Harlah ke-101 NU, Gus Yahya Ingatkan Berbeda Pendapat Harus Tunduk Keputusan Organisasi
Gus Yahya mengingatkan, istigasah merupakan penanda tonggak perjuangan NU dalam mewujudkan kemaslahatan untuk semesta
Gus Yahya mengingatkan, istigasah merupakan penanda tonggak perjuangan NU dalam mewujudkan kemaslahatan untuk semesta
- Harapan Gus Yahya: Separuh Kabinet Prabowo-Gibran Minimal Diisi Warga NU
- Ketum PBNU soal Ormas Keagamaan Dapat Izin Tambang: Segera Kami Tangkap Peluang Itu, Wong Butuh
- Gus Yahya Tegaskan PBNU Akan Bersama Pemerintahan Prabowo-Gibran
- Gus Yahya Imbau Pengurus Tidak Bawa Nama NU Saat Komentari Pilpres
Harlah ke-101 NU, Gus Yahya Ingatkan Berbeda Pendapat Harus Tunduk Keputusan Organisasi
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyebut, organisasi NU didirikan dengan niat dan harapan besar untuk akhirat.
Karenanya, untuk menjalankan roda organisasi besar tersebut harus dengan cara menjalankan pedoman sesuai agama Islam.
Hal tersebut disampaikan pada Istigasah dalam rangka Harlah ke-101 NU di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta, Minggu (28/1).
Istigasah artinya adalah memohon pertolongan kepada Allah SWT agar kita terlepas dari kesulitan.
"Itulah sebabnya sejak didirikan hingga sekarang tidak ada satu pun keputusan Nahdlatul Ulama, kecuali didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan agama, pertimbangan-pertimbangan syariat, pertimbangan apa yang benar, apa yang salah, apa yang baik menurut syariat," kata Gus Yahya, sapaan akrabnya, seperti dikutip dari siaran pers diterima, Senin (29/1).
Gus Yahya menjelaskan, NU memiliki struktur kepengurusan yang disebut syuriyah yang terdiri dari para kiai ahli syariah yang secara khusus bertugas untuk membuat keputusan-keputusan berdasarkan syariat yang harus dipatuhi.
Dia pun bercanda, bahkan sekelas ketua umum seperti dirinya tidak punya kuasa dan harus menurut.
"Kalau Ketua Umum Tanfdiziyah seperti saya, apalagi cuma ketua PWNU kayak Kang Zuhdi itu, kita ini cuma pesuruh yang melaksanakan keputusan-keputusan syuriyah," kata Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu sambil bercanda.
Wewenang dari kepemimpinan Nahdlatul Ulama, kata dia, pada dasarnya adalah wewenang hukumah.
Artinya, NU sebagai jam'iyah menjalankan fungsi imamah dengan wewenang sebagaimana wewenang imam.
"Yang dikatakan bahwa hukmul imam yarfa'ul khilaf, apapun pendapat kita masing-masing, apabila sudah ada ketentuan keputusan dari organisasi, maka semua perbedaan harus ditundukkan kepada keputusan organisasi itu," ungkap Gus Yahya.
Gus Yahya mengingatkan, istigasah merupakan penanda tonggak perjuangan NU dalam mewujudkan kemaslahatan untuk semesta.
Dia berharap, pada usia NU ke-101, maka NU bisa terus beristigasah dengan cara apapun demi kemaslahatan.
"Demi maslahat Islam, demi maslahat negara bangsa Republik Indonesia, demi maslahat kemanusiaan seluruhnya," ajak dia.
Gus Yahya meyakini, usia 101 tahun perjuangan NU memang sudah tua secara angka. Tetapi dia meyakini, angka tersebut belumlah apa-apa.
Sebab, perjuangan ini diniatkan untuk selama-lamanya.
"Karena maksud dan ghirah dari para muassis Nahdlatul Ulama, para pemimpin Nahdlatul Ulama adalah perjuangan dengan Nahdlatul Ulama ini selama-lamanya ila yaumil qiyamah (sampai hari kiamat)," dia menandasi.
Sebagai informasi, Istigasah ini dipimpin oleh Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori dan ditutup dengan doa oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar.
Usai Istigasah diakhir dengan pemotongan tumpeng oleh KH Miftachul Akhyar. Potongan tumpeng diserahkan untuk Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori, dan Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Pandanaran KH Mu'tashim Billah secara berurutan.