Ini Alasan Kenapa Anak di Desa Lebih Jarang Terinfeksi ISPA Dibanding Anak di Kota
Balita yang tinggal di perkotaan berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sebanyak tujuh hingga sembilan kali dalam setahun.
Bayi yang berusia di bawah lima tahun (balita) yang tinggal di daerah pedesaan cenderung mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) lebih sedikit dibandingkan dengan balita yang tinggal di perkotaan. Menurut data, balita yang tinggal di kota berisiko mengalami ISPA hingga tujuh sampai sembilan kali dalam satu tahun. "Seorang balita bisa mengalami tujuh sampai sembilan kali episode ISPA per tahun. Dan ini akan lebih sering di perkotaan dibanding pedesaan," ungkap dokter spesialis anak konsultan, Madeleine Ramdhani Jasin, dalam diskusi daring bertema "Kenali ISPA dan Pneumonia untuk Kita Cegah dan Obati" yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Madeleine menjelaskan bahwa penyebab tingginya angka ISPA di perkotaan kemungkinan berkaitan dengan polusi dan kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan, sehingga anak-anak di kota lebih rentan terhadap penyakit ini. Selain itu, dia juga menyebutkan bahwa ISPA dapat disebabkan oleh satu dari 23 jenis mikroorganisme, termasuk Human Metapneumovirus (HMPV) yang menyerang saluran pernapasan. Gejala ISPA yang sering dialami oleh pasien meliputi batuk, pilek, demam berkepanjangan, sakit tenggorokan, kesulitan bernapas, sakit kepala, dan rasa lemas atau kelelahan, seperti yang dilaporkan oleh Antara.
-
Kenapa anak-anak lebih mudah terkena ISPA? Anak-anak rentan terhadap ISPA karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang, sehingga lebih mudah terkena infeksi.
-
Kapan gejala ISPA pada anak biasanya mereda? Tanda dan gejala ISPA pada anak ini biasanya akan menetap selama 1–2 minggu. Setelah itu, kondisi anak akan mereda dengan sendirinya.
-
Bagaimana cara mengatasinya ISPA pada anak? Pada beberapa kasus yang lebih parah, ISPA dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia, yang memerlukan perawatan medis segera. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenali gejala ISPA pada anak dan segera mengonsultasikannya ke dokter jika diperlukan.
-
Bagaimana cara mengatasi ISPA pada anak? Sebagian besar anak dengan infeksi saluran pernapasan akut virus akan mengalami penyakit ringan dan dapat pulih di rumah dengan istirahat dan cairan. Meski gejala ISPA pada anak akan membaik dengan sendirinya, kondisi ini sering kali membuat anak menjadi rewel dan susah beristirahat. Guna mempercepat proses pemulihan, berikut beberapa cara yang dapat Anda lakukan: 1. Istirahat di rumah Jika anak sedang sakit ISPA, mereka harus tetap tinggal di rumah dan meminimalkan kontak dengan orang lain sampai mereka merasa jauh lebih baik untuk mencegah penyebaran penyakit ke orang lain. 2. Makan dan minum yang cukup Agar tak dehidrasi, pastikan anak mendapatkan cukup air putih. Air putih dapat membantu mengencerkan dahak, membuat saluran pernapasannya menjadi lebih lega. Pastikan juga mereka mendapatkan asupan makanan secara teratur agar tubuh tetap berenergi. 3. Kumur dengan air garam Berkumur larutan air garam hangat dapat membantu mengatasi batuk dan sakit tenggorokan akibat ISPA. Campurkan saja segelas air hangat dengan 2 sendok teh garam, dan larutkan. Setelah itu, minta anak untuk berkumur-kumur dengannya. Penting dicatat, cara ini hanya boleh dilakukan pada anak berusia di atas 8 tahun. 4. Gunakan obat-obatan Anda juga bisa memberikan obat-obatan untuk membantu meringankan gejala ISPA, seperti paracetamol untuk meredakan demam dan nyeri, obat batuk, serta dekongestan untuk pilek.
-
Mengapa ISPA bisa berbahaya bagi anak-anak? Mengutip Healthline, infeksi ini sangat berbahaya bagi anak-anak, orang dewasa yang lebih tua, dan orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh.
-
Kapan biasanya gejala ISPA pada anak mulai mereda? Gejala ISPA bisa berlangsung 1-2 minggu. Umumnya, penderita gejala akan mereda setelah minggu pernapasan.
Pasien ISPA Pulih dalam 7-14 Hari Dengan penanganan yang tepat, pasien yang menderita ISPA biasanya dapat pulih dalam waktu kurang dari tujuh hingga 14 hari. Penanganan tersebut meliputi pemberian cairan dan nutrisi yang cukup, obat-obatan sesuai dengan gejala yang muncul, serta penggunaan antibiotik atau antivirus jika diperlukan. Namun, terdapat risiko serius yang perlu diwaspadai, yaitu jika infeksi berkembang menjadi pneumonia atau radang paru-paru. Kondisi pneumonia dapat menyebabkan pasien mengalami sesak napas yang parah, bahkan memerlukan perawatan lebih lanjut di rumah sakit.
Dua Jenis Pneumonia
Pada beberapa pasien, jika pneumonia yang terdeteksi masih tergolong ringan, mereka dapat diberikan pengobatan dan menjalani perawatan di rumah. "Jika pneumonianya ringan, kita bisa mengidentifikasinya dari gejala awal seperti napas yang cepat, tetapi tidak disertai tarikan dinding dada ke dalam. Dalam kasus ini, kita bisa memberikan antibiotik selama tiga hari dan meminta pasien untuk kembali kontrol. Jadi, tidak selalu harus dirawat di rumah sakit," jelas Madeleine.
Perawatan di rumah sakit baru diperlukan jika pasien menunjukkan tanda-tanda sesak napas yang disertai tarikan dinding dada ke dalam, serta kondisi tubuh yang lemas hingga tampak kebiruan. "Apabila anaknya terlihat sangat lemas atau bahkan berwarna biru, itu menunjukkan kondisinya sudah cukup parah. Dalam situasi ini, kita harus melakukan perawatan di rumah sakit karena pasien memerlukan obat melalui infus dan oksigen," tambahnya. Pencegahan terhadap infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan pneumonia menjadi langkah yang sangat penting dalam penanganan penyakit ini.
Cara Mencegah Pneumonia pada Anak
Ketua Tim Kerja Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dari Kementerian Kesehatan, dr. Nani Rizkiyati, M.Kes, mengingatkan masyarakat mengenai pentingnya "JaMU ASLi" sebagai langkah pencegahan terhadap ISPA dan pneumonia. "JaMU ASLi" adalah singkatan dari beberapa tindakan yang perlu dilakukan, yaitu menjaga jarak balita dari individu yang mengalami batuk, memastikan imunisasi dasar lengkap, memberikan ASI eksklusif dan makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan lingkungan rumah, serta menjauhkan balita dari asap rokok, asap dari sumber lain, dan debu.
Menurut dr. Nani, "Kita harus menghindari penularannya dengan mencegahnya. Asap lainnya bisa di dalam rumah, bisa di luar rumah. Asap di luar rumah sisa karena bakar-bakar sampah, bisa karena knalpot. Bisa dari asap-asap yang lain." Dengan mengikuti langkah-langkah ini, diharapkan angka kejadian ISPA dan pneumonia pada balita dapat ditekan, sehingga kesehatan anak-anak kita tetap terjaga dengan baik.