Hormon ini mampu deteksi KDRT pada wanita
KDRT yang tak menyisakan bekas pada fisik bisa diketahui dengan melihat hormon ini!
Saat ini telah banyak wanita yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). KDRT bukan hanya perkara kekerasan secara fisik, tetapi juga secara mental. Seringkali pula, KDRT tak menunjukkan tanda atau bekas pada wanita seperti lebam dan lainnya. Namun kini peneliti menemukan cara lain untuk mengetahui apakah seorang wanita adalah korban dalam hubungan yang agresif dan penuh kekerasan baik secara fisik maupun mental.
Peneliti menemukan bahwa wanita yang memiliki tingkat hormon cortisol tinggi berkemungkinan besar mengalami kekerasan dalam hubungan rumah tangganya. Mereka menemukan kaitan antara kekerasan fisik yang dialami wanita dengan perubahan pada tingkat cortisol pada tubuhnya. Wanita korban KDRT akan mengalami lonjakan hormon cortisol pada tengah hari atau siang hari dan penurunan pada malam dan sore hari.
Hal ini tak hanya menjadi cara bagi peneliti untuk mendeteksi KDRT, namun juga bisa berimbas pada kesehatan wanita. Peneliti dari University of Oregon mengamati perubahan tingkat cortisol dalam tubuh pria dan wanita. Mereka melakukan uji air liur pada 122 pasangan selama empat kali sehari, antara lain saat bangun tidur, 30 menit setelahnya, pada tengah hari, dan saat akan tidur.
Biasanya tingkat cortisol akan naik ketika orang bangun tidur, kemudian semakin naik beberapa saat kemudian dan menurun hingga tengah hari dan malam hari. Namun pada wanita yang menjadi korban KDRT, tingkat cortisol tetap naik saat tengah hari dan menurun secara perlahan di sore hari, seperti dilansir oleh Daily Mail (23/12).
Selama bertahun-tahun sebenarnya peneliti telah mencurigai bahwa sistem yang mengontrol produksi cortisol tak hanya dipengaruhi oleh stres, tetapi juga kekerasan yang dialami seseorang. Namun hal ini hanya terlihat sangat jelas pada wanita. Ketika mengalami kekerasan, hormon cortisol wanita bisa menjadi cara untuk mendeteksinya.
Baca juga:
Ternyata, kehamilan juga bisa membuat pria stres
Ini 5 cara stres bisa picu serangan jantung
Sering begadang bikin orang mudah cemas
Lawan stres dengan gurihnya keju!
Puber terlalu dini bikin remaja rentan depresi
-
Mengapa wanita lebih rentan mengalami depresi? Goldstein mengatakan bahwa risiko depresi ini dua kali lebih besar pada wanita. Hal ini disebutkan berkaitan dengan alasan biologis seperti hormon dan gen yang menimbulkan gangguan pada perkembangan otak ketika kita masih berupa janin.
-
Bagaimana depresi situasional terjadi? Depresi situasional adalah contoh depresi yang tidak menentu. Biasanya, kondisi ini ditandai dengan munculnya gejala murung, perubahan pola tidur dan makan, ketika ada kejadian yang memberi tekanan mental yang cukup tinggi. Gejala depresi situasional muncul akibat respons otak terhadap stres.
-
Apa yang dimaksud dengan depresi klinis? Depresi klinis (gangguan depresi mayor) adalah jenis depresi yang menyebabkan kemurungan, rasa tertekan, dan hilangnya minat pada aktivitas yang biasa dinikmati.
-
Siapa yang menjelaskan hubungan antara depresi dan kecemasan? "Depresi sering kali disertai dengan kecemasan dan sebaliknya," terang Gill.
-
Apa saja tanda fisik depresi yang dialami pria? Meskipun depresi dianggap sebagai gangguan kesehatan mental, kondisi ini juga dapat memanifestasikan diri dalam tubuh.
-
Apa saja tanda dari depresi terselubung? Berikut sejumlah tanda depresi terselubung yang penting untuk segera dikenali: Perubahan Kepribadian Orang dengan depresi terselubung mungkin menjadi lebih pendiam, pasif, atau tidak peduli pada hal-hal yang penting bagi mereka. Mereka juga bisa menjadi lebih mudah tersinggung atau marah. Perubahan Pola Makan dan Tidur Depresi terselubung bisa memengaruhi pola makan dan tidur seseorang. Mereka bisa kehilangan nafsu makan atau justru makan berlebihan. Gangguan tidur seperti insomnia atau hipersomnia juga sering terjadi. Perubahan Interaksi Sosial dan Produktivitas Kehilangan Minat pada Hobi dan Kegiatan Orang dengan depresi terselubung sering kali kehilangan minat pada hobi atau kegiatan yang mereka nikmati. Mereka bisa berhenti melakukan aktivitas yang biasanya membuat mereka bahagia. Bercanda tentang Hal-hal Negatif Mereka mungkin sering bercanda tentang topik yang berkaitan dengan depresi, seperti kematian atau bunuh diri. Ini bisa menjadi cara mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka atau mencari perhatian.