Minim dana, caleg pilih bikin spanduk dibanding blusukan
Para caleg dinilai sudah tidak takut untuk melanggar peraturan kampanye.
Koordinator Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat, Mochammad Afifuddin menilai para calon legislatif kini berpikirnya terbalik. Mereka menganggap kampanye tatap muka lebih mahal dibanding membuat spanduk.
"Anomali cara berpikir para caleg, bilang blusukan lebih mahal dibanding bikin spanduk," kata Afif saat diskusi 'Pelanggaran Kampanye Teramputasi, Antara Sosialisasi dan Negoisasi' di kantor Bawaslu, Jakarta, Jumat (6/12).
Ditambah, lanjut Afif, kini para caleg sudah tidak takut untuk melanggar peraturan kampanye.
"Caleg menganggap tidak ada masalah melanggar karena gak ada sanksinya (dari Bawaslu)," tegasnya.
Afif bahkan beranggapan, Pemilu 2014 mendatang banyak caleg yang baru melakukan kampanye nakal mendekati hari akhir. Hal itu yang membuat suara mereka menggelembung.
Berbeda dengan Afif, salah seorang caleg PDIP Dedy Rachmadi mengatakan dirinya lebih senang melakukan cara blusukan dari pada memakai atribut kampanye.
"Kalau saya lebih pakai tatap muka dibanding pakai alat peraga," ujarnya di tempat yang sama.
Namun, ia sependapat mengenai praktik kampanye di tahap akhir. Modus caleg nakal biasanya menggunakan cara money politic.
"Caleg motif operandi yakni money politic, dan bimsalabim suaranya bisa tinggi," jelasnya.
Hal itu, lanjut Dedi, bisa mengancam dunia politik di Indonesia. Terutama mengenai demokrasi pada bangsa ini.