JK mulai tabuh genderang perang terbuka lawan Ical
Jusuf Kalla mengancam akan mendepak Aburizal Bakrie dari Golkar setelah Pilpres 9 Juli nanti.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla ( JK ) sepertinya sedang menabuh genderang perang terbuka menghadapi Aburizal Bakrie ( Ical ). Pemantiknya adalah karena Ketua Umum Partai Golkar itu main pecat tiga kader Golkar yang telah mendukung pasangan capres dan cawapres, Jokowi - JK di Pilpres 2014.
Cawapres JK melawan. Dia juga membela tiga pengurus Golkar yang dipecat Ical . Ketiga kader Golkar itu adalah Agus Gumiwang Kartasasmita , Poempida Hidayatullah, dan Nusron Wahid. Sejak JK resmi menjadi cawapres, banyak kader Golkar yang membelot dan mendukung pasangan Jokowi - JK . Padahal Ical sudah memutuskan Golkar bergabung dalam barisan pasangan Prabowo - Hatta . Berikut ini kisah JK melawan keputusan Ical:
-
Apa yang dilakukan Partai Golkar dalam Pilpres 2024? Presiden terpilih periode 2024-2029 sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, mengucapkan terima kasih kepada Partai Golkar atas kerja keras memenangkan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024. Dia menyebut, Partai Golkar telah bekerja keras.
-
Kapan Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Siapa yang diusung oleh Partai Golkar sebagai Cawapres? Partai Golkar resmi mengusung Gibran Rakabuming sebagai Cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Bagaimana Golkar merespon wacana Ridwan Kamil maju di Pilkada Jakarta? Golkar merespons wacana Ridwan Kamil bersedia maju di Pilkada DKI Jakarta karena berasumsi eks Gubernur Jakarta Anies Baswedan tidak akan maju lagi sebagai calon gubernur. Saat itu, Anies merupakan capres yang berkontestasi di Pilpres 2024. Oleh karena itu, Golkar memberikan penugasan kepada Ridwan Kamil untuk maju di Jakarta dan Jawa Barat.
JK ancam depak Ical setelah pilpres
JK angkat bicara soal pemecatan yang dilakukan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie (Ical) kepada tiga kader Golkar yakni Agus Gumiwang Kartasasmita, Poempida Hidayatulloh, dan Nusron Wahid. Ketiganya dipecat karena mendukung Jokowi - JK di Pilpres 2014.
JK menantang Ical untuk memecat dirinya yang mencalonkan diri menjadi cawapres Jokowi pada Pilpres 9 Juli mendatang. "Saya tantang pecat saya. Silakan saja pecat hari ini, setelah Pilpres kita pecat lagi balik," kata JK di Aceh Besar, Kamis (26/6).
Seperti diketahui, DPP Partai Golkar akhirnya mengambil sikap tegas terhadap tiga kader mudanya yang membangkang itu. Sikap mereka dianggap tidak sejalan dengan partai karena Golkar merupakan partai yang berkoalisi mendukung pasangan Prabowo - Hatta.
Sebut Ical lakukan politik dagang
JK juga menyindir Ical sedang melakukan praktik politik dagang. Oleh karena itu, JK dalam kesempatan itu berkeyakinan dan menaruh harapan pada kader yang muda-muda agar berpandangan ideologis.
JK berharap tidak terpengaruh dengan pemecatannya. Sebagai kader muda harus punya idealis. ? Sebelumnya DPP Partai Golkar akhirnya mengambil sikap tegas terhadap tiga kader mudanya yang membangkang karena tidak mendukung pasangan Prabowo-Hatta. Ketiga kader Golkar itu adalah Agus Gumiwang Kartasasmita, Poempida Hidayatullah, dan Nusron Wahid.
Sikap mereka dianggap tidak sejalan dengan partai karena Golkar merupakan partai yang berkoalisi mendukung pasangan Prabowo - Hatta.
Kader Golkar pendukung JK dianggap waras
JK menganggap wajar jika kader Partai Golkar lebih memilih mendukungnya ketimbang mengikuti instruksi Ical untuk mendukung Prabowo-Hatta. ? "Kalau saya bilang ada kewajaran dan kewarasan bahwa kader-kader Golkar itu yakin sebagian besar wajar dan waras saja apabila berpihak kadernya sendiri," kata JK.
JK menilai faktor dirinya pernah menjabat sebagai ketua umum Golkar menjadi salah satu alasan kader Golkar lebih memilih mendukungnya ketimbang mendukung Prabowo - Hatta. "Apalagi mantan ketua umumnya," katanya.
JK: Logikanya di mana disuruh pilih Prabowo
JK menyayangkan sikap Ical yang memecat kader partainya lantaran tidak mendukung Prabowo-Hatta. Menurutnya, Ical patut disalahkan dalam persoalan tersebut.
"Kita sayangkan bahwa hak-hak untuk, katakanlah mempunyai pandangan berbeda, bukan memilih Golkar jangan lupa. Kalau memilih Golkar harus diberikan sanksi. Tapi bukan hal milih memilih Golkar, karena Ical di situ diberi sanksi, kan bukan Ical di situ ketua umum Gerindra, ketua umum PAN (Prabowo - Hatta). Harus disuruh memilih ketuanya dibanding kader Golkar. Di mana letak logikanya," ujar JK kepada wartawan di Kediaman Ginandjar Kartasasmita, Jalan Daksa 2 No 9 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (26/5).
JK menuturkan, partai berlogo pohon beringin itu tidak relevan mendukung partai lain ketimbang kader partainya sendiri. Seharusnya di internal Golkar harus mengedepankan tatanan demokrasi. ? "Saya bicara Pak Ical, ini di Golkar demokrasi. Setiap orang mempunyai hak memilih dan dipilih, itu hak asasi. Tidak bisa dikendalikan selama yang dipilih itu partai yah langsung diberi sanksi," terang JK.
Wajar tak patuhi instruksi Ical
JK juga menilai banyak kader Golkar tak patuhi instruksi Ical adalah hal wajar. Sebab kader Golkar malah disuruh mendukung ketua umum partai lain dalam pilpres tahun ini.
"Ini kan negara demokrasi, harusnya punya pandangan kritis itu tentu hal yang biasa dan perlu untuk saling mengoreksi, saling memberikan pandangan," ujar JK. ? JK menambahkan, dukungan yang diberikan sejumlah elite Golkar kepada dirinya dan Jokowi merupakan hal yang wajar. Sebab, kader Golkar pastinya lebih ingin mendukung capres yang berasal dari Golkar ketimbang capres dari partai lain.
"Bagaimanapun mereka itu wajar saja, yah waras saja. Saya kira teman-teman di Golkar akan mendukung kadernya, dibandingkan ketua umum yang mendukung partai lain. Itu kan terjadi di partai apapun, pasti. Teman-teman di Golkar ini yah yakin akan berpikiran seperti itu," tuturnya.
(mdk/cob)