Diabetes tipe-2 diklaim lebih mematikan daripada HIV
Seorang dokter mengklaim bahwa saat ini diabetes tipe-2 lebih mematikan dan berbahaya dibanding HIV/AIDS.
Bicara tentang HIV/AIDS, kebanyakan orang pasti akan langsung membayangkan salah satu penyakit paling mematikan dan menakutkan. Tak ada orang yang ingin terkena HIV/AIDS, karena penyakit tersebut seolah memberikan vonis mati untuk penderitanya. Namun klaim yang mengejutkan datang dari seorang doktor di NHS. Doktor tersebut mengaku bahwa dia lebih memilih terkena HIV dibandingkan diabetes tipe-2.
Dr Max Pemberton menjelaskan bahwa diabetes tipe-2 sesungguhnya lebih menakutkan dan mematikan dibandingkan HIV. Pemberton menjelaskan bahwa saat ini kasus kematian karena HIV menjadi semakin langka. Bahkan tingkat kemungkinan hidup pasien HIV sesungguhnya hampir sama dengan orang yang tak mengidap HIV.
"Ini mungkin terdengar mengejutkan, namun fakta medis menunjukkan bahwa diagnosis diabetes tipe-2 lebih buruk dibandingkan dengan HIV," ungkap Pemberton, seperti dilansir oleh Daily Mail (18/04).
Menurutnya, pasien HIV yang rutin minum obat memiliki sedikit masalah dengan kehidupan mereka. Sementara itu, hal yang sebaliknya terjadi pada pasien diabetes tipe-2. Pasien diabetes tipe-2 mengalami lebih banyak masalah dalam kehidupan sehari-harinya. Tak hanya itu, diabetes juga memicu penyakit lain seperti stroke.
Pasien diabetes tipe-2 dua kali lebih berkemungkinan terkena stroke dan tiga sampai empat kali lebih berkemungkinan terkena penyakit jantung. Selain itu, 20 sampai 30 persen pasien diabetes lebih berkemungkinan mengalami penyakit ginjal dan harus melakukan cuci darah teratur.
Pemberton menambahkan efek samping lainnya yang bisa menimpa pasien diabetes seperti kebutaan, luka pada kaki, dan amputasi. Sementara itu, HIV yang dirawat dengan terapi dan sukses berkemungkinan hidup normal seperti orang kebanyakan. Banyak orang percaya bahwa pasien diabetes tipe-2 yang dirawat dengan baik juga bisa hidup dengan normal.
Namun Pemberton menyangkal hal tersebut. Diabetes tipe-2 menurutnya adalah penyakit progresif yang bisa menurunkan angka kemungkinan hidup hingga 10 tahun, sementara dengan adanya perawatan dan terapi yang cukup modern saat ini, pasien HIV tak perlu lagi mengalami penurunan kemungkinan hidup.
Bagaimana pendapat Anda, setuju dengan klaim Pemberton mengenai HIV/AIDS dan diabetes tipe-2?
Baca juga:
Waspadai 7 gejala gula darah naik
3 Rempah populer ini ampuh turunkan gula darah
Terserang diabetes di usia senja? Hati-hati efek buruknya pada otak
Kenali 8 gejala dini diabetes pada anak!
Cegah diabetes tipe-2 dengan lima langkah ini!
Pasien pengidap diabetes perlu edukasi yang cukup sejak dini
-
Bagaimana cara menunjukkan kepedulian terhadap penderita HIV dan AIDS? Beragam acara digelar untuk memperingati Hari AIDS Sedunia, salah satunya mengenakan pita merah. Biasanya, pita merah akan disematkan di baju untuk menunjukkan kepedulian terhadap penderita HIV dan AIDS.
-
Siapa yang berjuang untuk sembuh dari penyakit HIV/AIDS? Hari AIDS Sedunia juga untuk berempati dan peduli kepada pengidap HIV/AIDS, sebab banyak orang yang sedang berjuang sembuh dari penyakit mematikan ini.
-
Apa yang dimaksud dengan AIDS? Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah fase akhir dari human immunodeficiency virus (HIV). Saat awal terinfeksi HIV, umumnya ditandai dengan gejala seperti flu serta rasa lelah. Akan tetapi, apabila HIV berprogres menjadi AIDS, gejala yang lebih serius seperti penurunan berat badan yang drastis, kelelahan yang sangat parah, dan munculnya luka.
-
Apa itu HIV/AIDS? HIV/AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (human immunodeficiency virus) yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
-
Kapan seseorang dikatakan mengidap diabetes? Seseorang bisa dikatakan memiliki penyakit diabetes, jika kadar gula darah mencapai lebih dari 200mg/dL, disertai dengan munculnya beberapa gejala, seperti sering haus, sering buang air kecil, sering merasa lapar, luka sulit sembuh dan lainnya.
-
Kapan seseorang dikatakan menderita diabetes? Jika nilai 2 jam setelah minum glukosa mencapai lebih besar atau sama dengan 200 mg/DL (11,1 mmol/L)