PKS: Elit Politik Harus Belajar dari Mohammad Natsir Menjaga Integrasi Nasional
Natsir merupakan tokoh Partai Islam Masyumi yang menegaskan tidak ada dikotomi, bahkan tidak ada jarak, antara agama dan nasionalisme. Menurutnya, menjadi nasionalis bagi Natsir berarti harus agamais; dan sebaliknya, menjadi agamais berarti harus nasionalis, tidak ada perdebatan.
Ketua Majelis Syuro PKS, Salim Segaf Aljufri mengatakan, para elit politik Indonesia harus belajar dari ulama sekaligus pejuang kemerdekaan RI Mohammad Natsir. Terutama dalam mencari titik temu kebangsaan di tengah tantangan dan ancaman disintegrasi nasional.
"Mohammad Natsir sebagai tokoh pemersatu bangsa yang mengembalikan wilayah-wilayah Indonesia Serikat bentukan Belanda ke pangkuan NKRI. Elit politik hari ini harus belajar dari Mohammad Natsir bagaimana mencari titik temu kebangsaan di tengah tantangan dan ancaman disintegrasi nasional," katanya di Jakarta, Selasa (5/4).
-
Bagaimana Mohammad Natsir menunjukkan kesederhanaannya? Mobil Tua Natsir Sering Mogok Kadang Natsir sendiri yang belanja onderdil mobil dan memperbaiki sendiri mobil tuanya itu. Mobil Dinas Langsung Dikembalikan Pada saat menjabat perdana menteri, Natsir mendapat mobil dan sopir. Namun begitu masa jabatannya berakhir, beliau mengembalikan mandat pada Presiden Soekarno.Tak cuma itu, mobil dinasnya pun langsung dikembalikan ke kantor perdana menteri. Natsir santai saja pulang ke rumahnya naik sepeda.
-
Kapan Mohammad Natsir menjabat sebagai Perdana Menteri? Mohammad Natsir Menjabat Menteri Penerangan dan Perdana Menteri Republik Indonesia Berbagai jabatan bergengsi yang dipegangnya tak membuat Natsir kaya raya. Hidupnya sederhana.
-
Kapan Mohammad Nazir Datuk Pamoentjak wafat? Ia wafat di Bern, Swiss pada tanggal 10 Juli 1965 di usianya yang sudah 68 tahun.
-
Apa peran Mohammad Nazir Datuk Pamoentjak dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia? Dirikan Cabang JSB Ketika Nazir sudah lulus menempuh pendidikan HBS di Batavia, ia memang sudah memiliki keinginan untuk melanjutkan studi di Universitas Leiden. Namun, mimpinya ini terhalang oleh kapal ke Eropa sering terhalang akibat perang dunia. Sembari menunggu kondisi terkendali, Nazir menyempatkan kembali ke kampung halamannya untuk bertemu keluarga. Mendengar kepulangannya ke Solok membuat pengurus Jong Sumatranen Bond (JSB) mendorong dirinya untuk mendirikan cabang di Padang di Bukittinggi. Dorongan tersebut ia penuhi, kemudian Nazir menyempatkan berpidato di depan siswa sekolah menengah di Padang.Saat itulah ia berbicara soal pendirian kumpulan pemuda di Sumatera yang sudah terlambat dua tahun dari Jawa yang didirikan tahun 1915. Ketua Perhimpunan Indonesia Saat dirinya sudah berangkat menuju Belanda, di sana ia mengemban tugas sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia. Saat itu ia ikut dalam kelompok pergerakan kemerdekaan Indonesia bersama dengan Moh. Hatta.Perjuangan kemerdekaan di luar negeri semakin melebar setelah lebih aktif menyuarakan kemerdekaan melalui majalah Indonesia Merdeka dan memperluas propaganda ke luar negeri Belanda. Kemudian, PI mengirim Nazir, Moh. Hatta, Ahmad Subardjo dan beberapa tokoh lainnya untuk menghadiri Kongres Internasional Menentang Kolonialisme yang berlangsung di Brussels, Belgia pada tahun 1927. Sempat Dipenjara Masih di tahun 1927, Nazir bersama Moh. Hatta, Ali Sastroamijoyo, dan Abdulmajid Djojohadiningrat dijebloskan ke penjara oleh Kerajaan Belanda karena gerakan kemerdekaannya yang semakin menggeliat. Mereka semua ditahan selama kurang lebih 5,5 bulan.
-
Siapa Laksamana Muda Mohammad Nazir? Nama Mohammad Nazir Isa mungkin banyak orang yang tidak mengetahui siapa sosok yang satu ini.
-
Mengapa Mohammad Nazir Datuk Pamoentjak dipenjara oleh pemerintah Belanda? Masih di tahun 1927, Nazir bersama Moh. Hatta, Ali Sastroamijoyo, dan Abdulmajid Djojohadiningrat dijebloskan ke penjara oleh Kerajaan Belanda karena gerakan kemerdekaannya yang semakin menggeliat.
Dia menyebutkan empat pelajaran penting dari sosok Mohammad Natsir. Pertama, elit politik perlu memiliki jiwa dan pemikiran besar untuk Indonesia, selain juga harus visioner dan melampaui problematika bangsa. Kedua, kejelian Mohammad Natsir dalam menemukan dan membangun titik temu kebangsaan harus dipelajari.
"Beliau adalah seorang tokoh politik yang cerdas, santun dan elegan, pandai berkomunikasi, dan jago lobi dalam urusan-urusan kebangsaan, sehingga mampu menyatukan NKRI dengan Mosi Integralnya," ungkapnya.
Natsir merupakan tokoh Partai Islam Masyumi yang menegaskan tidak ada dikotomi, bahkan tidak ada jarak, antara agama dan nasionalisme. Menurutnya, menjadi nasionalis bagi Natsir berarti harus agamais; dan sebaliknya, menjadi agamais berarti harus nasionalis, tidak ada perdebatan.
Ketiga, menurut Salim, Mohammad Natsir mempraktikkan politik adiluhung atau high politic, bukan politik pragmatis, apalagi oportunis.
"Siapa pun kita, terutama pejabat publik dari partai dan golongan mana pun, tampilkan politik yang menjunjung tinggi etika dan moralitas yang berlandaskan Pancasila dan Konstitusi UUD 1945. Sifat-sifat ambisius dan oportunistis dalam berpolitik akan merusak demokrasi dan menghancurkan kohesi sosial dan integrasi nasional kita," terangnya seperti dilansir dari Antara.
Keempat, menurut mantan Dubes RI di Arab Saudi itu, Mohammad Natsir adalah tokoh yang mencontohkan semangat transformasi dan kolaborasi dalam membangun bangsa.
Indonesia perlu pemimpin negarawan, yang taat konstitusi dan Pancasila, aktif membangun kohesi sosial, aktif melakukan transformasi dan kolaborasi dengan seluruh elemen bangsa, memiliki rasa empati dan kepedulian, serta terus menggalang solidaritas sosial nasional.
Sementara itu, Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini mengatakan pihaknya secara rutin menggelar peringatan Mosi Integral Mohammad Natsir setiap tahun, yang bertujuan untuk menghormati jasa Mohammad Natsir sebagai pahlawan NKRI.
Selain itu, peringatan tersebut menyambung mata rantai sejarah agar tidak terputus, sehingga generasi bangsa memiliki komitmen kuat untuk menjaga integrasi nasional.
(mdk/fik)