Hasto Sindir Safari Politik Anies di Surabaya: Sepi, Warga Tahu Siapa yang Membangun
Hasto menyebut, masyarakat Jawa Timur bisa membedakan tokoh-tokoh politik yang berprestasi dengan tokoh yang hanya bermodalkan ambisi.
Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menyindir safari politik yang dilakukan oleh calon presiden Anies Baswedan di Surabaya beberapa waktu lalu. Politisi PDIP itu menyebut, safari yang dilakukan Anies sepi ‘peminatnya’ di Surabaya.
“Safarinya kan sepi, karena tahu Kota Surabaya selama ini siapa yang membangun. Kalau orang datang dengan gagasan-gagasan yang tidak relevan, masyarakat bisa menilai,” kata Hasto di Surabaya, Minggu (19/3).
-
Apa yang disita dari Hasto Kristiyanto oleh penyidik KPK? Handphone Hasto disita dari tangan asistennya, Kusnadi bersamaan dengan sebuah buku catatan dan ATM dan sebuah kunci rumah.
-
Kenapa Hasto Kristiyanto melaporkan penyidik KPK ke Dewas KPK dan Komnas HAM? Dia menceritakan sempat terjadi cekcok dengan penyidik gara-gara handphonenya disita dari tangan asistennya. Pun pada saat pemeriksaan itu juga belum memasuki pokok perkara.
-
Siapa yang bertemu dengan Prabowo dan Anies Baswedan? Susi Pudjiastuti mencuri perhatian publik setelah melakukan pertemuan dengan Prabowo dan Anies Baswedan.
-
Kapan Anies dan Cak Imin menghadiri penetapan Prabowo-Gibran? Hari ini, Rabu (24/4), KPU akan menetapkan pasangan capres-cawapres nomor urut dua, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024-2029.
-
Mengapa PDIP mempertimbangkan Anies Baswedan sebagai calon gubernur di Pilkada Jakarta? Bahwa Anies juga jadi bagian pertimbangan, iya, Anies bagian dari pertimbangan. Oleh karenanya kami juga dengan Cak Imin dalam rangka itu semua," jelas dia.
-
Siapa yang dijemput Anies Baswedan? Calon Presiden (Capres) nomor urut satu Anies Baswedan mendatangi kediaman Calon Wakil Presiden (Cawapres) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di Jalan Widya Chandra IV Nomor 23, Jakarta Selatan, Jumat (22/12).
Selain menyebut safari politik Anies sepi, Hasto juga menyindir soal kepemimpinan Anies ketika menjadi Gubernur di DKI Jakarta. Ia menyindir, jika saat kepemimpinan Anies di Jakarta sebagai Gubernur DKI Jakarta, tidak bisa disandingkan dengan Surabaya yang selama ini dipimpin oleh kader-kader dari PDIP.
“Ya orang Surabaya berpikir, kalau hebat majukan dulu Jakarta lebih hebat dari Surabaya, baru datang ke Surabaya. Kira-kira kan begitu,” tuturnya.
Hasto menyebut, masyarakat Jawa Timur bisa membedakan tokoh-tokoh politik yang berprestasi dengan tokoh yang hanya bermodalkan ambisi.
“Rakyat itu tahu mana pemimpin yang bergerak karena keyakinan politik bermodalkan dengan prestasi mana pemimpin yang bergerak karena ambisi. Rakyat bisa tahu,” tegasnya.
Analisis Politik Safari Anies ke Surabaya
Sementara itu, pengamat politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Andri Arianto menyebut fenomena kunjungan Anies sebagai bentuk pengakuan pada kerja nyata kader PDI Perjuangan di Surabaya. Ia menyebut Surabaya adalah hasil transformasi yang digarap Tri Rismaharini dan Eri Cahyadi sebagai wali kota Surabaya yang tak lain adalah kader PDIP.
“Dari sisi politik, kita bisa memaknai Anies ingin menyampaikan pesan tentang ekonomi kerakyatan dengan berkunjung ke SWK, dan kekuatan ekonomi kaum muda, youth economy, dengan mengunjungi Tunjungan Romansa. Publik bisa mempersepsikan itu adalah bukti pengakuan Anies pada kerja PDIP, karena SWK dan Tunjungan Romansa kan hasil kerja kader PDIP,” ujar Andri.
Ia mengaku belum tahu apakah kunjungan Anies di Surabaya sebagai kesengajaan atau salah setting tim suksesnya. Sebab, kehadiran Anies justru menunjukkan pengakuan atas kinerja lawan politik.
“Saya tidak tahu ini disengaja atau kesalahan setting tempat dari tim sukses Anies, tetapi kunjungan Anies dimaknai publik sebagai pengakuan bahwa kader PDIP telah sukses menjalankan pembangunan berbasis kerakyatan di Surabaya,” ujar Andri.
Ikuti perkembangan terkini seputar berita Pemilu 2024 hanya di merdeka.com