Cara cegah bibit terorisme sejak dini
Penting bagi orangtua dan masyarakat untuk melindungi anak sedari dini dari paham-paham yang bersifat fanatisme dan ekstrem.
Tiga gereja di Kota Surabaya diguncang bom pada Minggu (13/5/2018). Kejadian itu seolah kembali mengingatkan bahwa fanatisme berlebihan serta kurangnya edukasi keberagaman bisa melahirkan bibit-bibit terorisme.
Terkait dengan peristiwa tersebut, penting bagi orangtua dan masyarakat untuk melindungi anak sedari dini dari paham-paham yang bersifat fanatisme dan ekstrem.
-
Kapan Pertempuran Surabaya terjadi? Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, terutama orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
-
Kapan Kirab Kebo Bule di Surakarta diadakan? Surakarta memiliki tradisi pada perayaan malam 1 Suro atau bisa disebut malam tahun baru Hijriah.
-
Dimana Pertempuran Surabaya terjadi? Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan tentara asing setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan menjadi pertempuran terbesar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme.
-
Kenapa Soetomo berpesan untuk dimakamkan di Surabaya? Ia ingin dimakamkan di Surabaya agar senantiasa dekat dengan masyarakat kota itu.
-
Kapan pertempuran hebat di Surabaya terjadi? Pada hari ini tepat 78 tahun yang lalu terjadi pertempuran besar di Surabaya yang menewaskan sekitar 20.000 rakyat setempat.
-
Apa yang dilakukan Anies dan Cak Imin di Surabaya? Baru-baru ini, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengumumkan deklarasi sebagai pasangan Capres dan Cawapres 2024. Deklarasi itu diumumkan pada Sabtu, (2/9) di Hotel Majapahit, Surabaya.
"Pencegahan yang dapat orangtua lakukan adalah dengan memberikan sudut pandang lain terhadap suatu hal," kata psikolog klinis, Ayu Pradani Sugiyanto Putri.
"Orangtua juga dapat memberikan pandangan mengenai dampak yang akan terjadi ketika seseorang memiliki fanatisme terhadap suatu hal," tambah Ayu.
Namun, hal ini akan sulit apabila dalam lingkungan keluarga juga memiliki paham yang dianggap fanatik.
"Orangtua yang fanatik tentu berpengaruh pada anak, karena orangtua merupakan orang yang menerapkan nilai-nilai pada anak," ujar Ayu.
Jika menghadapi kondisi tersebut, masyarakat juga harus bisa berperan untuk mencegah paham-paham fanatik yang bisa berbahaya bagi orang lain. Hal itu apabila memang ada rumah tangga yang dianggap meresahkan.
Masyarakat atau tetangga yang dekat dengan rumah tangga tersebut, bisa mengungkapkan keresahannya terhadap fanatisme yang dilakukan oleh orang tersebut.
"Agar mereka menyadari bahwa perilakunya sudah berdampak pada orang lain," tambah Ayu.
Identik dengan kekerasan
Perilaku fanatik sendiri kerap dikaitkan dengan hal-hal yang negatif, bahkan sampai pada tahap kekerasan.
"Mereka tidak mampu melihat sudut pandang lain dan dampak dari perilaku yang mereka tampilkan pada orang lain. Sehingga hal yang ditampilkan cenderung merupakan hal negatif," ujar Ayu.
Menurutnya, selain karena mereka tidak mampu melihat dari sisi yang lain, orang tersebut juga mendapatkan kepuasan dari perilaku mereka.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/ita)