Ganjar soal Beda Ucapan dan Sikap Jokowi: Tak Boleh, Isuk Tempe Sore Dele
Setiap pernyataan yang keluar dari mulut pejabat negara selalu ada rekam jejaknya.
Setiap pernyataan yang keluar dari mulut pejabat negara selalu ada rekam jejaknya.
- Ganjar: Sebagian Besar Pendukung Jokowi di Luar Negeri Pindah ke Saya
- Pandangan Ganjar di Tengah Gaduh Isu Pemakzulan Jokowi Jelang Pemilu
- Ganjar Tanggapi Isu Pemakzulan Presiden Jokowi: Apa Pelanggaran yang Dilakukan?
- Ganjar Tak Khawatir Kampanye di Jateng Terganggu Kunker Jokowi: Kalau Beliau Niatnya Ngikutin Saya Berarti Sayang
Ganjar soal Beda Ucapan dan Sikap Jokowi: Tak Boleh, Isuk Tempe Sore Dele
Calon presiden (capres) nomor urut tiga Ganjar Pranowo menanggapi Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang belakangan sering bersikap tidak seperti ucapannya di awal. Menurutnya, seorang pemimpin tidak boleh layaknya sebutan orang Jawa, yakni ‘isuk tempe, sore dele’ atau pagi tempe, sore kedelai.
Belakangan memang Presiden Jokowi menyatakan tidak akan terlibat dalam kampanye Pilpres 2024. Namun sebelumnya, dia menyebut anaknya terlalu muda untuk maju dalam kontestasi tersebut dan akhirnya berujung pencalonan sebagai cawapres Prabowo Subianto.
“Orang Jawa bilang tidak boleh berbalik. Isuk tempe, sore ‘dele. Enggak bisa,” tutur Ganjar kepada wartawan, Jumat (9/2).
“Maka begitu kita berbeda-beda maka sulit rakyat mempercayai. Itu berlaku bagi siapapun,” sambungnya.
Ganjar menegaskan, setiap pernyataan yang keluar dari mulut pejabat negara selalu ada rekam jejaknya, apalagi di era keterbukaan informasi melalui kemajuan teknologi.
“Ada data dan fakta, ada jejak digital yang berkali-kali keluar dan berkali-kali direvisi,” jelas dia.
Ganjar kembali mengingatkan agar pihak yang lain kata lain perbuatan dapat introspeksi diri dan mengoreksi sikapnya tersebut. Termasuk memberikan penjelasan ke publik juga ada klarifikasi atas pernyataannya.
“Sampaikan dengan cara gentle siapapun itu kalau adalah koreksinya,” Ganjar menandaskan.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegaskan dirinya tak akan ikut berkampanye pada Pemilu maupun Pilpres 2024.
Hal ini disampaikan Jokowi menjawab kabar yang menyebutkan dirinya akan ikut kampanye akbar terakhir pada 10 Februari 2024.
Dia menuturkan presiden memang diperbolehkan berkampanye dan memihak sesuai Undang-Undang Nomor Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu. Namun, Jokowi tak menggunakan kesempatan untuk kampanye.
"Yang bilang (akan ikut kampanye) siapa? Ini saya ingin menegaskan kembali pernyataan saya sebelumnya bahwa presiden memang diperbolehkan undang-undang untuk kampanye dan juga sudah pernah saya tunjukkan bunyi aturannya," kata Jokowi di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, Rabu (6/2).
"Tapi jika pertanyaannya apakah saya akan kampanye, saya jawab tidak. Saya tidak akan berkampanye," sambung Jokowi.
Disamping itu, dia kembali mengingatkan seluruh aparatur sipil negara (ASN), TNI, Polri, hingga Badan Intelijen Negara (BIN) dalam menjaga netralitas dalam Pemilu 2024.
Jokowi juga meminta jajaran Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) baik di tingkat pusat maupun di daerah untuk bertidak profesional dan menjaga integritas Pemilu.
"Kita semua harus menjaga pemilu yang damai, jujur, dan adil, menghargai hasil pemilu, serta bersatu padu kembali untuk membangun Indonesia," jelas Jokowi.