Bukan Sok Jagoan, Suka Mengumpat Ternyata Tanda Orang Cerdas dan Jujur
Walau mengumpat memiliki lebih banyak hal negatif, namun siapa sangka terdapat aspek positif di baliknya. Berdasar rentetan penelitian, diketahui bahwa mengumpat merupakan tanda kecerdasan dan kejujuran pada seseorang.
Mengumpat atau berkata-kata kotor merupakan sebuah hal yang kerap kali dilakukan oleh banyak orang. Sayangnya, kebiasaan ini biasanya lebih banyak memiliki asumsi negatif dibanding positif.
Mengumpat pada orang lain bisa menjadi tanda kemarahan atau ejekan. Sementara mengumpat pada teman merupakan tanda dari keakraban serta kadang juga kemarahan.
-
Apa yang dimaksud dengan fakta kuantitatif dalam penelitian? Fakta kuantitatif dalam sebuah penelitian merujuk pada informasi atau data yang diukur dan dinyatakan dalam bentuk angka.
-
Apa yang dimaksud dengan fakta? Fakta adalah informasi objektif atau bukti yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Fakta adalah sesuatu yang dapat diamati, diukur, dibuktikan, dan diverifikasi oleh berbagai pihak yang dapat melihat fenomena yang sama.
-
Kenapa kesehatan lidah penting? Seiring dengan fungsinya yang kompleks, kesehatan lidah dapat mencerminkan kondisi keseluruhan dari kesehatan seseorang. Perubahan warna, tekstur, atau adanya gejala seperti luka, bintik, atau pembengkakan pada lidah bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan yang lebih serius.
-
Apa saja manfaat tahu untuk kesehatan tubuh? Beragam manfaat tahu bagi kesehatan yang ternyata cukup banyak. Bisa turunkan risiko diabetes hingga lindungi ginjal.
-
Apa yang dimaksud dengan kalimat fakta? Kalimat fakta adalah jenis kalimat yang menyajikan informasi yang benar, dapat diverifikasi, dan tidak terbantahkan.
Secara umum, dalam nilai dan norma di masyarakat, mengumpat bukanlah hal yang baik dilakukan. Bahkan mengumpat di tempat umum bisa membuat seseorang dianggap kasar dan tidak memiliki tata krama.
Walau mengumpat memiliki lebih banyak hal negatif, namun siapa sangka terdapat aspek positif di baliknya. Berdasar rentetan penelitian, diketahui bahwa mengumpat merupakan tanda kecerdasan dan kejujuran pada seseorang.
Berdasar sebuah penelitian, diketahui bahwa seseorang yang doyan mengumpat ternyata memiliki kosakata yang lebih banyak dibanding orang yang tidak biasa melakukannya. Penelitian tahun 2015 itu mengungkapkan seseorang yang mengumpat ini lebih fasih berbahasa.
Orang yang Sering Mengumpat Ternyata Lebih Cerdas
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Benjamin Bergen, seorang Profesor ilmu kognitif dari UC San Diego, ia mengungkapkan bahwa banyak kesalahpahaman yang kita miliki tentang mengumpat. Ia menjelaskan bahwa melalui penggunaan umpatan, kita dapat melihat bagaimana pikiran dan otak bekerja, serta pola manusia dalam bersosialisasi.
Menariknya, temuan ini menunjukkan bahwa orang yang sering mengumpat sebenarnya memiliki lebih banyak perbendaharaan kata. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan kebiasaan rajin membaca literatur. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Language Sciences pada tahun 2014.
Selain itu, penelitian lain menunjukkan bahwa semakin kita percaya diri menggunakan umpatan, semakin baik pula kemampuan komunikasi verbal kita. Sebuah penelitian meminta partisipan untuk mengatakan umpatan sebanyak mungkin selama satu menit, dan setelah itu mereka diminta untuk menyebutkan nama-nama binatang dalam waktu yang sama.
Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa mereka yang memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang umpatan juga memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang jenis-jenis binatang. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara kemampuan mengumpat dan kemampuan berkomunikasi verbal, seperti kemampuan menyampaikan pesan dengan nuansa yang berbeda dan menggunakan bahasa yang lebih ekspresif sesuai dengan konteks.
Namun, perlu diingat bahwa penggunaan umpatan juga memiliki dampak negatif. Kadang-kadang, orang lain akan menilai kita berdasarkan pilihan kata yang kita gunakan, dan ini dapat memicu asumsi negatif tentang pendidikan, kepribadian, atau kurangnya pengendalian diri.
Umpatan Sebagai Ganti Pertarungan dan untuk Eratkan Hubungan Sosial
Ditarik lebih jauh, terdapat teori yang menyebut bahwa umpatan ini muncul seiring evolusi berbahasa manusia. Umpatan yang dilakukan seseorang kerap memiliki hubungan dengan agresivitas.
Mengumpat merupakan adaptasi evolusi yang dilakukan oleh manusia untuk mengurangi agresi fisik. Dengan kata lain, saling mengumpat ini dilakukan manusia untuk mengurangi risiko terjadinya perkelahian secara fisik antara satu sama lain.
Saling mengumpat bisa jadi pengganti saling bertukar pukulan secara langsung. Walau begitu, pada kenyataannya, saling mengumpat juga justru bisa jadi penyebab terjadinya perkelahian antara satu sama lain.
Teori lain juga menyebut bahwa mengumpat ini bermanfaat untuk membangun kedekatan sosial dan kecerdasan emosional. Sebagai contoh, di Indonesia terdapat banyak bahasa dengan umpatan masing-masing. Mengumpat dengan bahasa dan dialek khas daerah tertentu bisa membuat seseorang merasa dekat dengan lingkungan tersebut.
Mengumpat Sebagai Tanda Orang Jujur
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science dan dilaksanakan di University of Cambridge telah mengungkapkan bahwa ekspresi spontan dalam bentuk umpatan dapat menunjukkan bahwa seseorang adalah orang yang jujur.
Temuan penelitian tersebut menunjukkan bahwa individu yang menggunakan kata-kata kasar karena situasi yang membuat mereka marah cenderung memiliki kecenderungan untuk jarang berbohong. Penulis penelitian, David Stillwell, menjelaskan bahwa ketika seseorang sering mengumpat, orang lain mungkin mengasumsikan bahwa individu tersebut memiliki sikap negatif. Namun, pada saat yang sama, mereka juga mengekspresikan perasaan mereka dengan jujur.
Dengan kata lain, orang yang mengumpat tidak terlalu khawatir dengan penilaian negatif dari orang lain. Namun, perlu dicatat bahwa ada juga orang-orang yang memiliki kepribadian dan kebiasaan buruk dalam menggunakan kata-kata kasar, mereka cenderung mengumpat bahkan dalam situasi yang sebenarnya tidak memerlukan hal tersebut.
Mengumpat Tingkatkan Toleransi Rasa Sakit Seseorang
Salah satu cara paling umum untuk mengukur persepsi dan toleransi terhadap rasa sakit adalah ambang rasa sakit tekanan dingin (cold-pressor pain threshold/CPT). Pada dasarnya, peserta penelitian diminta untuk menyelamkan tangan mereka ke dalam air es dingin dan menahannya selama mungkin.
Pada tahun 2009, sekelompok peserta penelitian menjalani CPT. Separuh dari peserta mengulang sebuah kata umpatan, sementara separuh lainnya mengulang sebuah kata netral. Penelitian tersebut menemukan bahwa peserta yang menggunakan kata-kata kasar mampu menahan tangan mereka dalam air lebih lama dan menganggap tes tersebut tidak terlalu menyakitkan.
Sayangnya, mengumpat terlalu banyak justru tidak malah membuatmu kebal seperti Superman. Sebuah penelitian pada tahun 2011 menunjukkan bahwa semakin sering Anda mengumpat, semakin rendah dampaknya terhadap toleransi dan daya tahan terhadap rasa sakit.
Mengumpat memiliki sejumlah manfaat atau tanda kecerdasan yang memang tidak bisa dikesampingkan. Walau begitu, tentu perlu diperhatikan bahwa Anda tidak harus selalu mengumpat untuk segala sesuatu dan lakukan saja sepantas serta selayaknya.
(mdk/RWP)