Ini Alasan Mengapa Seseorang Suka Melontarkan Guyonan Garing, Apakah Karena Usia Bapak-bapak?
Guyonan yang garing dan tak lucu yang dilontarkan seseorang merupakan kondisi medis bernama witzelsucht.
Seringkah Anda mendengar lelucon yang terdengar garing dan tak lucu, tetapi orang yang melontarkannya tetap tertawa terbahak-bahak? Bagi sebagian orang, ini mungkin dianggap sebagai ciri khas dari "humor bapak-bapak", yang sering dikaitkan dengan usia yang semakin bertambah. Namun, apakah benar kebiasaan melontarkan jokes garing hanyalah masalah usia, ataukah ada alasan lain di baliknya?
Dilansir dari Newsweek, dalam dunia medis, fenomena ini bisa dijelaskan dengan istilah witzelsucht, sebuah kondisi yang menggambarkan dorongan berlebihan untuk melontarkan lelucon yang tidak pantas atau tidak bermakna. Istilah ini berasal dari bahasa Jerman, yaitu "witz" yang berarti lelucon dan "sucht" yang berarti kecanduan. Kondisi ini mungkin terdengar ringan dan lucu, namun bagi sebagian orang, ini bisa menjadi gangguan yang serius dalam kehidupan sehari-hari.
-
Bagaimana jokes bapak-bapak biasanya disampaikan? Biasanya, jokes ini akan merujuk pada tebak-tebakan atau lawakan khas para generasi sebelumnya yang dianggap kurang lucu.
-
Bagaimana cara mendapatkan jokes bapak-bapak yang lucu? Melansir dari berbagai sumber, Rabu (20/9), simak ulasan informasinya berikut ini.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari jokes bapak-bapak? Jokes bapak-bapak sering kali merujuk pada tebak-tebakan atau lawakan khas para generasi sebelumnya yang dianggap kurang lucu. Meski dianggap kurang lucu, akan tetapi jokes bapak-bapak sering kali berhasil mengundang tawa lepas bagi siapa saja yang mendengarnya.
-
Apa yang jadi ciri khas utama jokes bapak-bapak? Jokes bapak-bapak merupakan salah satu humor yang tak akan pernah luntur oleh zaman. Kumpulan Jokes Bapak-Bapak Bikin Tepuk Jidat dan Ngakak Banget Perlu diketahui jokes bapak-bapak kini telah menyeruak hingga ke generasi muda.
-
Kenapa jokes tentang kegagalan bisa bikin ngakak? Kalo kamu merasa gagal dalam hidupmu, berdiri sejenak di depan kaca, lalu tatap wajahmu dalam-dalam. itulah orang yang sedang gagal. sekian.
-
Kapan jokes bapak-bapak mulai populer? Akan tetapi, kini muncul istilah lucu di kalangan generasi muda mengenai jokes bapak-bapak.
Studi yang dilakukan pada tahun 2016 oleh dokter dari California, Elias Granadillo dan Mario Mendez, mengungkapkan kasus yang menarik tentang dua pasien yang menderita witzelsucht. Salah satu kasusnya melibatkan seorang pria berusia 69 tahun yang mengalami perubahan kepribadian setelah mengalami perdarahan otak sepuluh tahun sebelumnya.
Setelah peristiwa tersebut, pria ini mulai menunjukkan kecenderungan untuk melontarkan lelucon secara kompulsif, bahkan sering kali dengan komentar yang hampir menyinggung. Selain itu, ia juga mengalami obsesi terhadap daur ulang dan menunjukkan perilaku yang tidak biasa, seperti membangunkan istrinya di tengah malam hanya untuk menceritakan lelucon.
Dalam wawancara dengan pasien ini, meskipun sulit karena ia terus-menerus melontarkan lelucon, ia mengakui bahwa dirinya merasa bahagia secara umum, tetapi kebutuhan kompulsif untuk membuat lelucon telah menjadi masalah dalam rumah tangganya. Sang istri merasa terganggu, terutama ketika sang suami membangunkannya hanya untuk berbagi lelucon yang tidak lucu di tengah malam.
Kasus kedua yang diselidiki oleh Granadillo dan Mendez melibatkan seorang pria berusia 57 tahun yang mulai menunjukkan perilaku aneh sekitar tiga tahun sebelum diagnosis. Ia mulai melontarkan lelucon kekanak-kanakan dan tertawa dengan mudah pada komentarnya sendiri. Pria ini juga menunjukkan kurangnya inhibisi dalam perilaku sehari-hari, seperti membeli hampir dua lusin kemeja Hawaii dan bahkan mengabaikan kebersihan pribadinya hingga enam minggu tanpa mandi.
Meskipun demikian, hasil pemeriksaan neurologisnya sebagian besar normal, dan riwayat kesehatannya tidak mencolok. Sayangnya, kondisi mentalnya memburuk selama satu dekade berikutnya, dan ia didiagnosis menderita penyakit Pick, salah satu varian dari frontotemporal dementia (bvFTD), yang akhirnya menyebabkan kematiannya.
- 9 Penyebab Gusi Luka dan Cara Mengatasinya, Tak Boleh Disepelekan
- Sempat Tak Laku hingga Diusir Ayahnya, Kisah Sukses Wanita Bangun Usaha Ayam Geprek Ini Banjir Pujian Warganet
- Alasannya Konyol, Pria Ini Sengaja Siram Air ke Lukisan Gua Berusia Ribuan Tahun, Terancam Sanksi Pihak Berwenang
- Raih Gelar Doktor di Usia 25 Tahun, Ini Kisah Wiwit Nurhidayah yang Menginspirasi
Studi ini menyimpulkan bahwa humor patologis pada kedua pasien tersebut berkaitan dengan kerusakan di area bifrontal otak mereka. Salah satu aspek yang menghubungkan keduanya adalah bahwa meskipun mereka menemukan lelucon mereka sendiri sangat lucu, mereka tidak merasakan humor yang sama dari lelucon orang lain. Ini menunjukkan bahwa kondisi ini memengaruhi cara otak memproses dan memahami humor.
Lebih lanjut, studi ini menyoroti bahwa kerusakan pada lobus frontal kanan otak tampaknya menjadi faktor kunci dalam humor patologis. "Pasien dengan lesi frontal kanan tetap sensitif terhadap lelucon sederhana, slapstick, atau permainan kata, tetapi mereka kesulitan menghargai lelucon yang lebih kompleks atau yang dihasilkan secara eksternal," demikian tulis para penulis studi tersebut.
"Mereka mungkin tidak memahami hubungan antara punchline dan ceritanya dan tidak merasakan kelucuannya, sehingga lebih memilih lelucon yang tidak lucu."
Fenomena ini juga sering kali diasosiasikan dengan demensia frontotemporal, di mana individu yang menderita kondisi ini cenderung melontarkan lelucon yang sederhana dan bodoh. Namun, kerusakan otak semacam ini tidak hanya mempengaruhi kemampuan untuk memahami humor, tetapi juga sering kali berhubungan dengan perilaku sosial yang tidak lazim dan kurangnya kontrol impuls.
Dalam konteks sosial yang lebih luas, kebiasaan melontarkan jokes garing, terutama pada pria berusia paruh baya atau lebih tua, sering dikaitkan dengan stereotip "humor bapak-bapak". Meskipun sebagian besar orang melakukannya dengan alasan ringan dan sebagai bentuk interaksi sosial, studi ini menunjukkan bahwa dalam kasus tertentu, ada faktor neurologis yang lebih dalam di balik kecenderungan tersebut.
Apakah benar jokes garing adalah hasil dari usia atau kebiasaan yang berkembang seiring waktu? Dalam banyak kasus, itu bisa jadi benar. Namun, penelitian tentang witzelsucht ini mengungkapkan bahwa dalam beberapa situasi, dorongan untuk melontarkan lelucon yang tidak pantas bisa menjadi tanda dari gangguan neurologis yang lebih serius.
Dengan demikian, penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara humor yang ringan dan spontan dengan humor patologis yang mungkin mengindikasikan masalah kesehatan. Bagi sebagian orang, melontarkan jokes garing mungkin hanyalah bagian dari kepribadian dan usia, tetapi bagi yang lain, itu bisa menjadi sinyal adanya kondisi medis yang memerlukan perhatian lebih.