Hati-hati, terlalu banyak duduk dapat tingkatkan risiko diabetes
menghabiskan banyak waktu untuk duduk dikaitkan dengan risiko diabetes. Ungkap di sini!
Coba hitung lagi, dalam sehari berapa durasi waktu yang kamu habiskan untuk duduk? Lebih dari 8 jam? Sebuah penelitian menunjukkan adanya hubungan tak menyenangkan antara durasi duduk (baik karena menonton televisi atau bekerja) dengan kesehatan metabolisme.
Tim penelitian menggunakan data dari The Maastricht Study, terutama studi yang berbasis pada populasi luas yang berfokus pada etiologi diabetes tipe 2. Secara khusus para peneliti melihat hubungan yang mungkin antara total durasi dan pola perilaku duduk dan akibatnya pada metabolisme glukosa dan sindrom metabolik para peserta.
-
Kapan penelitian tentang hubungan kurang tidur dan diabetes dilakukan? Sebuah penelitian dilakukan dengan melibatkan 247.000 orang yang dikumpulkan antara tahun 2006 dan 2010 untuk UK Biobank, sebuah database biomedis yang cukup luas.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang hubungan kurang tidur dan diabetes? Sebuah penelitian dilakukan dengan melibatkan 247.000 orang yang dikumpulkan antara tahun 2006 dan 2010 untuk UK Biobank, sebuah database biomedis yang cukup luas.
-
Kenapa mengenali gejala dini diabetes penting? "Kita harus mengenali secara dini diabetes supaya kita tahu sejak dini, tidak menunggu skrining. Harus tahu tanda-tanda. Ada dua yakni gejala akut yang terjadi mendadak dan gejala kronis," terang Soebagijo dilansir dari Antara.
-
Apa yang meningkatkan risiko diabetes? Ketika orang begadang, dia akan makan lebih banyak, namun pada malam hari tidak banyak aktivitas yang dapat dilakukan. Dalam jangka panjang, perubahan-perubahan pola hidup seperti ini bisa menyebabkan seorang lebih mudah terkena diabetes
-
Kenapa camilan sehat penting untuk penderita diabetes? Mengutip everydayhealth, makan camilan sehat saat diabetes bisa membantu mengatasi rasa lapar dan mencegah makan berlebihan.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang pengaruh kimchi terhadap risiko diabetes? Hyein Jung bersama tim peneliti dari Universitas Chung Ang bertujuan untuk menyelidiki apakah pola konsumsi rutin kimchi berkaitan dengan pengurangan risiko obesitas secara menyeluruh maupun khususnya di area perut yang dianggap berpotensi merugikan bagi kesehatan.
Penelitian ini melibatkan sekitar 2000 peserta, dengan jumlah peserta pria yang berusia rata-rata 60 tahun sebesar 52 persen. Setelah berpuasa semalaman, para peneliti menguji toleransi glukosa standar mereka untuk menentukan status diabetes.
Untuk menentukan sindrom metabolik, para peneliti mengukur lingkar pinggang, kadar kolesterol jahat, kadar glukosa, tekanan darah, dan penggunaan obat-obatan. Selain itu, para peneliti juga mencatat status kesehatan, seperti merokok, konsumsi alkohol dan kemampuan mobilitas (bergerak).
Seperti yang dilansir melalui medicaldaily.com, hasil penelitian menunjukkan bahwa 56 persen peserta memiliki metabolisme normal, 15 persen dengan gangguan metabolisme,dan sisanya mengalami diabetes tipe 2.
Peserta dengan diabetes tipe 2 adalah mereka yang menjadi perokok aktif, mengonsumsi alkohol, keterbatasan mobilitas (jarang bergerak), dan indeks massa tubuh yang lebih tinggi. Para peneliti juga menemukan bahwa risiko diabetes meningkat hingga 22 persen untuk setiap jam ekstra yang dihabiskan untuk duduk.
Lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk duduk (tak banyak menggerakkan tubuh) juga dikaitkan dengan 1,13 kali risiko lebih tinggi untuk sindrom metabolik. Saran dari penelitian ini adalah fokus yang besar tertuju pada olahraga atau banyak bergerak menjadi salah satu cara untuk mencegah dan mengobati diabetes.
Baca juga:
Tenyata, ini biang keladi yang sebabkan autisme pada anak
Kabar baik, kafein ternyata tak lukai sehatnya jantung kamu
5 Racun mematikan yang diubah jadi obat mujarab
Sering bersentuhan dengan komputer? Ini risiko buat kesehatanmu