Dekati Mega, SBY ibarat penari balet membawa bola panas
Aksi SBY dinilai sebagai manuver politik di ujung masa jabatannya sebagai kepala negara.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beberapa kali memberi isyarat 'rujuk' kepada Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri. Terbaru SBY menyampaikannya lewat wawancara yang diunggah ke YouTube.
Pengamat politik dari UGM Ari Dwipayana menilai aksi SBY hanya manuver politik di ujung masa jabatannya sebagai kepala negara. SBY disebut hanya ingin dicitrakan sebagai pemimpin terbuka.
"Seperti penari balet, kan akrobat-akrobatnya banyak, manuvernya lincah. Ini lebih dibangun untuk manuver politik semata, bahwa SBY hanya dicitrakan pemimpin yang terbuka. Iya benar, penari balet membawa bola panas," kata Ari kepada merdeka.com, Selasa (29/4).
Lebih lanjut, Ari menyebut gaya komunikasi SBY kepada Mega juga ingin menunjukkan kepada publik bahwa hubungan keduanya adem ayem, tak ada konflik seperti yang selama ini menjadi rahasia umum. Jika komunikasi hanya berjalan satu arah, artinya itikad baik SBY tidak direspon Mega, maka pihak Mega yang dirugikan.
"Memindahkan bola ke Bu Mega, bola panas dipindahkan ke Bu Mega. Apabila respon Bu Mega dingin-dingin saja, publik akan merespon," lanjutnya.
Jika memang SBY sungguh-sungguh ingin 'rujuk' ke Mega, lanjut Ari, harusnya komunikasi didasarkan pada kepentingan politik jangka panjang. "Kalau meletakkan kerja sama jangka pendek, ada udang di balik batu. Ini kesannya SBY ingin menjamin proses turunnya soft landing."
Sedangkan persentase peluang Demokrat membentuk poros sendiri di pemilu presiden, sangat ditentukan oleh figur yang bakal diusung jadi capres dan gerak partai tiga besar.
"Tergantung partai lain terutama poros Gerindra, PDIP dan Golkar. Jika masing-masing memperluas basis dukungan partai, itu artinya kans membentuk poros baru kecil. Demokrat juga belum ada figur yang menjadi magnet untuk bergabung," terang Ari.