Dekat dengan Keluarga Saat Remaja Bisa Buat Seseorang Terhindar dari Depresi saat Tua
Dekat dengan keluarga ternyata memiliki dampak yang sangat besar terhadap kesehatan mental seseorang. Memiliki hubungan baik dengan keluarga pada saat kamu remaja ternyata bisa membantu menurunkan risiko depresi ketika dewasa.
Keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan kita dan terikat dengan darah. Walau begitu, banyak orang yang tak memiliki hubungan baik bahkan jauh dengan keluarga mereka.
Dekat dengan keluarga ternyata memiliki dampak yang sangat besar terhadap kesehatan mental seseorang. Memiliki hubungan baik dengan keluarga pada saat kamu remaja ternyata bisa membantu menurunkan risiko depresi ketika dewasa.
-
Apa saja contoh dari depresi yang dijelaskan dalam artikel? 7 Contoh Depresi dan Penjelasannya, Perlu Diwaspadai Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus mengalami tekanan dan kehilangan semangat untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Contoh depresi dan penjelasannya penting diketahui setiap orang.
-
Apa yang dimaksud dengan depresi klinis? Depresi klinis (gangguan depresi mayor) adalah jenis depresi yang menyebabkan kemurungan, rasa tertekan, dan hilangnya minat pada aktivitas yang biasa dinikmati.
-
Bagaimana depresi situasional terjadi? Depresi situasional adalah contoh depresi yang tidak menentu. Biasanya, kondisi ini ditandai dengan munculnya gejala murung, perubahan pola tidur dan makan, ketika ada kejadian yang memberi tekanan mental yang cukup tinggi. Gejala depresi situasional muncul akibat respons otak terhadap stres.
-
Bagaimana mengatasi depresi terselubung? Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan tanda-tanda depresi terselubung, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Depresi terselubung bisa diobati dengan terapi, obat-obatan, atau perubahan gaya hidup. Dengan bantuan yang tepat, Anda atau orang yang Anda kenal bisa pulih dan menikmati hidup yang lebih bahagia.
-
Apa yang dibahas di dalam buku tentang depresi? Buku tentang depresi ini bisa jadi salah satu list bacaan yang menarik. Buku tentang depresi mungkin bukan bacaan yang ringan, namun memiliki peran penting dalam memahami salah satu gangguan mental yang paling umum di dunia modern.
-
Apa masalah kesehatan mental yang dihadapi oleh sebagian besar penduduk Indonesia? Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Sementara itu, diketahui juga bahwa lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
Dilansir dari Independent, temuan ini didapat berdasar penelitian terbaru yang dipublikasikan pada jurnal Jama Pediatrics. Temuan ini didapat berdasar penelitian terhadap lebih dari 18 ribu orang.
Cara ini diketahui bisa bermanfaat baik pada pria dan wanita secara setara ketika mereka memasuki usia paruh baya. Peneliti memeriksa data dari orang usia 12 hingga 42 tahun.
Kesehatan mental partisipan ditelusuri pada 20 bagian skala psikologis. Mereka kemudian diminta untuk menilai seberapa sering mengalami gejala yang berhubungan dengan depresi seperti menurunnya kepercayaan diri dan perasaan tidak berdaya.
Hubungan Keluarga Memiliki Dampak
Kualitas hubungan keluarga partisipan dianalisis melalui pertanyaan yang didesain untuk mengukur kohesi dan konflik antara anak dan orang tua. Hal ini termasuk menjawab mengenai seberapa perhatian yang diberikan terhadap anak, seberapa sering mereka bersenang-senang dengan orang tua, serta apakah mereka merasa ada kesepahaman di dalam keluarga.
Hasil jawaban responden ini kemudian dianalisis untuk mengetahui kondisi kesehatan mental serta perubahan hubungan keluarga mereka. Dari sejumlah analisis tersebut diketahui bahwa pada partisipan yang memiliki konflik keluarga yang rendah dan hubungan yang positif mengalami lebih sedikit gejala depresi.
"Hasil temuan kami memberikan pemahaman baru mengenai hubungan jangka panjang antara hubungan keluarga pada masa lalu dengan munculnya depresi pada kehidupan," terang peneliti, Dr. Ping Chen dari North Carolina University.
"Sumber dukungan sosial dan emosi pada kehidupan keluarga sejak dini mendorong timbulnya kemampuan mengatasi perubahan dan bertumpuknya stres, memberikan kesehatan mental sejak usia dewasa awal hingga paruh baya dan membantu mencegah hasil negatif dan kematian prematur akibat bunuh diri, alkohol, atau obat-obatan pada usia paruh baya," tandasnya.
(mdk/RWP)