Poltracking Jelaskan Proses Survei Pilkada Jakarta, Tegaskan Bukan Konsultan Salah Satu Kandidat
Hal ini menanggapi perbedaan hasil survei Poltracking Pilgub Jakarta hingga memutuskan keluar dari Persepi. Poltracking juga diberi sanksi oleh Persepi.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda menegaskan bahwa lembaga surveinya bukan konsultan atau condong ke salah satu paslon di Pilgub Jakarta 2024. Hanta mengklaim data survei diperoleh benar-benar kredibel.
Hal ini menanggapi perbedaan hasil survei Poltracking Pilgub Jakarta hingga memutuskan keluar dari Persepi. Poltracking juga diberi sanksi oleh Persepi.
- Persepi Buka-Bukaan Data Investigasi Hasil Survei LSI dan Poltracking di Pilkada Jakarta 2024
- Tiga Lembaga Survei Keluar dari Persepi, Ada Apa?
- Survei Pilkada Jakarta Dianggap Tak Kredibel, Poltracking Pilih Keluar dari Persepi
- Survei Poltracking Pilkada Jakarta: RK-Suswono 47,5%, Pramono-Rano 31,5%, Dharma-Kun 5,1%
"Saya harus sebutkan Poltracking Indonesia bukan konsultan salah satu dari yang sedang bertarung dan sementara Poltracking Indonesia," kata Hanta saat jumpa pers Poltracking ekspose data mengungkap kebenaran di Jakarta, Jumat (8/11).
"Saya tidak ada urusan siapa yang akan menjadi pemenang dalam pertarungan ini," ujar Hanta.
Penjelasan Poltracking
Hanta mengatakan, fokus Poltracking adalah mempertahankan data kredibel dan dilakukan dengan prosedur yang benar.
Hanta menerangkan, Poltracking melakukan proses pembobotan sebelum merilis hasil akhir. Untuk Pilgub Jakarta, Poltracking mengambil data dari 2.000 responden terverifikasi.
Sebelum dibobotkan, menurut Hanta, hasil simulasi surat suaranya ialah Ridwan Kamil-Suswono 52,7 persen, Pramono Anung-Rano Karno 35,4 persen, Dharma Pongrekun-Kun Wardhana 3,7 persen. Sedangkan, tidak tahu dan tidak jawab 8,1 persen.
Dari angka itu, kemudian dibobotkan guna menyamakan validasi sektor antara populasi dan sampel.
"Ada proses pembobotan yang kita rilis setelah di bobot, selalu, saya kira itu lumrah dilakukan di berbagai macam lembaga survei, dan itu dibenarkan, justru itu harus dilakukan membuat dia proporsional," tutur Hanta.
Setelah melakukan pembobotan panjang, Poltracking merilis hasil akhirnya yakni RK-Suswono 51,6 persen, Dharma-Kun 3,9 persen, Pramono-Rano 30,4 persen, dan tidak tahu atau tidak jawab 8,1 persen.
"Proses tadi setelah saya ceritakan alur A sampai Z kita ketemu data ini kemudian dibobotkan oleh teman teman, tim statistik dan peneliti, dan inilah yang kami rilis elektabilitas ini," imbuh Hanta.
"Kami bukan konsultan di Jakarta. Enggak ada urusan bagi Poltracking siapa pemenang di Jakarta. Kami hanya ingin menyampaikan data ini apa adanya," pungkas Hanta Yuda.
Keluar dari Persepi
Sebelumnya, Lembaga survei Poltracking memutuskan keluar dari Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi). Poltracking menyebut keputusan ini merupakan pertaruhan integritas.
“Ini pertaruhan integritas,” kata Direktur Poltracking Masduri Amrawi melalui keterangan tertulis, Kamis (7/11).
Keputusan itu muncul setelah dewan etik Persepi menjatuhkan sanksi kepada Poltracking Indonesia karena perbedaan hasil survei elektabilitas tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta antara Poltracking Indonesia dan Lembaga Survei Indonesia (LSI).
Menurut dia, Poltracking merasa sejak awal ada anggota dewan etik Persepi yang tendensius pada Poltracking Indonesia.
"Betapa naifnya, kalau Poltracking harus mempertaruhkan rekam jejak dan reputasinya selama 12 tahun hanya gara-gara satu survei Pilkada Jakarta," kata Masduri.
Dia menambahkan, Poltracking pada 2014 diajak bergabung ke Persepi karena pertaruhan integritas, namun pada 2024 Poltracking keluar dari Persepi juga karena pertaruhan integritas.
"Telah 10 tahun Poltracking bergabung bersama Persepi. Sejauh ini kami cukup bersabar dengan dinamika internal organisasi," katanya, dikutip dari Antara.
Masduri menilai dewan etik Persepi tidak adil dalam menjelaskan tentang perbedaan hasil antara LSI dan Poltracking di Pilkada Jakarta 2024.
Menurut dia, Persepi hanya menjelaskan pemeriksaan metode dan implementasi dari LSI dapat dianalisis dengan baik. Tapi, tidak dijelaskan bagaimana dan kenapa metode dan implementasinya dapat dianalisis dengan baik.
Hasil analisis tersebut juga tidak disampaikan ke publik, padahal hal itu penting untuk disampaikan ke publik, tetapi dewan etik Persepi tidak melakukannya.
"Salah satu pembahasan yang muncul pada saat pertemuan dewan etik pertama, adalah cerita tentang LSI melakukan penggantian beberapa Primary Sampling Unit (PSU) sekitar 60 PSU (50 persen) Survei LSI di Pilkada Jakarta. Kami berpandangan ini penting juga disampaikan kepada publik, karena penggantian PSU memiliki konsekuensi terhadap kualitas data," kata dia.
Dia juga menyoroti sikap dewan etik merasa tidak bisa memverifikasi data Poltracking. Padahal, pihaknya sudah menyerahkan seluruh data yang diminta dan memberikan penjelasan secara detail.
Dia merinci bahan mentah (raw) data sudah dikirimkan ke dewan etik, tetapi dewan etik meminta bahan mentah dari 'dashboard' supaya dapat dibandingkan dengan data yang sudah dikirimkan sejak awal.
"Itu sudah kami serahkan semua. Kami hanya diminta kalau ada tambahan keterangan dikirim dan kami sudah mengirimkan pada tanggal 31 Oktober 2024. Tidak ada permintaan secara spesifik mengenai lampiran 'raw' data dari dashboard," ucapnya.
Poltracking Indonesia juga sudah menjelaskan ke dewan etik Persepi bahwa surveinya sepenuhnya menggunakan aplikasi, bukan lagi survei manual menggunakan kuesioner kertas. Sehingga, tidak bisa disamakan dengan LSI yang membandingkan kuesioner cetak dengan 'raw' data kemudian jadi tolak ukur penyelidikan yang dilakukan oleh dewan etik.
"Kami tidak memahami apa yang dimaksudkan banyaknya perbedaan antara data awal dan data terakhir. Poltracking tidak mendapatkan penjelasan apapun tentang hal ini," ujarnya.
Masduri juga menganggap keputusan dewan etik tidak adil karena tidak proporsional dan akuntabel dalam proses pemeriksaan terhadap Poltracking dan LSI. Dia mengklaim Poltracking sudah melaksanakan semua Standar Operasional Prosedur (SOP) survei guna menjaga kualitas data.
Tiga Hasil
Dalam konteks perbedaan hasil survei Pilkada Jakarta, Masduri turut menyoroti tiga hasil survei yang dilakukan anggota Persepi dalam waktu yang berdekatan.
Survei LSI, juga berbeda dengan Parameter Politik Indonesia (PPI). Padahal periode survei LSI dan PPI hanya berjarak empat hari.Masduri juga mempertanyakan mengapa Persepi hanya memanggil Poltracking dan LSI kemudian sudah mengambil keputusan.
"Sementara PPI tidak ikut disidang sebagaimana Poltracking dan LSI. Padahal hasil survei PPI mirip dengan survei Poltracking. Dewan etik Persepi mestinya bersikap adil dan imparsial. Memposisikan seluruh anggota Persepi secara setara," kata Masduri.
Sebelumnya, dewan etik Persepi menjatuhkan sanksi kepada Poltracking Indonesia tidak diizinkan mempublikasikan hasil survei tanpa mendapatkan persetujuan dan pemeriksaan data oleh Dewan Etik Persepi.
Sanksi dijatuhkan setelah Persepi menyelesaikan penyelidikan terhadap prosedur pelaksanaan survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia dan Poltracking Indonesia.
"Dewan Etik memberikan sanksi kepada Poltracking Indonesia untuk ke depan tidak diperbolehkan mempublikasikan hasil survei tanpa terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dan pemeriksaan data oleh Dewan Etik. Kecuali bila Poltracking Indonesia tidak lagi menjadi anggota Persepi," dikutip dari rilis Persepi.
Dalam survei LSI menunjukkan elektabilitas Pramono Anung-Rano Karno tertinggi di Pilkada Jakarta 2024 dengan 41,6 persen. Disusul Ridwan Kamil-Suswono di posisi kedua dengan 37,4 persen dan Dharma-Kun di posisi paling buncit dengan 6,6 persen.
Survei LSI dilaksanakan pada 10-17 Oktober 2024 dengan jumlah responden sebanyak 1.200 orang dengan menggunakan metode multistage dengan tingkat margin of error kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sementara Poltracking Indonesia menyebutkan elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono mencapai 51,6 persen. RK-Suswono unggul dari paslon nomor urut tiga, Pramono Anung-Rano Karno di urutan kedua dengan elektabilitas sebesar 36,4 persen.
Lalu di urutan ketiga ada Paslon nomor urut 2, Dharma Pongrekun-Kun Wardhana dengan 3,9 persen. Survei Poltracking dilakukan pada 10-16 Oktober 2024 terhadap 2.000 responden warga DKI yang memiliki hak pilih berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah.
Survei itu menggunakan metode multi stage random sampling dengan margin of error kurang lebih 2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.