Risma-Whisnu bisa dikalahkan dengan memperbanyak golput
Di Pilwali Surabaya 2010, dari data yang dimiliki Lembaga Survei Indepth, angka golput di Surabaya mencapai 52 persen.
Popularitas dan elektabilitas pasangan incumbent Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana hingga saat ini memang sulit ditandingi. Karena hampir tak ada celah, untuk bisa mengalahkan pasangan yang diusung PDIP itu.
Namun menurut Head of Consultant Lembaga Survei Indepth, Andri Riswandi, satu-satunya cara untuk bisa mengalahkan pasangan incumbent itu di Pilwali Surabaya, Jawa Timur, 9 Desember 2015 mendatang, adalah memperbanyak angka golput.
"Karena hampir tak ada celah untuk bisa mengalahkan incumbent di Pilwali Surabaya nanti. Salah satu cara, lawan Risma-Whisnu harus bekerja ekstra keras. Kalau menurut pengamatan kami, pasangan Rasiyo-Lucy (Kurniasari) adalah pasangan ideal, dari dua pasangan sebelumnya yang diusung Demokrat-PAN," terang Andri, Jumat (11/9).
Meski mengaku belum melakukan survei di Kota Pahlawan jelang Pilkada serentak ini, Andri mengaku, pihaknya memprediksi, saat pencoblosan dilakukan, perolehan suaranya mencapai 30:70 persen untuk Risma-Whisnu.
"Untuk bisa mengalahkan Risma-Whisnu, satu-satunya cari adalah memperbanyak angka golput saat pencoblosan nanti. Itu satu-satunya cara mengalahkan incumbent. Apalagi di Surabaya ini kan angka golputnya tinggi," ungkapnya.
Di Pilwali Surabaya 2010, dari data yang dimiliki Lembaga Survei Indepth, angka golput di Surabaya mencapai 52 persen. "Semakin banyak angka golput di Pilwali Surabaya 2015 nanti, akan merugikan pasangan Risma-Whisnu. Jika ingin menang, ini yang harus menjadi bidang garap tim Rasiyo-Lucy," katanya lagi.
Harus diakui, untuk Pilwali Surabaya tahun ini, diprediksi angka golput jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Penyebabnya, kisruh politik yang terjadi jelang Pilwali Surabaya. Dari sisi partai, Koalisi Majapahit sudah mengkampanyekan tidak ikut dan mendukung Pilwali 2017.
Kemudian polemik Surat Edaran Nomor 449/KPU/VIII/2015 tentang rekomendasi Bawaslu, terkait perpanjangan pendaftaran, juga menjadi salah satu penyebab naiknya angka golput.
Sementara PKPU mengatur jika ada calon tunggal, maka Pilkada diundur 2017. Dan polemik ini hanya bisa dibatalkan oleh peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) bukan dengan SE, untuk dijadikan solusi mencari lawan tanding bagi calon tunggal.
Jika KPU Surabaya tetap memaksa Tahun 2015, dengan dasar SE, sanksi pidananya 36 bulan penjara dan denda Rp 37 juta, seperti tertuang dalam Pasal 181 hingga 184 Undang-Undang Nomor 8/2015.
"Memang kalau angka golput tinggi, yang rugi bukan hanya Risma-Whisnu, tapi juga lawannya. Hanya saja, keuntungan dari pasangan Rasiyo-Lucy adalah, Lucy pernah nyaleg di Dapil I Jawa Timur yang meliputi Surabaya-Sidoarjo."
"Pada Pileg 2009, Lucy berhasil menuju Senayan, hanya saja di Tahun 2014, dia kalah dengan Fandi Utomo. Itupun kalah di Sidoarjo. Di Surabayanya, Lucy menang dari Fandi Utomo," ungkapnya.
Dengan gambaran ini, Andri juga berkeyakinan, kedua tim pasangan calon akan bekerja ekstra keras untuk menekan angka golput di Surabaya. "Tapi semua tergantung dari masing-masing relawan kedua Paslon. Kalau giat turun ke masyarakat, dan mampu mendorong warga datang ke TPS. Jadi kinerja relawan pendukung ini sangat menentukan jumlah angka golput di Surabaya ini," pungkasnya.
Seperti diketahui, setelah dua kali dilakukan pendaftaran tambahan, pasangan Risma-Whisnu masih menjadi calon tunggal di Pilwali Surabaya. Kemudian, di pendaftaran tambahan yang kali ketiga, atau empat kali pendaftaran, Demokrat dan PAN baru menemukan calon ideal, yaitu Rasiyo-Lucy, yang diharapkan tidak lagi dinyatakan tidak memenuhi syarat (TMS) oleh KPU Kota Surabaya seperti calon sebelumnya, Rasiyo-Dhimam Abror. Sehingga, Pilwali Surabaya bisa digelar di 2015 ini.
Baca juga:
Pasangan Rasiyo-Lucy dinilai paling ideal jadi lawan Risma-Whisnu
Panwaslu Tangsel selidiki tujuh dugaan pelanggaran Airin di pilkada
Sanksi PNS ikut Pilkada, penundaan promosi jabatan dan dipecat
Big Match Pilkada Sumenep, seteru 2 ulama akan diwarnai politik uang
Rapat sama Komisi I, KaBIN ngeluh kurang personel buat jaga Pilkada
Panwaslu usut hilangnya berkas pasangan calon Pilkada Denpasar
-
Kapan Pilkada serentak berikutnya di Indonesia? Indonesia juga kembali akan menggelar pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak di tahun 2024. Pilkada 2024 akan dilasanakan ada 27 November 2024 untuk memilih gubernur, wali kota, dan bupati.
-
Apa itu Pilkada Serentak? Pilkada serentak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2015. Pesta demokrasi ini melibatkan tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
-
Apa definisi dari Pilkada Serentak? Pilkada Serentak merujuk pada pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan secara bersamaan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota.
-
Mengapa Pilkada penting? Pilkada memberikan kesempatan kepada warga negara untuk mengekspresikan aspirasi mereka melalui pemilihan langsung, sehingga pemimpin yang terpilih benar-benar mewakili kehendak dan kebutuhan masyarakat setempat.
-
Apa saja yang ditemukan di Taman Purbakala Sriwijaya? Penetapan tempat ini menjadi Taman Purbakala dibuktikan dengan penemuan-penemuan benda yang digunakan untuk menunjang kehidupan sehari-hari mereka mulai dari perahu, bangunan bata, gerabah, dan lain sebagainya.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada di Jawa Timur? Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di lima wilayah di Jawa Timur dipastikan akan melawan kotak kosong.