Henti Jantung Mendadak Bisa Terjadi Tanpa Tanda Sebelumnya, Penting Mengenali Gejalanya Sebelum Terlambat
Henti jantung mendadak adalah kondisi berbahaya yang bisa terjadi tiba-tiba. Kenali risikonya dan mulailah menjaga kesehatan jantungmu dari sekarang
Henti jantung mendadak, atau yang dikenal sebagai sudden cardiac death (SCD), adalah kondisi yang sangat memprihatinkan dan dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa tanda-tanda sebelumnya. Kejadian ini menjadi salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Meskipun sering kali tidak dapat diprediksi, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya henti jantung mendadak. Salah satu di antaranya adalah penyakit jantung koroner (PJK), yang semakin meningkat akibat perubahan pola hidup yang tidak sehat.
Apa Saja Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner?
Menurut dr. Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), gaya hidup yang tidak sehat yang banyak diterapkan oleh masyarakat Indonesia menjadi penyebab utama peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular. Kebiasaan merokok, konsumsi makanan tinggi lemak dan garam, hipertensi, obesitas, diabetes melitus, serta kurangnya aktivitas fisik adalah faktor-faktor risiko yang paling umum, seperti yang dilaporkan oleh Sehat Negeriku pada Kamis, 26 September 2024. Mengapa hal ini penting? Nadia menegaskan bahwa 50 persen dari individu yang menderita penyakit jantung koroner berisiko mengalami henti jantung mendadak. Ketika arteri yang seharusnya mengalirkan darah ke jantung terhambat, hal ini dapat menyebabkan gangguan ritme jantung yang berpotensi fatal.
-
Apa itu henti jantung mendadak? 'Kondisi ini sering disebut sebagai Sudden Cardiac Death (SCD) atau kematian jantung mendadak, di mana jantung berhenti secara tiba-tiba,' tambahnya.
-
Bagaimana henti jantung mendadak terjadi? Kondisi ini biasanya disebabkan oleh gangguan dalam sistem kelistrikan jantung, seperti aritmia yang berbahaya.
-
Apa gejala utama serangan jantung mendadak? 'Orang pingsan tiba-tiba nomor satu harus curiga itu kematian jantung mendadak sampai terbukti bukan. Jadi, (orang) harus waspada dengan sekitar,' kata Dani.
-
Kenapa perlu waspadai tanda serangan jantung? Mengapa kita perlu mewaspadai tanda-tanda ini? Pertama, serangan jantung bisa menyerang siapa saja, tak peduli usia atau kondisi kesehatan.
-
Kapan Detak Jantung terlalu cepat? Pada takikardia, detak jantung melebihi 100 detak per menit dan dapat menyebabkan gejala seperti palpitasi, sesak napas, dan nyeri dada.
-
Apa tanda awal serangan jantung? Sejumlah kondisi bisa jadi tanda awal dari masalah serangan jantung, sehingga perlu dikenali.
Mengapa Penyakit Jantung Koroner Menjadi Penyebab Utama Kematian?
Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi penyakit jantung di Indonesia mencapai 1,5 persen. Di sisi lain, prevalensi penyakit jantung koroner tercatat sebesar 0,5 persen pada tahun 2013. Secara global, data dari Global Status Report on NCD 2019 (IHME) menunjukkan bahwa sekitar 17,8 juta kematian, atau satu dari tiga kematian di dunia, setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit jantung. Fakta ini menunjukkan betapa seriusnya masalah ini dan pentingnya untuk mengenali serta mengelola faktor-faktor risiko sejak dini.
Faktor Utama Penyebab Kematian di Seluruh Dunia
Penyakit jantung iskemik, yang termasuk dalam kategori penyakit jantung koroner, masih menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia, bahkan setelah berakhirnya pandemi COVID-19. Meskipun jumlah kematian akibat penyakit ini mengalami sedikit penurunan pada tahun 2021, Nadia menegaskan bahwa penyakit jantung iskemik tetap menduduki posisi teratas sebagai penyebab kematian global.
Di Indonesia, stroke menjadi penyebab kematian terbesar. Data menunjukkan bahwa angka kematian akibat stroke menurun dari 21,8 persen pada tahun 2019 menjadi 18,49 persen pada tahun 2021. Namun, penyakit jantung iskemik masih tetap menjadi ancaman utama yang perlu diwaspadai. Mengapa stroke dan penyakit jantung sangat berbahaya di Indonesia? Nadia menjelaskan bahwa salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemeriksaan dini yang merata di berbagai daerah. Hal ini menjadi tantangan besar bagi sistem kesehatan dalam mendeteksi dan menangani kondisi kardiovaskular secara cepat.
Faktor Penyebab Penyakit Jantung
Penyakit jantung tidak lagi menjadi masalah yang hanya mengancam orang-orang lanjut usia. Saat ini, semakin banyak kasus penyakit jantung yang muncul pada kalangan muda. Nadia menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh perubahan dalam pola hidup yang kurang sehat. "Sekarang kita dapat melihat bahwa penyakit jantung mulai banyak terjadi pada usia yang lebih muda. Apa yang menyebabkan pergeseran usia dalam kasus penyakit jantung? Itu semua berkaitan dengan perubahan gaya hidup yang tidak sehat," ujarnya.
Penyakit jantung telah menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia selama lebih dari dua puluh tahun, dengan jumlah kematian mencapai 18,6 juta jiwa setiap tahunnya. Diperkirakan, angka ini akan terus meningkat hingga mencapai 24,2 juta pada tahun 2030. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mulai beralih ke gaya hidup yang lebih sehat agar jantung tetap kuat dan terhindar dari risiko yang mematikan ini. Nadia juga menambahkan bahwa terdapat empat kebiasaan yang umum dilakukan banyak orang yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, yaitu merokok, kurang berolahraga, rendahnya konsumsi buah dan sayur, serta konsumsi berlebihan gula, garam, dan lemak (GGL).
Tanda Awal Penyakit Jantung
Penyakit jantung sering kali hadir tanpa gejala yang jelas, sehingga sering kali tidak disadari. Namun, penting untuk mengenali tanda-tanda awal dari penyakit ini agar dapat mencegah terjadinya komplikasi yang serius. Dr. Radityo Prakoso, Presiden Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, menyebutkan beberapa gejala yang perlu diwaspadai terkait penyakit jantung. Berikut adalah beberapa tanda tersebut:
- Nyeri dan sesak di area dada
- Mual serta muntah
- Keringat dingin
- Pusing atau kehilangan kesadaran
- Nyeri yang menjalar ke lengan, rahang, atau punggung
- Kaki yang bengkak
- Mudah merasa lelah dan detak jantung yang cepat
- Detak jantung yang tidak teratur
- Batuk yang berkepanjangan disertai dahak berbusa
Bisakah Penyakit Jantung Dihindari?
Menurut dr. Radityo, sekitar 80 persen dari kasus penyakit jantung sebenarnya dapat dicegah. Terdapat dua jenis pencegahan yang dapat diterapkan: pencegahan primer dan sekunder.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer berfokus pada promosi kesehatan serta perlindungan khusus untuk mengurangi risiko terkena penyakit jantung. Beberapa langkah yang dapat Anda ambil termasuk:
- Berhenti merokok.
- Memilih makanan yang sehat.
- Melakukan olahraga secara teratur.
- Menghindari konsumsi alkohol yang berlebihan.
- Mendapatkan tidur yang cukup.
- Menjaga berat badan dalam batas ideal.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berkaitan dengan deteksi awal dan penanganan yang tepat. Melakukan pemeriksaan secara berkala, seperti pengukuran tekanan darah, kadar kolesterol, indeks massa tubuh (IMT), dan kadar gula darah, dapat membantu dalam mendeteksi penyakit jantung lebih awal dan mencegah kondisinya memburuk.
Langkah-langkah Apa yang Bisa Kamu Ambil untuk Menghindari Penyakit Jantung Koroner?
Penyakit jantung koroner merupakan salah satu isu kesehatan yang harus mendapat perhatian serius. Untuk mencegah penyakit ini, Dr. Rita Ramayulis dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia menekankan pentingnya pengaturan konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) dalam diet sehari-hari. Disarankan agar asupan gula dibatasi hingga 50 gram per hari untuk mencegah lonjakan gula darah yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung.
Selain itu, konsumsi garam sebaiknya tidak lebih dari 2.000 mg per hari dan lemak maksimal 67 gram per hari. Mengelola asupan ini sangat membantu dalam menjaga kesehatan jantung dan mengurangi risiko penyakit koroner. Pola makan yang seimbang juga sangat krusial. Dr. Rita merekomendasikan agar pria berusia 19-29 tahun mengonsumsi makanan dengan total kalori sekitar 2.725 kkal setiap harinya. Pastikan piring Anda dipenuhi dengan berbagai jenis makanan bergizi, seperti sayuran, buah-buahan, protein tanpa lemak, dan biji-bijian.
Kementerian Kesehatan RI telah merumuskan pendekatan PATUH untuk pencegahan penyakit jantung, yang salah satunya adalah melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Dengan melakukan pemeriksaan secara berkala, Anda bisa mendeteksi masalah kesehatan lebih awal dan mendapatkan penanganan yang tepat. Jika memiliki riwayat penyakit, penting untuk mengelola kondisi tersebut dengan pengobatan yang tepat dan teratur. Melakukan aktivitas fisik secara teratur juga merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan jantung. Kemenkes RI menganjurkan untuk menjauhi asap rokok, alkohol, dan zat karsinogenik lainnya. Selain itu, Kementerian Kesehatan juga menyarankan pendekatan CERDIK, yang mencakup:
- Periksa kesehatan secara rutin
- Hindari asap rokok
- Rajin berolahraga
- Diet sehat dengan kalori seimbang
- Cukup istirahat
- Kelola stres