Air Galon Berbahan Polikarbonat Sebabkan Anak jadi Autis? Begini Kata Ahli
Air Galon Berbahan Polikarbonat Sebabkan Anak jadi Autis?
-
Siapa yang mengatakan air galon tidak menyebabkan autisme? Klinik Rumah Tumbuh Kembang Anak MS School & Wellbeing Center Mutiara memastikan bahwa tidak ada hubungannya antara air galon yang diminum ibu saat kehamilan dan autisme pada anak.
-
Kenapa ibu hamil minum air galon tidak menyebabkan autisme? 'Autis itu kan sebenarnya gangguan perkembangan syaraf. Kalau di dalam diagnosanya merupakan gangguan neurodevelopmental. Jadi, gangguan pertumbuhan itu letaknya di syaraf atau neuro,' ujarnya, dalam keterangan tertulis, Rabu (3/7), dilansir Antara.
-
Apa itu gangguan autis? Autis adalah suatu kondisi terkait perkembangan otak yang berdampak pada cara seseorang mempersepsikan dan bersosialisasi dengan orang lain. Sehingga kondisi ini sering kali menimbulkan permasalahan dalam interaksi sosial dan komunikasi.
-
Apa tanda autisme pada anak? Salah satu ciri khas autisme adalah variasi dalam perilaku anak-anak yang terpengaruh. Siapa sangka, tanda autisme pada anak ini ternyata bisa ditandai dengan perilaku sederhana seperti kebiasaan berjalan.
-
Apa ciri khas Autisme? Beberapa ciri umum autisme meliputi kesulitan dalam berinteraksi sosial, komunikasi non-verbal, serta kecenderungan untuk memiliki minat yang sangat fokus dan rutinitas yang konsisten.
-
Siapa yang bisa mengalami gejala autisme? Ada berbagai tanda dan gejala yang muncul pada orang-orang dengan autism spectrum disorder (ASD) atau gangguan autisme.
Air Galon Berbahan Polikarbonat Sebabkan Anak jadi Autis? Begini Kata Ahli
Beredar informasi yang mengeklaim air minum dalam kemasan (AMDK) galon guna ulang biru berbahan polikarbonat menyebabkan anak terkena autisme.
Terkait hal tersebut Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A (K), membantah konsumsi air galon menyebabkan anak menjadi autis.
“Tidak ada kajian tentang pengaruh air dari galon guna ulang biru dengan penyakit autis pada anak, belum ada buktinya juga,” kata Rini di Jakarta, Senin (17/4).
Rini mengatakan belum ada bukti yang akurat menyangkut hal tersebut. Meski dulu pernah ada penelitian yang mendukung pengaruh zat tembaga logam terhadap penyebab autis, namun tidak ada kesimpulan yang membenarkan hal tersebut.
Akhirnya, penelitian terkait korelasi keduanya makin jarang dilakukan dan pencarian penyebab autis tidak lagi jadi perhatian sampai saat ini.
Menurutnya, air galon guna ulang biru itu justru sangat baik untuk kesehatan karena mengandung mineral yang sangat dibutuhkan tubuh manusia karena mengandung mineral.
“Kalau dikatakan bisa menyebabkan autis, seharusnya sudah banyak anak-anak di Indonesia yang menderita autis karena yang minum air galon kan banyak. Tapi, nyatanya, yang autis bisa dihitung jari,” ucap Rini, dilansir dari Antara.
Penyebab Autis pada Anak
Sejauh ini, autisme diketahui disebabkan oleh adanya masalah atau gangguan perilaku pada anak yang disebabkan banyak faktor, salah satunya faktor genetik.
Beberapa faktor risiko lain yang telah teridentifikasi seperti riwayat prematur, riwayat kejang pada masa bayi, dan karena infeksi masa lampau.
“Biasanya pada anak autis kita enggak mencari pasti penyebabnya. Pemeriksaan darah, CT Scan, biasanya tidak kita lakukan, kita langsung masuk ke intervensi untuk penanganannya,” katanya.
Ia menjelaskan gejala yang ditemukan pada anak penderita autis adalah mereka memiliki keterlambatan bicara dan kontak mata yang kurang, tidak dapat bersosialisasi, melakukan beberapa gerakan berulang tanpa tujuan seperti melirik, menjejerkan benda, memutar roda, dan terkadang disertai perilaku hiperaktif.
Dalam beberapa kasus, anak-anak dengan autisme juga suka mengalami alergi makanan seperti susu sapi dan makanan laut. Sehingga penanganannya dilakukan tergantung gejalanya.
Lebih lanjut Rini menjelaskan keparahan autisme sendiri dapat dibagi jadi ringan, sedang dan berat. Dimana pendeteksian keparahan ditentukan menggunakan perangkat skrining berupa kuesioner M-CHAT-R.
Anak yang masuk dalam kategori autis ringan, katanya biasa memiliki gejala dapat melakukan kontak mata meski hanya sebentar. Berbeda dengan kategori sedang dimana anak tidak cuek namun tidak ada kontak mata.
“Tapi, yang sama sekali cuek dan enggak ada kontak mata biasanya kita masukkan kategori autis berat,” katanya.
Terkait dengan kondisinya, terdapat potensi untuk diperbaiki dengan mengembangkan kemampuan anak melalui beberapa jenis terapi.
Termasuk pengulangan jenis terapi yang meliputi terapi perilaku, terapi sensorik integrasi, okupasi dan terapi bicara meski memerlukan waktu yang cukup panjang.
“Karena autis itu merupakan gangguan perilaku, jadi penangananya juga harus dengan memperbaiki perilakunya.
Terapinya dilakukan dengan berbagai cara, ada terapi sensor integrasi, ada okupasi, ada terapi bicara, dan terapi perilaku,” ujar dia.