Tiap Tahun 11 Ribu Anak Didiagnosis Kanker, Banyak Baru Diketahui pada Stadium Lanjut
Banyak pasien kanker anak baru mengetahui kondisi kesehatannya setelah memasuki stadium lanjut.
Setiap tahun, sekitar 11 ribu anak di Indonesia didiagnosis menderita kanker, sebuah angka yang mengejutkan dan sangat mengkhawatirkan. Namun, yang lebih mencemaskan adalah sebagian besar dari mereka baru didiagnosis pada stadium lanjut, ketika kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Kondisi ini memperkecil peluang kesembuhan dan menambah beban fisik serta emosional bagi anak-anak dan keluarga mereka.
Menurut data dari World Health Organization (WHO), secara global ada sekitar 400 ribu anak dan remaja yang terkena kanker setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, angka tersebut mencapai 11 ribu kasus setiap tahun. Namun, angka ini tidak mencakup anak-anak yang belum terdiagnosis, terutama mereka yang berada di daerah terpencil dengan akses terbatas terhadap fasilitas kesehatan yang memadai. Dokter spesialis onkologi dari Rumah Sakit Dharmais, Dr. Yaulia Yanrismet, mengungkapkan bahwa sebagian besar kasus kanker pada anak ditemukan ketika sudah memasuki stadium lanjut.
-
Apa saja jenis kanker yang umum dialami anak? Secara umum, kanker pada anak dapat dikelompokkan menjadi dua kategori utama, yaitu kanker darah dan kanker padat (tumor).
-
Jenis kanker apa yang paling sering menyerang anak? Leukemia adalah jenis kanker yang paling banyak menyerang anak-anak, mencapai sekitar 30-55 persen dari semua kasus kanker anak-anak di Indonesia.
-
Kapan peningkatan kanker di anak muda mulai terlihat? Menurut Institut Kanker Nasional, antara tahun 1999 hingga 2019, terjadi peningkatan hampir 15 persen dalam kasus kanker dini pada orang di bawah 50 tahun.
-
Mengapa kanker menyerang anak? Penyebab kanker pada anak-anak belum sepenuhnya diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang diduga berperan dalam memicu perkembangan sel kanker pada anak-anak. Beberapa faktor tersebut antara lain:
-
Kanker apa yang lebih sering terjadi pada anak muda? Kanker kolorektal, pankreas, dan payudara adalah jenis kanker yang paling umum di antara orang muda, tetapi kanker pada usus buntu dan saluran empedu intrahepatik, yang jarang terjadi pada usia muda, juga mengalami peningkatan signifikan.
-
Siapa yang terkena kanker anak? Leukemia, lymphoma (kanker kelenjar getah bening), dan tumor otak adalah beberapa jenis kanker yang paling umum menyerang anak-anak di Indonesia.
“Kebanyakan kasus kanker pada anak ditemukan sudah stadium lanjut dan bermetastasis,” ungkap Dr. Yaulia, mengutip pengalaman klinisnya di Dharmais. Ini berarti bahwa kanker telah menyebar ke organ-organ lain dalam tubuh, membuat pengobatan menjadi lebih kompleks dan kemungkinan sembuh semakin kecil.
Rendahnya Angka Kesembuhan Anak dengan Kanker
Salah satu dampak serius dari keterlambatan diagnosis adalah rendahnya angka kesembuhan bagi anak-anak penderita kanker di Indonesia. Dr. Yaulia menyebutkan bahwa prevalensi kesembuhan kanker anak di Indonesia hanya berkisar antara 20-35 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju yang memiliki tingkat kesembuhan di atas 80 persen. Faktor utama yang menyebabkan rendahnya angka kesembuhan ini adalah keterlambatan diagnosis dan kurangnya akses terhadap fasilitas kesehatan yang memadai.
“Keterlambatan diagnosis itu kembali lagi ke masalah datangnya terlambat, atau di fasilitas kesehatan dasarnya tidak memiliki alat-alat untuk diagnosis, sehingga harus dirujuk berjenjang sampai rumah sakit yang memiliki fasilitas,” jelas Dr. Yaulia.
Selain masalah fasilitas, masih ada banyak mitos dan informasi keliru yang dipegang oleh sebagian orang tua, yang membuat mereka ragu untuk segera membawa anak mereka ke dokter saat gejala-gejala awal muncul. Mitos-mitos tersebut sering kali menyesatkan, menyebabkan orang tua berpikir bahwa penyakit yang diderita anak tidak serius atau bisa sembuh dengan pengobatan tradisional.
Jenis Kanker yang Paling Banyak Menyerang Anak
Di Indonesia, jenis kanker yang paling banyak menyerang anak-anak adalah leukemia (kanker darah), lymphoma (kanker kelenjar getah bening), dan tumor otak. Leukemia, yang merupakan kanker darah, sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas di awal, membuat banyak orang tua terlambat menyadari bahwa anak mereka menderita penyakit serius ini.
Prof. Dr. Djajadiman Gatot, seorang ahli kanker anak, mengingatkan bahwa orang tua harus waspada terhadap gejala-gejala leukemia pada anak, seperti wajah pucat, demam tanpa sebab yang berlangsung selama berhari-hari, pendarahan pada kulit, kelelahan, dan penurunan berat badan yang signifikan.
“Deteksi dini sangat penting, terutama pada anak-anak. Jika kanker terdeteksi lebih awal, kemungkinan sembuh jauh lebih besar dibandingkan pada orang dewasa,” jelas Prof. Djajadiman.
Dia juga menambahkan bahwa banyak anak-anak yang berhasil sembuh dari leukemia berkat deteksi dini dan pengobatan yang tepat. “Bahkan ada pasien yang dulu saya tangani masih anak-anak, sekarang dia sudah dewasa. Pernah ada yang datang untuk meminta saya jadi saksi pernikahannya,” kenangnya dengan haru.
Penyebab dan Faktor Risiko Kanker pada Anak
Hingga saat ini, penyebab pasti kanker pada anak-anak masih belum diketahui secara jelas. Namun, diduga ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anak terkena kanker, termasuk kelainan genetik, mutasi akibat faktor lingkungan yang tidak sehat, paparan radiasi, makanan yang tidak baik, serta infeksi virus.
Meskipun penyebab pasti kanker anak belum diketahui, ada satu jenis kanker yang diketahui penyebabnya, yakni kanker serviks yang disebabkan oleh virus HPV. Saat ini, pemerintah Indonesia sudah mulai memberikan vaksin HPV kepada anak-anak usia sekolah untuk mencegah kanker serviks di kemudian hari.
Kanker pada anak merupakan masalah serius yang perlu ditangani dengan lebih baik. Selain peningkatan fasilitas kesehatan dan deteksi dini, edukasi kepada masyarakat mengenai gejala-gejala kanker anak sangat penting. Terlambat membawa anak ke dokter hanya akan memperburuk kondisi mereka.
Para ahli juga menekankan pentingnya dukungan keluarga bagi anak-anak yang didiagnosis menderita kanker. Mendampingi mereka melalui perjalanan pengobatan yang panjang dan penuh tantangan bukan hanya soal memberikan pengobatan medis, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung secara emosional bagi anak.