DPR minta pemerintah pertahankan diplomasi untuk bebaskan 4 WNI
DPR merespon positif atas keberhasilan berbagai pihak mendorong pembebasan 10 WNI yang ditawan kelompok Abu Sayyaf
Wakil Ketua Komisi I DPR Meutya Viada Hafid merespon positif atas keberhasilan berbagai pihak mendorong pembebasan 10 WNI yang ditawan kelompok Abu Sayyaf. Menurutnya hal ini merupakan kemenangan diplomasi sebab berhasil bebas tanpa uang tebusan.
"Ini kemenangan diplomasi. Saya apresiasi pemerintah dan semua yang terlibat. Menlu, Panglima TNI, BIN dan semua pihak dari jalur non formal yang telah berhasil melakukan negosiasi," kata Meutya saat dihubungi, Jakarta, Senin (2/5).
Meutya minta pemerintah mempertahankan diplomasi agar segera membebaskan 4 WNI yang masih disandera kelompok Abu Sayyaf. Dia berharap bebasnya 10 WNI mampu memberikan kepercayaan kepada pemerintah. Dengan begitu, 4 WNI yang masih disandera bisa dibebaskan segera.
"Saya titip kepada pemerintah agar kemenangan diplomasi ini dipertahankan, dan agar warga negara yang masih disandera dapat segera dibebaskan," tuturnya.
Meutya tidak mempermasalahkan jika ada salah satu partai politik yang mengklaim telah berkontribusi besar pada pembebasan sandera. Sebab menurutnya dalam situasi semacam itu, semua pihak harus menyatu dan saling menguatkan.
"Upaya kemanusiaan dapat melibatkan semua pihak termasuk civil society. Menurut saya tidak ada masalah (klaim partai politik), yang utama adalah pembebasan berhasil," ujarnya.
Dia juga menceritakan bila dirinya pada tahun 2005 sempat menjadi korban sandera teroris di Irak. Namun semua pihak membantunya, yang utama ialah mantan presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur.
"Almarhum Gus Dur juga salah satu yang berperan besar membuka komunikasi dengan jaringan-jaringan di Irak. Dalam upaya diplomasi, memang jarang satu faktor saja menjadi penentu. Semua faktor mendukung dan saling berkaitan, semua yang turut membantu perlu kita apresiasi. Namun tentu semua harus dalam koordinasi pemerintah agar tidak terjadi tumpang tindih," pungkasnya.