Respons OSO Soal Desakan Mundur Wiranto dan Janji Pakta Integritas
OSO juga disinggung tentang perjanjian menjabat ketum sampai tahun 2019. Dia mengatakan, para kader masih mempercayakannya memimpin Hanura.
Ketua Dewan Pembina Partai Hanura, Wiranto meminta Oesman Sapta Odang (OSO) mundur dari Ketum dengan merujuk pakta integritas yang pernah ditandatangani OSO saat didapuk sebagai ketua umum dalam Munaslub 2016.
Merespons itu, OSO mengatakan, urusan mundur ketum adalah kewenangan Munas. Dia menegaskan, peserta Munas kembali memilihnya memimpin partai.
-
Kenapa Kastil Ayanis hancur? Bukti tertulis menunjukkan, kastil tersebut hancur akibat gempa bumi besar dan kebakaran, sekitar 20 hingga 25 tahun setelah pembangunannya.
-
Kapan Harun Kabir meninggal? Tanggal 13 November 1947, jadi hari terakhir Harun Kabir dalam menentang kekuasaan Belanda yang kembali datang ke Indonesia.
-
Siapa yang menemani Hana Hanifah saat sidang perceraian? Hana Hanifah ngadepin sidang perceraian pertamanya di Pengadilan Agama Bogor, Jawa Barat, Rabu (25/10). Dia dateng bareng pengacaranya, Acong Latief.
-
Kapan Choirul Huda meninggal? Ia bertabrakan dengan rekan satu timnya pada Liga 1 2017 silam saat melawan Semen Padang.
-
Kapan Rumah Hantu Malioboro buka? Objek wisata ini buka setiap hari mulai pukul 18.00 hingga 22.00.
-
Kenapa Hana Hanifah menolak mediasi dengan suaminya? Setelah sidang, Hana Hanifah dengan yakin mengatakan bahwa dia sudah siap untuk bercerai. Dia bahkan menolak mediasi dengan suaminya karena ingin segera menyelesaikan proses perceraian.
"Itu bukan urusan dia (Wiranto) itu urusan munas dan munas meminta saya kembali kalau saya tidak dipercaya munas, munas ini hadiri loh seluruh Indonesia dan 514 DPC dan saya juga tidak mengusulkan bahwa saya ingin jadi ketua," katanya di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (18/12).
OSO juga disinggung tentang perjanjian menjabat ketum sampai tahun 2019. Dia mengatakan, para kader masih mempercayakannya memimpin Hanura.
"Itu kalau saya tidak dipilih lagi, mungkin saja saya sampai 2020 sudah selesai. Tapi saya kan dipilih dan diminta, bukan saya yang meminta, tapi saya diminta, didaulat kembali untuk memimpin partai ini. Masa saya tinggalin?," ujar dia.
Kemudian, OSO juga disinggung tentang janjinya mengundurkan diri bila tidak bisa memenangkan Hanura di Pemilu 2019. Dia menegaskan, Hanura bisa besar sejak dipimpinnya bila tidak ada kelompok yang ingin mengganggu kepengurusannya.
"Janji saya boleh saja, janji janji kepada siapa? Itu kalau tidak diganggu, kalau tidak diganggu itu akan luar bisa terjadi tapi kalau diganggu disabot disegala macem akibatnya yang menjadi korban mereka-mereka semua (DPD-DPC)," tegasnya.
Eks Ketua DPD itu pun tidak mau ikut campur soal pernyataan Wiranto soal pemilihan ketum rekayasa.
"Sorry ya soal rekayasa itu saya akan tidak mau mencampuri rekayasa karena saya bicara fakta rekayasa itu kan sesuatu yang direka dan biasa," tukas OSO.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pembina Partai Hanura, Wiranto mengungkit pakta integritas yang pernah ditandatangani Oesman Sapta Odang saat didapuk sebagai ketua umum dalam Munaslub 2016. Dengan pakta integritas itu, Wiranto menilai sepatutnya OSO mundur dari jabatannya sebagai ketua umum Hanura.
Wiranto menceritakan, Munaslub 2016 digelar karena dirinya harus mundur dari partai lantaran ditugaskan Presiden Joko Widodo sebagai Menko Polhukam. Kemudian, Wiranto merekayasa Munaslub agar OSO terpilih sebagai ketua umum.
"Saya merekayasa aklamasi dengan terpilih OSO," kata Wiranto dalam konferensi pers di Hotel Atlet Century, Jakarta, Rabu (18/12).
Dalam prosesnya, Wiranto membuat pakta integritas dengan OSO. Penandatanganan pakta integritas itu disaksikan pula oleh Ketua Dewan Penasihat Hanura Subagyo HS and Dewan Kehormatan Hanura Chairuddin Ismail.
Wiranto menyebut, pakta integritas itu berisi memindahkan kewenangan dan kekuasaan ketua umum ke Ketua Dewan Pembina. Dia bilang, OSO setuju atas syarat tersebut.
"Jadi semua kekuasaan kewenangan yang ada di ketua umum bersifat strategis diangkat ke dewan pembina, ya setuju," ujar Wiranto.
Wiranto menambahkan, dalam pakta integritas, OSO hanya akan menjadi ketua umum sampai 2019. Serta, ada janji supaya menambah suara di parlemen pada Pemilu 2019.
Wiranto mengatakan, jika pakta integritas itu tidak dipenuhi maka OSO harus mundur sebagai ketua umum tanpa paksaan.
"Kalau sampai itu tidak ditaati, maka saudara OSO sebagai ketum secara tulus akan ikhlas tanpa paksaan akan mengundurkan diri sebagai ketum partai Hanura. Nah komitmen dan itu dituangkan dalam pakta integritas, bukan ngarang. Ada saksinya," kata mantan Panglima ABRI itu.
Isi Pakta Integritas OSO dan Wiranto
Dalam konferensi ini, hadir saksi penandatanganan pakta integritas, Subagyo HS dan Chairuddin Ismail. Subagyo membacakan isi pakta integritas tersebut.
1. Bersedia mematuhi Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Partai Hanura.
2. Menjamin soliditas dan kesinambungan Partai HANURA untuk memenangkan Partai HANURA dalam Pemilu 2019.
4. Menjamin penambahan kursi Partai HANURA di DPR-RI dari Jumlah sebelumnya didapat.
5. Wajib membawa gerbong partai yang kami pimpin sebelumnya.
6. Dengan ditandatangani Pakta Integritas ini, saya menyatakan mengundurkan diri dari keanggotaan maupun pengurus dari partai apapun namanya.
(mdk/fik)