25 Persen orang alami trauma setelah kena serangan jantung
Orang yang berhasil selamat dari serangan jantung berkemungkinan mengalami stres dan depresi.
Mengalami serangan jantung tentu menjadi hal yang menakutkan bagi semua orang. Namun tak sedikit orang yang beruntung dan bisa selamat dari serangan jantung yang bisa mematikan. Meski begitu, perjuangan belum berakhir. Penelitian menunjukkan bahwa 25 persen orang yang berhasil selamat dari serangan jantung cenderung mengalami stres akibat trauma.
Penelitian yang dilakukan di Columbia University ini juga menemukan bahwa stres akibat trauma yang dialami pasien bahkan bisa meningkatkan risiko mereka terkena serangan jantung lagi sebanyak dua kali lipat, serta meningkatkan risiko kematian dalam waktu tiga tahun.
-
Bagaimana stres mempengaruhi jantung? Tekanan darah akan meningkat seiring dengan berlanjutnya stres. Hal ini terjadi karena pembuluh darah akan menyempit. Dampaknya, risiko terkena masalah jantung, seperti hipertensi, kadar kolesterol yang tinggi, dan serangan jantung akan semakin meningkat.
-
Bagaimana cara stres kronis menyebabkan penyakit jantung? Penelitian telah menunjukkan bahwa stres kronis dapat meningkatkan kadar lemak dalam tubuh, yang berujung pada peradangan pembuluh darah. Selain itu, stres juga dapat memperburuk kondisi tekanan darah, yang kemudian memperbesar risiko penyakit jantung. "Kalau dari penelitian, dia bisa meningkatkan kadar lemak dalam tubuh, kemudian terjadi peradangan pembuluh darah pada jantung dan juga beban kerja jantung meningkat, detak jantung cepat, tekanan darah tinggi, sehingga risiko terjadinya penyakit jantung baik koroner dan lainnya," ungkap Dr. Rio.
-
Kapan stres bisa menjadi berbahaya bagi jantung? Tidak semua stres dapat langsung merusak jantung. Stres yang terjadi dalam jangka pendek atau sesaat, menurut Dr. Rio, tidak akan menyebabkan kerusakan serius pada jantung. "Kalau cemas atau stres yang hanya 1 sampai dengan 2 hari itu tidak termasuk," katanya.
-
Apa perbedaan utama antara serangan panik dan serangan jantung? Walau sama-sama melibatkan detak jantung tak beraturan, serangan panik dan serangan jantung sangat beda dan perlu dibedakan dengan jelas.
-
Bagaimana mengatasi depresi terselubung? Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan tanda-tanda depresi terselubung, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Depresi terselubung bisa diobati dengan terapi, obat-obatan, atau perubahan gaya hidup. Dengan bantuan yang tepat, Anda atau orang yang Anda kenal bisa pulih dan menikmati hidup yang lebih bahagia.
-
Apa saja tanda dari depresi terselubung? Berikut sejumlah tanda depresi terselubung yang penting untuk segera dikenali: Perubahan Kepribadian Orang dengan depresi terselubung mungkin menjadi lebih pendiam, pasif, atau tidak peduli pada hal-hal yang penting bagi mereka. Mereka juga bisa menjadi lebih mudah tersinggung atau marah. Perubahan Pola Makan dan Tidur Depresi terselubung bisa memengaruhi pola makan dan tidur seseorang. Mereka bisa kehilangan nafsu makan atau justru makan berlebihan. Gangguan tidur seperti insomnia atau hipersomnia juga sering terjadi. Perubahan Interaksi Sosial dan Produktivitas Kehilangan Minat pada Hobi dan Kegiatan Orang dengan depresi terselubung sering kali kehilangan minat pada hobi atau kegiatan yang mereka nikmati. Mereka bisa berhenti melakukan aktivitas yang biasanya membuat mereka bahagia. Bercanda tentang Hal-hal Negatif Mereka mungkin sering bercanda tentang topik yang berkaitan dengan depresi, seperti kematian atau bunuh diri. Ini bisa menjadi cara mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka atau mencari perhatian.
"PTSD (kelainan stres dan trauma) umum dialami oleh orang yang selamat dari serangan jantung, dan ini bisa meningkatkan risiko mereka terkena serangan jantung lagi di masa yang akan datang. Penemuan ini sangat penting diketahui bagi keselamatan para pasien penyakit jantung," ungkap Donald Emondson, asisten profesor dari CUMC, seperti dilansir oleh Daily Mail (20/05).
Stres dan trauma yang dirasakan berasal dari pengalaman yang mengejutkan dan membuat trauma. Beberapa gejalanya antara lain adalah sering bermimpi buruk, menghindari hal-hal yang bisa mengingatkannya pada serangan jantung, meningkatnya detak jantung, serta meningkatnya tekanan darah. Stres dan trauma bisa berubah kronis jika pasien mengalami gejala di atas selama tiga bulan berturut-turut atau lebih.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi perhatian bagi para pasien penyakit jantung, baik yang tak mengalami serangan jantung maupun yang telah mengalami serangan jantung. Mereka harus mewaspadai risiko serta kemungkinan trauma yang dimiliki. hasil ini juga penting bagi para petugas kesehatan untuk mulai memikirkan dan mencegah terjadinya trauma pada pasien yang selamat dari serangan jantung.
(mdk/kun)