PDIP Mengaku Khilaf Pernah Calonkan Gibran Jadi Wali Kota Solo, Singgung Nepotisme Jokowi
Hasto menjelaskan, PDIP berani mencalonkan Gibran kala itu lantaran melihat kepemimpinan Presiden Jokowi yang dinilai telah memberikan dampak baik bagi RI.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengaku khilaf pernah mencalonkan putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka sebagai calon Wali Kota Solo.
PDIP Mengaku Khilaf Pernah Calonkan Gibran Jadi Wali Kota Solo, Singgung Nepotisme Jokowi
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengaku khilaf pernah mencalonkan putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka sebagai calon Wali Kota Solo.
Hasto menjelaskan, PDIP berani mencalonkan Gibran kala itu lantaran melihat kepemimpinan Presiden Jokowi yang dinilai telah memberikan dampak baik bagi Indonesia.
"Ya kami jujur saja khilaf ketika dulu ikut mencalonkan Gibran, karena kami juga di sisi lain memang mengakui terhadap kemajuan yang dilakukan Pak Jokowi," kata Hasto, saat diskusi secara virtual, Sabtu (30/3).
Namun, dia menyadari kemajuan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi memicu utang yang meningkat. Hasto menilai, dengan utang yang semakin banyak akan berdampak buruk bagi bangsa Indonesia ke depannya.
"Tapi setelah kami lihat lebih dalam, kemajuan ini ternyata dipicu oleh beban utang yang sangat besar, utang kita, utang pemerintah itu hampir mencapai 196 miliar dolar AS, ternyata utang swasta dan bumn itu hampir mencapai 220 miliar dolar AS,"
jelas dia.
merdeka.com
"Ketika ini digabung, maka ke depan kita bisa mengalami suatu persoalan yang sangat serius," sambungnya.
Lebih lanjut, dia menyebut, tak hanya utang, masalah lainnya muncul karena nepotisme menguat.
"Kita lihat, nepotisme itu kita lihat ternyata justru semakin telanjang di depan mata kita. Misalnya, Sekretaris Pak Jokowi, Devid dicalonkan sebagai calon Bupati di Boyolali, itu kan akan merebut basis dari PDI Perjuangan yang selama ini membesarkan,"
ujar Hasto.
merdeka.com
Dia pun lantas mengungkap alasan Jokowi melakukan abuse of power dari hulu ke hilir karena sadar akan kekuatan PDIP.
"Kenapa Pak Jokowi pada akhirnya memutuskan langkah untuk melakukan kecurangan masif melalui abuse of power dari presiden dari hulu ke hilir karena kita melihat beliau kan tahu persis kondisi PDI Perjuangan," ungkap dia.
Hasto juga menambahkan bahwa saat pencalonan Jokowi pun semua kader PDIP ikut bergotong royong mengumpulkan dana.
"Kita, ketika mencalonkan Pak Jokowi, berapa banyak anak ranting-ranting yang semuanya ikut bergotong royong yang saya sebut Mas Prananda saja, ketika Pak Jokowi menjadi calon gubernur bergotong royong Rp6,2 miliar," imbuhnya.