Survei Indikator: PDIP Tertinggi Disusul Gerindra, PPP Terancam Tak Lolos ke DPR
PDIP memperoleh suara paling tinggi yakni 20,3 persen.
PDIP memperoleh suara paling tinggi yakni 20,3 persen.
- Survei Indikator Simulasi 2 Paslon Pilpres: Prabowo-Gibran Unggul dari Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud
- Survei Terbaru CSIS: Elektabilitas PDIP Mulai Dibuntuti Gerindra
- Survei Indikator: Elektabilitas PDIP Ditempel Gerindra, PPP dan PSI Terhalang Ambang Batas Parlemen
- Hasil Survei Terbaru Ungkap Peta Kekuatan Partai, Skor Imbang Gerindra dan PDIP 3-3
Survei Indikator: PDIP Tertinggi Disusul Gerindra, PPP Terancam Tak Lolos ke DPR
Lembaga survei Indikator kembali mengeluarkan hasil rilis atau survei terbarunya. Pada survei kali ini bertajuk 'Peta Elektoral di Akhir Masa Kampanye. Satu atau Dua Putaran?'.
Dalam surveinya, adanya simulasi daftar 18 lambang dan nama partai. Pada data yang terlihat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memperoleh suara paling tinggi yakni 20,3 persen.
Kemudian, disusul oleh Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) sebesar 18,0 persen, lalu disusul Partai Golongan Karya (Golkar) 11,9 persen, Partai Keadilan Sosial (PKS) 8,4 persen, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 8,3 persen, Partai Demokrat 7,2 persen, Partai Nasional Demokrat (NasDem) 5,9 persen.
Partai Amanat Nasional (PAN) 5,5 persen, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 2,3 persen, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 2,1 persen, Partai Perindo 1,1 persen, Partai Ummat 0,4 persen, Partai Buruh 0,2 persen, Partai Gelora 0,2 persen, Partai Garuda 0,2 persen, Partai Hanura 0,2 persen, PBB 0,2 persen dan PKN 0,1 persen.
"PDIP paling banyak dipilih, 20.3%. Kemudian Gerindra 18%, Golkar 11.9%, PKS 8.4%, PKB 8.3%, Demokrat 7.2%, NasDem 5.9%, PAN 5.5%, PSI 2.3% dan PPP 2.1%. Partai lain lebih rendah dan sekitar 7.6% belum memilih partai," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, Jumat (9/2).
Ia menyebut, meski sudah memilih partai politik tersebut. Menurutnya, kecil kemungkinan untuk masyarakat mengubah pilihan tersebut.
"Kecil kemungkinan 57,2 persen, sangat kecil 23,3 persen, cukup besar kemungkinan 15,5 persen, sangat buruk 2,5 persen dan tidak jawab 1,4 persen," sebutnya.
Selanjutnya, ada beberapa alasan masyarakat atau responden memilih partai politik tersebut, yakni:
- Karena terbiasa memilih partai tersebut 20,4 persen
- Karena suka dengan Prabowo 9.9 persen
- Partai tersebut suka memberi bantuan/datang ke wilayah sini 6.1 persen
- Karena partai tersebut mendukung capres yang saya suka 5.9 persen.
- Kinerja kader partai tersebut lebih baik ketimbang partai lain 5.8 persen
- Sebagian besar anggota keluarga saya memilih calon/partai tersebut 5.4 persen
- Karena partai Islam 3.6 persen
- Partai tersebut mendukung perubahan, untuk reformasi politik Indonesia 3.0 persen
- Saya memiliki hubungan kekerabatan dengan beberapa anggota partai tersebut 3.0 persen
- Karena saya orang NU 2.4 persen
- Karena suka dengan Joko Widodo 2.3 persen
- Sebagian besar anggota komunitas/suku saya memilih calon/partai tersebut 1.8
- Karena suka dengan SBY 1.7 persen
- Calon/timses calon tersebut pernah datang 1.6
- Gambar calon/partai tersebut paling banyak di wilayah sekitar sini 1.1 persen
- Karena suka dengan Gus Dur 0.6 persen
- Partai tersebut mendukung perlindungan hak-hak agama dan etnis minoritas 0.5 persen
- Partai tersebut mendukung kepentingan komunitas/suku saya 0.5 persen
- Karena suka dengan Surya Paloh 0.3 persen
- Karena suka dengan Zulkifli Hasan 0.2 persen
- Lainnya 13.2 persen
- TT/TJ 3,1 persen
Survei ini dilakukan 28 Januari sampai 4 Februari 2024 dengan metode multistage random sampling. Responden survei sebanyak 1.200 orang dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error 2,9 persen.