Haris Azhar ajak masyarakat golput kalau latarbelakang capres tak bisa dipercaya
Direktur Lokataru, Haris Azhar mengajak masyarakat untuk golput (golongan putih) apabila calon presiden 2019 yang ada tidak merepresentasikan rakyat. Dia tetap mengajak masyarakat untuk datang ke tempat pemungutan suara, namun mencoblos di luar kotak gambar pasangan calon.
Direktur Lokataru, Haris Azhar mengajak masyarakat untuk golput (golongan putih) apabila calon presiden 2019 yang ada tidak merepresentasikan rakyat. Dia tetap mengajak masyarakat untuk datang ke tempat pemungutan suara, namun mencoblos di luar kotak gambar pasangan calon.
"Anda lihat dua calon yang ada, dua pasangan yang ada, tidak merepresentasikan apa yang jadi persoalan kita di masyarakat, Anda boleh coblos di pinggir-pinggir. Anda datang ke TPS, Anda berkontribusi," kata Haris dalam diskusi Capres Anti Korupsi di kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (17/7).
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Kapan pemilu 2019 dilaksanakan? Pemilu 2019 merupakan pemilihan umum di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.
-
Apa saja yang dipilih dalam Pemilu 2019? Pada tanggal 17 April 2019, Indonesia menyelenggarakan Pemilu Serentak yang merupakan pemilihan presiden, wakil presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD secara bersamaan.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Mengapa Pemilu 2019 di sebut Pemilu Serentak? Pemilu Serentak Pertama di Indonesia Dengan adanya pemilu serentak, diharapkan agar proses pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif.
Haris menuturkan, masyarakat jangan percaya dengan tokoh capres manapun yang wajah muncul di spanduk saat kampenya, atau jago debat di depan publik. Dia mengajak masyarakat untuk tak percaya tokoh yang obral slogan.
Sebab, tokoh yang ramai-ramai bilang antikorupsi, atau semacamnya. Menurut Haris justru ujaran tersebut tidak mencerminkan perbuatannya. Tokoh antikorupsi itu menyebut masyarakat harus lebih jeli dalam melihat latarbelakang tokoh itu, siapa orang dekatnya, bagaimana koneksinya.
"Kalau ada yang bilang antikorupsi, nah cek dulu itu," ucapnya.
Dia mencontohkan, apabila masyarakat tak percaya kepada tokoh capres yang maju, bisa mencontoh Pilwakot Makassar yang kotak kosong menang lawan calon tunggal. Meski, dia pesimis calon tunggal bakal terjadi di 2019. Dia melihat konfigurasi politik saat ini bakal terbelah dua kubu.
"Saya usulkan, masyarakat tak usah takut kalau capres maju orang-orang yang tidak punya komitmen, tidak punya pengalaman tidak pernah berdarah-darah berkeringat lawan korupsi lihat di Makassar mereka coblos kotak kosong," ucapnya.
Haris mengatakan kalau tingkat masyarakat yang memilih golput terbilang tinggi, maka hal itu menunjukkan bahwa latarbelakang tokoh yang ada tidak dipercaya masyarakat.
"Kalau kita berhasil memilih di pinggir-pinggir itu seperti di Makassar memilih kotak kosong dan itu signifikan maka kita tunjukkan kepada mereka kita tidak percaya sama latarbelakang mereka," katanya.
Baca juga:
Wacana Prabowo dan AHY menguat jelang pertemuan Demokrat-Gerindra
Struktural dan kultural NU akan deklarasi dukung Mahfud MD jadi cawapres
Jelang pertemuan SBY-Prabowo, Demokrat beri beberapa syarat koalisi
Di hadapan ribuan Babinsa, Jokowi amanatkan netralitas di Pilpres 2019
Said Aqil dinilai bisa tambah citra religius Jokowi