Begini Saran Psikolog dalam Memberi Edukasi pada Anak untuk Mencegah Pelecehan Seksual
Contoh dan ajaran dari orangtua menjadi hal penting untuk cegah pelecehan seksual pada anak.
Mencegah pelecehan seksual pada anak adalah tanggung jawab bersama, dan orang tua memegang peranan penting dalam membekali anak dengan pengetahuan serta nilai-nilai yang melindungi mereka. Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D., bersama psikolog Rahmatika Septina Chairunnisa, M.Psi., membagikan sejumlah kiat yang dapat diterapkan oleh orang tua dalam memberikan edukasi kepada anak guna mencegah mereka menjadi korban ataupun pelaku pelecehan seksual.
Menurut Novi, anak-anak belajar dari perilaku orang dewasa di sekitar mereka, terutama orang tua.
-
Bagaimana cara orang tua memberikan pendidikan seks yang sesuai untuk anak? "Ajarkan cara mengidentifikasi situasi yang berbahaya, menolak pendekatan pelaku, dan mencari bantuan ketika diperlukan," kata Meita. Pendidikan ini harus diberikan dengan cara yang tepat agar anak dapat memahami dan mengaplikasikannya.
-
Kenapa pendidikan seksual penting untuk anak? Pendidikan seks merupakan topik yang seringkali menimbulkan kebingungan dan canggung bagi orang tua. Namun, tidak bisa disangkal bahwa memberikan pendidikan seksual yang tepat dan sesuai tahap usia anak sangat penting dalam membantu mereka memahami tubuh, seksualitas, dan hubungan antara laki-laki dan perempuan.
-
Kapan edukasi seksual penting diberikan kepada anak? Edukasi seksual merupakan topik yang penting dalam pengembangan anak-anak, terutama saat mereka memasuki masa remaja.
-
Kenapa pendidikan seksual untuk anak menjadi penting? Maraknya pelecehan seksual terhadap anak, membuat orang tua menjadi was-was. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan Pendidikan seks kepada anak. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk mencegah anak dari pelecehan. Sehingga anak tahu bagian tubuh mana yang boleh disentuh orang lain dan tidak.
-
Apa yang harus diajarkan dalam pendidikan seks untuk anak? Melalui edukasi seksual, anak bisa mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, hubungan interpersonal yang sehat, serta hak dan kewajiban dalam pernikahan.
-
Kapan sebaiknya memulai edukasi seksual pada anak? Kasandra mengatakan dalam memberikan pendidikan seksual, sudah bisa dilakukan sejak anak berusia sekitar dua atau tiga tahun. Pada usia ini, anak mulai mengenal dan memahami nama-nama organ tubuh, termasuk alat kelamin.
“Anak-anak cenderung belajar dari apa yang dilakukan orang dewasa di sekitarnya, maka orang tua terutama ayah patut memberikan contoh nyata bagaimana menghormati orang lain, baik sesama jenis maupun lawan jenis,” ujar Novi dilansir dari Antara. Memberikan contoh nyata adalah langkah awal yang efektif untuk menanamkan sikap saling menghormati.
Tak hanya memberikan teladan, Novi menekankan pentingnya dialog antara orang tua dan anak. Melalui dialog, anak diajak berpikir kritis dan memahami konsekuensi dari setiap tindakannya.
"Pembelajaran terbaik dengan anak-anak adalah dengan cara berdialog, bagus lagi anak-anak diajarkan berliterasi dan punya banyak referensi terkait pentingnya menjaga tubuh agar terhindar dari pelecehan," tambahnya. Orang tua perlu memberikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya menjaga tubuh mereka dan menghargai tubuh orang lain.
Psikolog ini juga menekankan bahwa baik anak laki-laki maupun perempuan harus diajarkan untuk mengenali dan menghargai tubuh mereka sendiri.
“Mereka, baik laki-laki juga perempuan, perlu diajarkan mengenali dan menghargai tubuhnya sendiri, apalagi tubuh orang lain serta dikenalkan dampak jangka panjang jika tidak menghargai orang lain,” ujarnya.
- Orangtua, Ini Alasan Komunikasi tentang Seksualitas dengan Anak Sangat Penting!
- Psikolog Bocorkan Kiat Bagi Orang Tua Mengedukasi Anak untuk Cegah Pelecehan Seksual
- Ketahui Cara Tepat dalam Mengajarkan Pendidikan Seksual pada Anak
- Panduan Pendidikan Seks pada Anak Seiring Tahapan Usia yang Penting Diketahui dan Diterapkan Orangtua
Rahmatika Septina Chairunnisa, psikolog dari Sekolah Bianglala Bandung, menambahkan bahwa hubungan positif antara orang tua dan anak merupakan pondasi penting dalam memberikan edukasi tentang seksualitas.
"Selain mendengarkan, memahami, dan memenuhi kebutuhan anak, orang tua juga perlu memberikan aturan dan batasan yang perlu anak patuhi agar mereka tidak bertindak di luar batas," jelasnya.
Rahmatika menekankan pentingnya penanaman nilai-nilai keluarga, budaya, dan agama sejak dini, serta contoh penerapan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ia juga menjelaskan bahwa salah satu cara terbaik untuk mengedukasi anak tentang menjaga diri adalah dengan memberi tahu anak tentang nama dan fungsi setiap bagian tubuh.
"Ajarkan anak mengenai nama dan fungsi dari setiap bagian tubuhnya sehingga mereka dapat memahami kenapa tubuhnya harus dijaga, serta beritahu bagian mana saja yang boleh dan tidak boleh dilihat juga disentuh orang lain," jelasnya.
Orang tua juga harus mengajarkan anak untuk mengenali situasi di mana seseorang boleh menyentuh tubuh mereka, seperti saat pemeriksaan dokter atau saat orang tua membantu membersihkan alat kelamin karena usia anak yang masih kecil. Namun, Rahmatika menekankan pentingnya mengajarkan anak untuk menolak atau memberikan izin dengan tegas ketika tubuh mereka disentuh oleh orang lain tanpa alasan yang jelas.
Lebih lanjut, Rahmatika menekankan bahwa orang tua tidak boleh memaksakan anak untuk membalas pelukan atau ciuman dari orang lain, bahkan anggota keluarga, jika anak merasa tidak nyaman.
"Sejak kecil, jangan memaksakan anak untuk membalas pelukan orang lain atau jangan paksa anak bersedia dicium oleh orang lain, meskipun anggota keluarga, jika ia tidak nyaman atau tidak mau," tegasnya.
Rahmatika juga mengingatkan agar orang tua tidak menganggap pembahasan mengenai seksualitas sebagai hal yang tabu. Justru, ketika anak mulai menunjukkan rasa penasaran terhadap topik ini, orang tua harus merespons dengan tenang dan memberikan penjelasan yang sesuai dengan usia anak.
"Ketika anak mulai penasaran dengan topik seksualitas, orang tua dapat merespons anak dengan tenang. Berikan penjelasan secara bertahap dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka," katanya.
Pada akhirnya, orang tua perlu menekankan pada anak betapa berharganya mereka.
"Tekankan pada anak bahwa mereka sangatlah berharga agar mereka dapat menumbuhkan rasa percaya diri, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal kurang sehat dari lingkungan sekitarnya," tutup Rahmatika.