Meningkatnya Jumlah Kanker di Indonesia Terjadi Akibat Gaya Hidup Kebaratan
Menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penerapan gaya hidup yang tidak sehat dan cenderung mengikuti negara barat menjadi penyebab meningkatnya kasus kanker.
Menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penerapan gaya hidup yang tidak sehat dan cenderung mengikuti negara barat menjadi penyebab meningkatnya kasus kanker.
-
Apa yang menyebabkan kanker? Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali di dalam tubuh.
-
Kenapa makanan tidak sehat tingkatkan risiko kanker? Makanan yang tinggi lemak jenuh, gula, garam, dan bahan pengawet dapat meningkatkan risiko kanker. Makanan yang digoreng, diasap, atau diasinkan juga dapat mengandung zat karsinogenik, yaitu zat yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker.
-
Mengapa Kanker Usus di Usia Muda Meningkat? Penyebab pasti dari fenomena ini belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa faktor yang dipercaya berkontribusi adalah gaya hidup yang tidak seimbang, seperti pola makan yang kurang serat, obesitas, konsumsi alkohol dan tembakau, serta penggunaan antibiotik yang berlebihan.
-
Kenapa kanker rahim banyak di negara berkembang? Lebih jauh, WHO juga mengamati bahwa angka kejadian kanker leher rahim lebih besar di negara-negara berkembang daripada di negara-negara maju.
-
Apa jenis makanan yang dapat meningkatkan risiko kanker? Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal Advances in Nutrition pada tahun 2021, yang meninjau 210 studi mengenai 13 jenis makanan dan kaitannya dengan risiko kanker, menunjukkan bahwa terdapat dua jenis makanan yang memiliki korelasi kuat dengan peningkatan risiko kanker payudara.
-
Apa jenis kanker yang paling sering menyerang anak di Indonesia? Di Indonesia, jenis kanker yang paling banyak menyerang anak-anak adalah leukemia (kanker darah), lymphoma (kanker kelenjar getah bening), dan tumor otak.
Meningkatnya Jumlah Kanker di Indonesia Terjadi Akibat Gaya Hidup Kebaratan
Fenomena peningkatan kasus kanker di Indonesia, terutama pada usia muda, telah menjadi perhatian serius Yayasan Kanker Indonesia (YKI). Peningkatan ini dianggap sebagai hasil dari penerapan gaya hidup yang tidak sehat, yang cenderung mengikuti pola hidup negara-negara barat.
Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP, Ketua Umum YKI, menekankan bahwa faktor risiko kanker sebagian besar terkait dengan gaya hidup dan kebiasaan, yang semakin banyak ditemui di era saat ini.
“Kita tidak bisa menyangka angka kanker semakin banyak, mungkin tidak akan turun sampai satu abad lagi. Sebenarnya, 90 persen kanker itu faktor risikonya ada di gaya hidup (lifestyle) dan kebiasaan dan kita masuk ke era di mana penyebab kanker makin banyak,” katanya beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Aru mengidentifikasi dua faktor utama yang menjadi penyebab meningkatnya kasus kanker. Pertama, kemajuan dalam alat medis telah memungkinkan deteksi penyakit kanker menjadi lebih cepat dan akurat. Hal ini mengakibatkan peningkatan jumlah kasus yang terdeteksi di masyarakat.
Faktor kedua adalah gaya hidup dan lingkungan sekitar yang mempengaruhi pola makan dan aktivitas fisik seseorang. Pada masa lampau, pola makan yang lebih sehat dengan konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan segar lebih umum.
Namun, di zaman modern, makanan cepat saji yang kurang bergizi lebih mudah diperoleh. Perubahan pola makan yang mencakup lebih banyak makanan olahan dan cepat saji mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Aru memberikan contoh bahwa permintaan akan menu sayuran di restoran cepat saji cenderung rendah, menunjukkan dominasi gaya hidup yang cenderung ke arah konsumsi makanan yang kurang sehat. Hal ini juga tercermin dalam peningkatan kasus kanker, seperti kanker usus besar, yang sebelumnya jarang terjadi pada usia muda, namun sekarang semakin meningkat.
Selain pola makan yang kurang sehat, kurangnya aktivitas fisik juga menjadi faktor risiko penting dalam timbulnya kanker. Aru menggarisbawahi bahwa kurangnya gerak badan, seperti kebiasaan menggunakan transportasi daring daripada berjalan kaki, telah menyebabkan peningkatan risiko kanker pada masyarakat modern.
Ia menjelaskan bahwa makanan berkontribusi sekitar 35 persen terhadap risiko kanker, diikuti oleh rokok dengan 30 persen, dan kurangnya aktivitas fisik dengan persentase yang signifikan.
Aru juga mencatat bahwa peran industri rokok menjadi faktor yang memperburuk situasi. Meskipun upaya pemerintah dan media dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kanker dan pentingnya deteksi dini telah dilakukan, namun industri rokok tetap mendominasi.
“Kita tahu bahwa faktor makanan saja sudah mengambil faktor risiko kira-kira 35 persen, rokok 30 persen. Kurang olahraga ambil tempat juga, jadi memang dunia kita ini jadi lebih mudah untuk kena kanker dibanding eyang-eyang kita dulu,” ucapnya.
Aru menegaskan bahwa YKI akan terus berupaya dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya deteksi dini dan perubahan gaya hidup sehat. Dengan edukasi yang kuat, diharapkan stigma masyarakat terhadap kanker dapat diatasi.
“Contohnya belum semua wanita mau diperiksa oleh (dokter) laki-laki untuk pap smear. Ini tugas kami sebagai YKI menggandeng pemerintah. Akan semakin baik bila pemerintah mendukung program-program kami baik dari sisi fasilitas maupun pendanaan,” katanya.