Berebut Suara Generasi Z di Pemilu 2024
Peneliti Litbang Kompas, Toto Suryaningtyas menilai, akan terjadi kenaikan yang signifikan pemilih muda pada Pemilu 2024. Menurut dia, kelompok milenial dan generasi Z atau centennial dan milenial, mengalami perkembangan pesat dua kali lipat pada Pemilu 2024 mendatang.
Peneliti Litbang Kompas, Toto Suryaningtyas menilai, akan terjadi kenaikan yang signifikan pemilih muda pada Pemilu 2024. Menurut dia, kelompok milenial dan generasi Z atau centennial dan milenial, mengalami perkembangan pesat dua kali lipat pada Pemilu 2024 mendatang.
"Mereka menunjukan angka yang fantastis, yaitu menyumbang 60 persen suara dari total pemilih yang terdaftar," ujar Toto dalam sebuah diskusi yang digelar Lembaga Kajian Opini Publik (LKOP), dikutip Selasa (29/11).
-
Mengapa Pemilu 2024 penting? Pemilu memegang peranan penting dalam sistem demokrasi sebagai alat untuk mengekspresikan kehendak rakyat, memilih pemimpin yang dianggap mampu mewakili dan melayani kepentingan rakyat, menciptakan tanggung jawab pemimpin terhadap rakyat, serta memperkuat sistem demokrasi.
-
Bagaimana Pemilu 2024 diatur? Pelaksanaan Pemilu ini diatur dalam Peraturan KPU (PKPU) Nomor 3 Tahun 2022 Tentang Tahapan dan Jadwal Pemilu 2024. Regulasi ini diteken KPU RI Hasyim Asyari di Jakarta, 9 Juni 2022.
-
Kapan Pemilu 2024? Sederet petahana calon legislatif (caleg) yang sempat menimbulkan kontroversi di DPR terancam tak lolos parlemen pada Pemilu 2024.
-
Apa saja yang menjadi tahapan pemilu 2024? Melansir dari berbagai sumber, berikut ini merdeka.com merangkum informasi tentang apa saja tahapan pemilu 2024, berikut jadwal serta alurnya. Simak ulasannya sebagai berikut. Tahapan Pemilu 2024 Dikutip dari laman KPU mereka merilis informasi tentang tahapan yang akan dilalui di pemilu 2024.
-
Apa tujuan utama dari Pemilu 2024? Pemilu merupakan wadah bagi rakyat untuk menjalankan demokrasi demi mempertahankan kedaulatan negara.
Berita terbaru Pemilu 2024 selengkapnya di Liputan6.com
Toto mengatakan, generasi milenial adalah mereka yang lahir di kisaran tahun 1981-1996. Dengan kata lain, generasi ini sekarang sudah berusia sekitar 28-43.
Sementara generasi centennial atau generasi Z adalah mereka yang lahir di kisaran tahun 1997-2012 atau yang sekarang berusia sekitar 12-27 tahun.
"Kedua generasi ini juga memiliki karakteristik yang unik seperti tempat-tempat nongkrong, tempat kuliner, coffee shop dan wisata alam. Di tempat-tempat tersebut mereka biasanya sambil bermain media sosial seperti Instagram, Facebook, dan jenis media sosial lannya," lanjut Toto.
Senada dengan temuan lembaga survei, dalam data statistik KPU juga menunjukkan, mereka yang tergolong kelompok milenial jumlahnya 15,82 persen atau sekitar 30,1 jiwa dari total 190,5 juta jiwa yang memiliki hak pilih.
Sementara kelompok centennial jumlahnya juga relatif lebih besar lagi dari kelompok milenial. Yaitu sekitar 35,59 persen atau sekitar 67,8 juta jiwa dari total 190,5 hak pilih.
Besarnya angka ceruk kedua kelompok ini menjadi tantangan sendiri bagi lembaga seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Bawaslu sebagai lembaga penyelenggara dan pengawasan pemilu.
"Namun bila tidak di-manage, suara kelompok ini juga bisa menjadi delitigimasi bagi penyelengaraan pemilu," ujar Lolly Suhanty, Komisioner Bawaslu.
Menurutnya, KPU dan Bawaslu tak mau kehilangan potensi suara kedua kelompok ini. Berbagai program untuk lebih mendekatkan wacana pemilu di kalangan kedua generasi ini pun dilakukan agar mereka bisa menjadi pemilih partisifasi aktif. Sehingga angka golput bisa ditekan semaksimal mungkin.
"Kita tahu angka golput memang memiliki kecenderungan yang terus menurun di setiap pemilu. Namun kita juga tidak mau kehilangan momen berharga ini," jelasnya.
Beberapa program pemilu yang dilakukan oleh Bawaslu untuk menarik simpati kedua kelompok ini. Di antaranya, seperti program ‘Bawaslu Bergerak Mengawasi Pemilu dengan Asyik’ yang bertujuan untuk menarik partisipasi dan kepedulian kaum muda terhadap pelaksanaan pemilu.
"Kita berharap pada kelompok ini. Mereka akan menjadi pemilih muda yang potensial, kritis dan menjadi pemilih yang educated," harap Lolly.
Tak hanya untuk KPU dan Bawaslu, tingginya angka keterlibatan kelompok milenial dan centennial ini juga menarik perhatian partai politik. Partai Politik pun banyak yang membuat program khusus untuk menarik simpati kelompok ini.
"Kita tahu, sekarang partai politik sedang berlomba-lomba untuk menarik simpatik kedua kelompok ini. Dan itu dilakukan dengan berbagai strategi yang disukai oleh kelompok muda ini," kata Toto.
Dari sekian partai politik yang berusaha kuat menarik simpati kelompok muda ini, Toto menyebutkan, dua partai politik yang relatif sudah mendapat perhatian kelompok muda ini selain PDI Perjuangan dan Partai Gerindra yaitu Partai Demokrat dan Partai Perindo.
"Partai Demokrat mendapat 14,0 persen, dan Partai Perindo mendapat angka 4,6 persen. Angka itu relatif tinggi untuk partai-partai tengah, khususnya untuk Partai Perindo yang relatif baru," lanjutnya.
Menanggapi temuan survei tersebut, Ketua DPP Partai Perindo Bidang Hukum dan HAM yang juga juru bicara nasional Partai Perindo Tama S. Langkun mengakui data itu.
Menurutnya, selama ini banyak program-program yang secara khusus ditujukan untuk menarik simpati dan dukungan kelompok muda ini.
"Beberapa kali kita mengadakan even yang dkhususkan untuk kelompok ini, dan respon mereka sangat antusias," ujarnya.
Menurut Tama, secara serius Partai Perindo berniat menggarap potensi suara muda ini. Keseriusan ini, lanjut Tama bisa dilihat dari lima program yang sudah dilakukan oleh partainya.
"Kelima program ini di antaranya; rekruitmen tokoh muda, digitalisasi dalam rekruitmen caleg, optimaslisasi organisasi sayap Partai Perindo, rekruitmen mahasiswa untuk memperkuat media sosial, dan program pemberdayaan ekonomi," paparnya.
(mdk/rnd)