Pastikan Mulai Cegah Penyakit Jantung Koroner Sejak Usia 35 Tahun
Pencegahan penyakit jantung koroner sebagai silent killer perlu mulai dilakukan sejak usia 35 tahun.
Pencegahan penyakit jantung koroner sebagai silent killer perlu mulai dilakukan sejak usia 35 tahun.
-
Bagaimana cara mencegah penyakit jantung? 'Penyakit tidak menular ini tidak disebabkan oleh penularan melalui virus, bakteri, atau sejenisnya, melainkan lebih dipengaruhi oleh tiga aspek utama, yaitu faktor genetik, lingkungan, dan perilaku,' jelasnya.
-
Kenapa penting menjaga jantung di usia 30-an? Saat memasuki usia 30-an, ada sejumlah langkah bijak yang dapat diambil untuk menjaga kesehatan jantung Anda agar tetap prima di masa depan.
-
Bagaimana cara mencegah penyakit jantung pada anak muda? 'Mencegah lebih baik dari pada mengobati,' ujarnya, sembari mengingatkan pentingnya olahraga rutin, pola makan sehat, istirahat yang cukup, serta menjauhi kebiasaan merokok.
-
Bagaimana cara mencegah Gagal Jantung di usia muda? Kunci untuk mencegah gagal jantung adalah dengan mengurangi faktor risiko. Anda dapat mengontrol atau menghilangkan banyak faktor risiko penyakit jantung dengan mengubah gaya hidup bersama dengan bantuan obat-obatan yang diperlukan.
-
Bagaimana cara mencegah serangan jantung? Untuk mencegah risiko serangan jantung mendadak, Dani menyarankan agar orang yang memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga atau sering mengalami tanda fisik seperti pingsan atau nyeri dada untuk memastikan kondisi kesehatan jantung mereka melalui pemeriksaan laboratorium atau rekam jantung.
Pastikan Mulai Cegah Penyakit Jantung Koroner Sejak Usia 35 Tahun
Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Pencegahan sejak dini sangat penting untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit ini.
Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Universitas Indonesia, dr. Prima Almazini Sp.JP, Subsp. Eko (K), FIHA, pencegahan penyakit jantung koroner sebaiknya dimulai sejak seseorang berusia 35-40 tahun.
Mengapa Mulai Sejak Usia 35 Tahun?
Pada usia 35-40 tahun, faktor risiko yang menyebabkan proses penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah arteri koroner oleh plak mulai tampak karena sudah berlangsung dalam kurun waktu cukup lama.
"Sejak usia muda, sebenarnya sudah terjadi secara bertahap pembentukan plak pada dinding-dinding pembuluh darah. Lama-lama semakin menebal dan menimbulkan penyumbatan atau penyempitan di pembuluh darah hingga akhirnya serangan jantung atau henti jantung mendadak pada usia lanjut (56 tahun ke atas)," kata dr. Prima beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Dr. Prima menjelaskan bahwa di dunia, setiap tiga detik ada yang meninggal karena penyakit jantung koroner atau stroke. Di Indonesia, satu dari 10 orang meninggal dunia karena penyakit jantung koroner. Total biaya pelayanan yang dihabiskan untuk penyakit jantung mencapai Rp7,4 triliun, jumlah ini merupakan yang terbanyak dari seluruh jenis penyakit pada tahun 2016.
"Sehingga kita perlu melakukan upaya-upaya untuk menangani dan juga yang penting adalah untuk mencegah. Selain dari angka kematiannya yang tinggi, efeknya terhadap pembiayaan kesehatan juga sangat tinggi," kata Prima.
Timbulnya plak dapat terjadi karena sejumlah faktor risiko, di antaranya hipertensi atau tekanan darah di atas 140 per 90 mmHg, diabetes melitus atau kadar gula darah tinggi, dan obesitas atau indeks massa tubuh (IMT) melebihi standar atau melebihi angka 25,0 setelah dihitung memakai rumus IMT, yaitu berat badan dibagi tinggi badan dikuadratkan.
Faktor Risiko dan Pencegahannya
Faktor risiko lainnya termasuk kolesterol tinggi (dislipidemia) dan merokok. Menurut dr. Prima, faktor risiko ini hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan kesehatan secara rutin, konsultasi dokter, serta pemeriksaan laboratorium.
Jika faktor risiko ditemukan, maka seseorang harus segera berhenti merokok, berolahraga secara teratur, menjalani diet seimbang, cukup istirahat, serta mengelola stres dengan baik untuk mengurangi risikonya.
"Lakukan adopsi gaya hidup sehat seperti mengurangi garam, gula, makanan mengandung minyak hingga santan dan jeroan, melakukan aktivitas fisik teratur, dan teruskan kontrol faktor risiko dengan cek kesehatan rutin, lakukan konsultasi dokter hingga pemeriksaan laboratorium," saran dr. Prima.
Penyakit Jantung Koroner sebagai Silent Killer
Dr. Prima menyebutkan bahwa penyakit jantung koroner sering kali tidak menunjukkan gejala sebelumnya, sehingga disebut sebagai "the silent killer" atau pembunuh dalam senyap.
"Karena sumbatan yang timbulnya bertahap sudah mencapai puncaknya, artinya aliran darah sudah tidak lagi lancar, nutrisi juga tidak lancar, otot-otot jantung terganggu fungsinya dan itu akan mengakibatkan kerusakan pada tubuh secara keseluruhan," tambahnya.
Gejala khas yang dapat dirasakan oleh pengidap penyakit jantung koroner termasuk nyeri dada atau rasa tertekan berat di area dada selama lebih dari 20 menit, disertai rasa terbakar, keringat dingin, lemah, mual, dan pusing. Jika sudah terjadi, pengobatan dapat dilakukan tanpa operasi dengan terapi obat-obatan hingga pemasangan ring.
"Terapi pemasangan ring ini hanya ditujukan untuk pengobatan, bukan pencegahan. Karena kalau belum tampak sumbatan atau penyempitan pembuluh darah, bagaimana bisa tahu di area mana plaknya menumpuk," jelas dr. Prima.
Pengobatan dengan operasi disebut operasi by-pass, yaitu upaya menyambungkan pembuluh darah aorta yang memberikan suplai darah ke seluruh tubuh ke pembuluh darah koroner. Sambungan itu terletak lebih tinggi atau di atas pembuluh darah yang menyempit atau tersumbat.
"Tujuannya sama, intinya ingin memperlancar aliran darah dengan adanya sambungan itu sehingga semua otot jantung dapat mendapatkan aliran darah yang optimal," kata dr. Prima.