam analisis pengamat politik dari Universitas Sultan Agung Tirtayasa Gandung Ismanto, kecenderungan pemilih di Banten tidak melihat partai politiknya, namun lebih pada figur capres dan cawapresnya.
"Kencenderungan Pilpres ini terutama pada faktor figur yang menjadi variabel dipertimbangkan secara umumnya. Sehingga pemilih calon pileg partai politik kemarin tidak secara langsung berkorelasi pada capres," ujar Gandung kepada merdeka.com, Jumat (6/6).
lebih lanjut, dia mengatakan, secara umum Prabowo belum dapat dipastikan menang mutlak. Menurut dia, basis massa Partai Golkar juga belum dapat dipastikan seratus persen akan berlabuh ke Prabowo.