6 Fakta tentang autisme yang harus diketahui
Di Hari Peduli Autisme ini, yuk simak beberapa fakta autisme yang perlu diketahui!
Saat ini autisme sudah bukan hal yang asing didengar banyak orang. Meski begitu, tetap masih banyak mitos yang beredar mengenai autisme. Selain itu, tak sedikit orang yang belum mengetahui kebenaran tentang autisme ini.
Autisme memiliki banyak spektrum dan tak bisa disamakan satu sama lainnya. Untuk itu sangat penting memahami mengenai autisme. Di Hari Peduli Autisme ini, yuk simak beberapa fakta terkait autisme yang perlu untuk diketahui, seperti dilansir oleh Parents Magazine.
-
Apa yang bisa menjadi salah satu tanda autisme pada anak? Salah satu ciri khas autisme adalah variasi dalam perilaku anak-anak yang terpengaruh. Siapa sangka, tanda autisme pada anak ini ternyata bisa ditandai dengan perilaku sederhana seperti kebiasaan berjalan.
-
Siapa yang paling sering mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain karena gangguan autisme? Banyak orang dewasa yang menderita gangguan autisme merasa kesulitan untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain.
-
Apa itu Autisme? Autisme merupakan kelompok gangguan spektrum yang mempengaruhi perkembangan sosial, komunikasi, dan perilaku individu. Autism Spectrum Disorder (ASD) mencakup berbagai tingkat keparahan, mulai dari autisme ringan hingga berat.
-
Bagaimana cara menangani anak yang mengalami autisme? “Biasanya pada anak autis kita enggak mencari pasti penyebabnya. Pemeriksaan darah, CT Scan, biasanya tidak kita lakukan, kita langsung masuk ke intervensi untuk penanganannya,” katanya.
-
Mengapa anak laki-laki lebih sering mengalami autisme? Anak laki-laki empat kali lebih mungkin mengembangkan gangguan spektrum autisme dibandingkan anak perempuan.
Jumlah anak autis bertambah
Jika dibandingkan dengan tahun 1980-an, saat ini semakin banyak akan yang terdiagnosis memiliki autisme. Pada tahun 1980 jumlah anak yang terdiagnosis autisme adalah satu di antara 88 anak (11,3 per 1.000). Sementara itu saat ini risiko autisme meningkat hingga satu banding 68 anak dan satu banding 42 pada anak laki-laki.
Penelitian di California bahkan menemukan bahwa jumlah anak yang memiliki autisme pada tahun 1998 hingga 2002 meningkat hingga dua kali lipat. Meski begitu, peneliti menjelaskan bahwa sepuluh tahun lalu autisme tidak mudah didiagnosis sehingga kemungkinan banyak anak dengan autisme yang tak diketahui.
Autisme terdiagnosis lebih cepat
Dengan berkembangnya teknologi kesehatan, saat ini autisme terdiagnosis dengan lebih mudah dan cepat. Konon dokter masih tak bisa melakukan diagnosis autisme dengan tes medis atau laboratorium. Sehingga mereka hanya mengandalkan gejala secara perilaku pada anak. Hal ini memperlambat diagnosis karena autisme bisa tak terdeteksi hingga tahap lanjut. Peneliti menjelaskan bahwa autisme seharusnya sudah didiagnosis sejak anak berusia 3,5 tahun. Namun dulu kebanyakan anak terdiagnosis lebih dari usia tersebut.
Saat ini, autisme bahkan bisa dideteksi ketika anak berusia 24 bulan. Dokter bisa melakukan analisis menggunakan pemindai otak untuk melihat aktivitas otak anak autis yang tengah berkembang. Para ahli pun semakin waspada terhadap gejala autisme sehingga mereka lebih awas dan bisa melakukan diagnosis ketika anak berusia satu tahun.
Autisme adalah kelainan genetik
Konon autisme dianggap sebagai kesalahan orang tua dalam membesarkan anaknya. Namun kini sudah diketahui bahwa autisme tak disebabkan oleh faktor psikologis, melainkan bersifat genetik. Jika pasangan memiliki anak autis, kemungkinan anak mereka yang lain akan mengalami kelainan autis hingga lima sampai 10 persen.
Sementara itu, kemungkinan autis pada anak kembar bisa meningkat hingga 60 persen. Dengan fakta tersebut, peneliti percaya bahwa autisme adalah kelainan yang disebabkan oleh gen. Gen-gen tersebut menyebabkan otak bayi berkembang tak normal dan membuatnya rentan terkena autisme. Meski begitu, hingga kini gen yang diketahui berkaitan dengan autisme masih belum diketahui dengan jelas.
Tak ada kaitan antara vaksin dan autisme
Terdapat rumor yang mengungkap bahwa vaksin berkaitan dengan kemungkinan anak terkena autisme. Ada yang percaya bahwa jika tanda-tanda autisme anak terlihat setelah anak mendapatkan vaksin, kemungkinan penyebabnya adalah vaksin tersebut. Namun untuk asumsi ini peneliti tak bisa menemukan bukti yang kuat.
Selain itu terdapat juga rumor yang mengatakan bahwa autisme disebabkan oleh keracunan merkuri yang terdapat dalam vaksin pada bayi. Meski merkuri diketahui buruk untuk kesehatan otak balita, namun penelitian menunjukkan bahwa jumlah merkuri pada vaksin terlalu sedikit dan tak bisa mempengaruhi kesehatan saraf.
Kepala besar adalah tanda autisme
Penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association mengungkap bahwa otak anak autis berkembang dengan cara yang berbeda sejak usia dini. Peneliti menemukan bahwa kebanyakan anak yang didiagnosis autis memiliki lingkar kepala yang kecil saat dilahirkan. Namun ketika berusia enam sampai 14 bulan, kepala dan otak mereka akan lebih besar daripada ukuran anak normal.
Meski begitu, jangan panik ketika anak memiliki kepala yang lebih besar dari anak-anak biasanya. Beberapa bayi memiliki kepala yang lebih besar meski mereka tak memiliki autisme. Jika anak mengalami perkembangan kepala yang cukup drastis, coba untuk amati gejala autisme lainnya seperti kesulitan berperilaku atau berkomunikasi.
Perawatan dini sangat penting
Hingga saat ini belum diketahui obat yang bisa menyembuhkan autisme. Namun melakukan terapi dan latihan intensif sejak dini akan membantu anak autis untuk mempelajari banyak hal yang mereka butuhkan, mulai dari memperhatikan orang lain hingga berkomunikasi dengan mereka. Semakin cepat dilakukan perawatan, semakin baik.
Peneliti di National Academy of Science merekomendasikan anak autis untuk melakukan terapi 25 jam per minggu secepat mungkin setelah anak terdiagnosis autisme. Karena anak autis memiliki kemampuan dan perilaku yang berbeda. Perlu dilakukan pendekatan yang efektif untuk bisa mengembangkan kemampuan unik mereka secara optimal.
Selain fakta di atas, masih banyak misteri terkait autisme dan banyak hal yang belum diketahui faktanya. Meski begitu, peneliti terus berusaha memperdalam pemahaman mereka mengenai autisme. Fakta di atas tak hanya perlu diketahui oleh orang tua yang memiliki anak autis, namun juga semua orang agar mereka lebih mengetahui dan tak salah dalam melihat autisme.