IDAI Jelaskan Bahwa Tidak Ada Lonjakan Kasus Gagal Ginjal Anak
Sejumlah anak menjalani cuci darah di RSCM pada unit khusus dialisis anak.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), menegaskan bahwa tidak ada laporan kenaikan signifikan kasus gagal ginjal pada anak di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan menyusul maraknya isu di media sosial mengenai banyaknya anak kecil yang menjalani cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.
"Secara nasional tidak dilaporkan lonjakan kasus gagal ginjal signifikan sebagaimana tahun lalu dimana ada kasus EG/DEG," kata Piprim beberapa waktu lalu.
-
Gimana cegah gagal ginjal pada anak? Mencegah gagal ginjal pada anak memerlukan pendekatan yang komprehensif, yang meliputi pola makan sehat, gaya hidup aktif, dan perhatian terhadap kesehatan secara keseluruhan.
-
Bagaimana cara mencegah gagal ginjal pada anak? Untuk mencegah gagal ginjal pada anak, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh orang tua, antara lain: Rutin berolahraga. Olahraga secara teratur dapat menjaga kesehatan ginjal dengan cara meningkatkan sirkulasi sel-sel kekebalan. Olahraga juga dapat membantu mengontrol berat badan dan tekanan darah anak, yang merupakan faktor risiko gagal ginjal. Memenuhi kebutuhan cairan. Air sangat penting untuk fungsi ginjal. Cairan tersebut membantu membuang limbah dan racun di dalam tubuh melalui urine. Pastikan anak memenuhi kebutuhan cairannya, terutama saat mereka berkegiatan aktif atau saat cuaca sedang terik. Hindari minuman manis, soda, jus, dan minuman kemasan lainnya yang mengandung gula berlebih. Membatasi asupan gula, garam, dan natrium. Gula berlebih dapat meningkatkan risiko diabetes dan membebani fungsi ginjal. Garam dan natrium berlebih dapat membuat tubuh menahan lebih banyak air, yang dapat meningkatkan tekanan darah dan membebani organ-organ tubuh, termasuk pembuluh darah dan ginjal. Tekanan darah tinggi dapat merusak ginjal seiring bertambahnya usia anak-anak. Menghindari paparan infeksi. Infeksi bakteri atau virus dapat menyebabkan peradangan atau kerusakan pada glomerulus, yaitu bagian dari ginjal yang bertugas menyaring darah dan mengeluarkan urine. Untuk mencegah infeksi, pastikan anak mendapatkan vaksinasi lengkap, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta menghindari kontak dengan orang yang sakit. Menggunakan obat secara rasional. Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan kerusakan atau penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba jika digunakan secara berlebihan atau tidak sesuai dengan anjuran dokter. Beberapa contoh obat yang berpotensi menyebabkan gagal ginjal akut pada anak adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), obat antikejang, obat antibiotik, obat antijamur, obat antimalaria, obat antiviral, obat kemoterapi, dan obat kontrasepsi. Konsultasi seputar masalah genetik. Beberapa penyakit ginjal pada anak disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan, seperti penyakit ginjal polikistik, penyakit ginjal multikistik, asidosis tubulus ginjal, dan sindrom Alport. Jika ada riwayat keluarga yang menderita penyakit ginjal tersebut, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.
-
Kapan anak rentan gagal ginjal? Dalam era modern ini, kesehatan anak menjadi prioritas utama bagi setiap orang tua.
-
Mengapa penyakit ginjal polikistik bisa menyebabkan gagal ginjal pada anak? Penyakit ginjal polikistik, yaitu gangguan ginjal yang ditandai dengan adanya banyak kista di dalam ginjal. Kista ini bisa membuat ginjal bengkak dan merusak jaringan ginjal yang normal. Penyakit ini biasanya bersifat keturunan.
-
Kenapa angka kesembuhan kanker anak di Indonesia rendah? Salah satu dampak serius dari keterlambatan diagnosis adalah rendahnya angka kesembuhan bagi anak-anak penderita kanker di Indonesia. Dr. Yaulia menyebutkan bahwa prevalensi kesembuhan kanker anak di Indonesia hanya berkisar antara 20-35 persen.
-
Gejala apa yang sering muncul pada anak yang mengalami gagal ginjal? Beberapa gejala gagal ginjal akut pada anak yang perlu diwaspadai: Demam, yang bisa disebabkan oleh infeksi atau peradangan pada ginjal. Gangguan pencernaan seperti muntah dan diare, yang bisa disebabkan oleh penumpukan limbah dalam tubuh akibat fungsi ginjal yang menurun. Gangguan pernapasan seperti batuk dan pilek, yang bisa disebabkan oleh penurunan sistem kekebalan tubuh atau penumpukan cairan di paru-paru akibat gagal ginjal. Tidak bisa kencing atau volume urine yang keluar sangat sedikit, yang bisa disebabkan oleh gangguan aliran darah ke ginjal, penyumbatan saluran kemih, atau kerusakan sel ginjal. Pembengkakan di sekitar mata, pergelangan kaki, dan kaki, yang bisa disebabkan oleh penumpukan cairan dalam tubuh akibat gagal ginjal. Pertumbuhan anak terhambat, yang bisa disebabkan oleh gangguan metabolisme dan hormon akibat gagal ginjal. Kelelahan, kehilangan nafsu makan, mual, dan sering sakit kepala, yang bisa disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal dan penumpukan racun dalam tubuh. Tekanan darah tinggi, yang bisa disebabkan oleh gangguan pengaturan tekanan darah oleh ginjal.
Pada tahun 2022-2023, Indonesia menghadapi ratusan kasus keracunan obat sirup yang mengandung cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG). Data per 5 Februari 2023 menunjukkan terdapat 326 kasus gagal ginjal pada anak, yang dikenal sebagai Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA).
Piprim juga meluruskan pemberitaan mengenai 'banyak anak kecil cuci darah di RSCM'. Menurutnya, fakta sebenarnya adalah RSCM memiliki unit khusus yang menangani dialisis untuk anak-anak, sehingga wajar jika unit tersebut dipenuhi oleh pasien anak dengan gangguan ginjal terminal.
"Di RSCM itu ada dialisis khusus anak sementara di rumah sakit lain belum tersedia, oleh karena itu di unit khusus itu isinya anak-anak yang mengalami gangguan ginjal terminal," jelas Piprim.
Di kesempatan berbeda, dokter spesialis anak konsultan nefrologi di RSCM, dr. Eka Laksmi Hidayati, mengungkapkan keterkejutannya mendengar berita mengenai banyaknya anak yang menjalani cuci darah di RSCM.
"Jadi kita cukup kaget ya karena ternyata ada berita-berita mengenai ini, kita banyak ditanya padahal sepertinya kita di rumah sakit tidak mengalami lonjakan sebetulnya. Tapi setelah dilihat memang kalau dilihat angkanya pasien-pasien kita cukup banyak ya," kata Eka dalam live Instagram RSCM Official.
Saat ini, terdapat sekitar 60 anak yang rutin menjalani dialisis di RSCM, dengan 30 anak di antaranya menjalani hemodialisis atau cuci darah. Eka menjelaskan bahwa banyaknya anak yang menjalani dialisis di RSCM disebabkan oleh peran rumah sakit sebagai pusat rujukan yang menerima pasien dari berbagai wilayah, bahkan luar Pulau Jawa.
"Karena mereka juga melihat bahwa sudah ada rujukan yang bisa mereka kirim, kemudian jadi banyak yang juga mengirimkan. Itu yang menyebabkan berkumpulnya jadi banyak, dan itu juga membuat Kementerian Kesehatan merasa bahwa memang ini harus disebarkan pelayanan untuk ginjal anak ini, dan sedang dikerjakan hal tersebut," jelas Eka.
Menurut Piprim, ada beberapa penyebab yang membuat anak membutuhkan cuci darah. Salah satunya adalah kelainan bawaan kongenital, di mana anak tersebut sejak lahir memiliki kelainan pada ginjal atau adanya kista.
"Pada kasus ini, anak tersebut sudah sejak lahir memiliki kelainan pada ginjal atau ada kista," jelas Piprim.
Eka juga menambahkan bahwa gangguan ginjal pada anak berbeda dari gangguan ginjal pada dewasa. Banyak kasus pada anak disebabkan oleh kelainan bawaan, di mana bentuk atau fungsi ginjal sejak lahir sudah tidak normal.
"Kelainan bawaan itu bisa berupa bentuknya ketika lahir memang bentuk ginjalnya tidak normal atau fungsinya yang tidak normal. Yang berupa fungsi yang sering adalah sindrom nekrotik kongenital," ujar Eka.
Selain kelainan bawaan, anak dengan lupus juga dapat mengalami gangguan ginjal yang memerlukan cuci darah. Piprim juga menyoroti gaya hidup tidak sehat sebagai faktor risiko, terutama pada anak dengan obesitas.
"Anak-anak yang obesitas mengalami low grade inflammation atau inflamasi derajat rendah yang berlangsung secara kronik, lalu ditambah dengan faktor lain seperti hipertensi ini bisa merusak ginjal dan lama-kelamaan bisa menyebabkan ginjal rusak yang perlu cuci darah," jelas Piprim.
Dengan demikian, Piprim menekankan bahwa anak-anak yang menjalani cuci darah di RSCM adalah kasus-kasus yang memang membutuhkan perawatan tersebut akibat kondisi kesehatan tertentu, dan bukan karena adanya lonjakan kasus gagal ginjal yang baru.